Sukses Digelar, Jelajah Timur 2023 Telah Galang Donasi Hampir Rp 1,2 Miliar
Lari amal ultramaraton Jelajah Timur 2023 di NTT berhasil mengumpulkan donasi hampir Rp 1,2 miliar. Donasi akan digunakan untuk penanganan.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·5 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Kegiatan lari amal ultramaraton Jelajah Timur 2023 di Nusa Tenggara Timur, yang berlangsung pada 27-28 Oktober 2023 berjalan lancar. Selain menyelesaikan tantangan lari ultramaraton, para pelari juga mengumpulkan donasi hingga hampir Rp 1,2 miliar. Donasi itu akan digunakan untuk pengadaan akses air bersih dan pencegahan tengkes di Nusa Tenggara Timur.
Jelajah Timur 2023 yang diselenggarakan Plan Indonesia mengambil rute sejauh 108 Kota Soe di Kabupaten Timor Tengah Selatan hingga Kota Kupang. Ada tiga kategori lari, yakni full course dengan jarak 108 kilometer, half course 53 kilometer, dan ekshibisi 10 kilometer. Lebih dari 70 pelari dari berbagai wilayah di Indonesia ambil bagian. Pada saat yang sama juga berlangsung lari virtual oleh komunitas di berbagai daerah.
Pantauan Kompas, pelari kategori full course finis pertama adalah Endang Suryani Sipayung. Pelari asal Bali itu mencapai garis finis di Kantor Gubernur NTT di Kupang pada pukul 07.10 Wita, Sabtu (28/10/2023). Pada Jumat (27/10/2023) pukul 15.30 Wita, Endang bersama pelari full course lain berangkat dari Kantor Bupati Timor Tengah Selatan di Soe.
”Bangga sekali dan terharu. Apalagi misi kami (berlari) adalah untuk menggalang dana bagi pengadaan akses air bersih (di NTT). Selain menjaga hidrasi, baik makan maupun minum, keberhasilan ini tidak lepas dari dukungan warga di sepanjang jalan,” kata Endang.
Setelah Endang, satu per satu peserta kategori full course, half course, dan 10k juga tiba di garis finis. Keberhasilan mereka melewati tantangan jalur turunan dan tanjakan pada ultramaraton Soe-Kupang, serta cuaca terik, mendapat sambutan luar biasa. T
Beragam ekspresi ditunjukkan para pelari saat tiba di garis finis. Ada yang bergembira dengan melompat hingga sujud syukur. Ada juga yang pelari tidak sanggup menahan haru. Saat dipeluk oleh panitia atau rekan sesama pelari, beberapa di antaranya terlihat menangis. Pelari terakhir tercatat tiba di garis finis pada sekitar pukul 13.30 Wita.
”Cuaca hari ini panas sekali. Tetapi puji Tuhan, semua bisa dilalui baik oleh pelari ataupun panitia. Tidak ada kecelaakaan,” kata Race Director Jelajah Timur 2023 Lexi Rohi.
Lexi mengatakan, dari total 51 peserta yang mengikuti kategori full course, 12 orang dinyatakan tidak finis. Meski demikian, peserta yang tidak finis telah menyelesaikan hampir tiga perempat rute. Sementara untuk kategori half dan 10K, seluruhnya finis.
”Kami juga memberi kesempatan kepada teman-teman (full course) yang terus mencoba walaupun waktu sudah lewat. Kami menghargai usaha mereka. Apalagi setelah titik pemeriksaan ketiga, mereka menyatakan ingin sekali sampai finis,” kata Lexi.
Selama berlari, para peserta juga tetap membuka donasi. Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti mengatakan, total donasi yang terkumpul hingga Sabtu sore mencapai hampir Rp 1,2 miliar. Meski kegiatan lari telah selesai, penggalangan dana masih akan terus dibuka hingga November nanti.
”Hasil donasi, akan digunakan untuk pengadaan akses air bersih di tiga desa. Tujuannya, mencegah anak-anak kita dari kemungkinan tengkes,” kata Dini.
Plan Indonesia mencatat akses terhadap air bersih menjadi permasalahan yang berdampak bagi perempuan dan anak perempuan. Mereka memiliki beban tanggung jawab lebih banyak dalam memenuhi kebutuhan air bersih untuk keluarganya dengan berjalan sangat jauh.
Hal itu diperburuk dengan adanya kekeringan berkepanjangan di NTT yang menyebabkan krisis air. Data dari Pemerintah Provinsi NTT pada tahun 2019 menunjukkan, 27,5 persen keluarga tidak memiliki akses ke air bersih.
Hasil donasi akan digunakan untuk pengadaan akses air bersih di tiga desa. Tujuannya mencegah anak-anak kita dari kemungkinan tengkes. (Dini Widiastuti)
Menurut Direktur Resources dan Mobillisation Plan Indonesia Linda Sukandar, beban yang dipikul perempuan dan anak perempuan tersebut mengakibatkan tenaga dan waktu yang seharusnya digunakan untuk bekerja dan belajar habis untuk mengambil air.
”Sulitnya akses terhadap air bersih juga berdampak negatif bagi kesehatan masyarakat dan serta proses tumbuh kembang anak, bahkan berpotensi menyebabkan tengkes. Mengingat (prevelensi) tengkes di NTT adalah yang tertinggi di Indonesia,” kata Linda.
Terus ambil bagian
Para peserta, baik yang berhasil finis maupun yang tidak bisa finis, mengapresiasi pengelolaan jalannya Jelajah Timur 2023. Hal itu membuat mereka berencana kembali ambil bagian di Jelajah Timur berikutnya.
Adi Jasmin (31), asal Makassar, mengatakan sedih karena donasi yang ia kumpulkan seperti tidak sampai. Pekerja lepas di bidang multimedia itu berhenti berlari di Kilometer 63.
”Tetapi saya tidak kapok, kalau masih sehat mau ikut lagi. Hasil tahun ini jadi motivasi untuk lebih baik di tahun depan,” kata Adi.
Bagi dia, keikutsertaannya di Jelajah Timur membuatnya semakin sadar untuk terus bersyukur. Terutama setelah melihat lebih banyak orang di NTT yang tidak seberuntung dirinya bisa dengan mudah mengakses air bersih.
Boy Rusli (42), asal Jakarta, juga tidak bisa finis setelah usahanya terhenti di Kilometer 62 karena cidera. ”Sebenarnya pengin finis, tapi sudah gak kuat. Saya tidak berani paksain. Tapi saya ingin ikut lagi, tentu dengan persiapan matang,” kata Boy.
Boy mengaku bersemangat terus ikut lari amal, terutama di Jelajah Timur. Selain karena sesuai dengan minatnya, juga tidak ada kompetisi. Apalagi para pelari juga berkesempatan langsung melihat kondisi desa penerima manfaat. Dengan demikian donasi yang mereka kumpulkan benar-benar tersalurkan secara baik dan benar.
”Para donator mungkin tidak bisa langsung datang ke NTT. Tetapi lewat perpanjangan para pelari, mereka bisa menyumbangkan apa yang mereka punya,” kata Carla Felany, pelari yang finis di kategori full course.