Peserta Jelajah Timur Mulai Berlari dari Soe Menuju Kupang Sejauh 108 Kilometer
Jelajah Timur 2023 dengan rute 108 kilometer dari Soe di Timor Tengah Selatan menuju Kupang, NTT, mulai berlangsung. Puluhan pelari mengambil bagian dalam lari amal ”ultramarathon” itu.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·5 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Lari amal ultramarathon Jelajah Timur 2023 mulai berlangsung, Jumat (27/10/2023) sore. Para peserta akan berlari melintasi dan menaklukkan tantangan jalur sejauh 108 kilometer dari Soe di Timor Tengah Selatan hingga finis di Kupang, Nusa Tenggara Timur, pada Sabtu (28/10/2023).
Jelajah Timur 2023 adalah kegiatan yang diselenggarakan Plan Indonesia. Tahun ini, lari amal ini telah memasuki tahun kelima sejak pertama kali dilaksanakan pada 2019. Para pelari yang ambil bagian menggalang donasi. Saat ini sudah terkumpul lebih dari Rp 1,1 miliar. Donasi itu akan digunakan untuk menyediakan akses air bersih dan pencegahan tengkes di Nusa Tenggara Timur.
Pantauan Kompas, para pelari telah tiba di Kantor Bupati Timor Tengah Selatan (TTS) sekitar pukul 14.30. Sebelum berangkat, mereka mendapat suguhan tari-tarian dari para pelajar di TTS. Mereka juga sempat berdoa bersama untuk mengenang kepergian Made Agus Rudiartha, salah satu pelari dan juga koordinator Jelajah Timur yang meninggal beberapa waktu sebelum Jelajah Timur 2023 dimulai.
Setelah itu, seluruh pelari dan undangan mengawali lari dengan sama-sama menyanyikan lagu ”Indonesia Raya”. Lalu sekitar pukul 15.30, mereka dilepas secara resmi dengan pengibaran bendera oleh Bupati TTS Egusem Pieter Tahun.
Race Director Jelajah Timur 2023 Lexi Rohi mengatakan, Jelajah Timur edisi kelima ini memiliki jarak 108 kilometer. Terdapat tiga kategori, yakni full course 108 kilometer, half course sejauh 53 kilometer, dan ekshibisi 10 kilometer.
”Total peserta yang kami terima 78 orang. Tetapi, sampai hari pelaksanaan Jelajah Timur, ada 72 yang datang. Sebanyak dua orang di 10 kilometer, 16 orang di half, dan 64 orang di full,” kata Lexi.
Menurut Lexi, sebagian besar pelari memang sering ikut Jelajah Timur di edisi pertama pada 2019. Namun, ada juga yang baru, baik untuk half maupun full. Peserta datang dari berbagai daerah, antara lain Jakarta, Bandung, Surabaya, Sumatera, Sulawesi, Bali, dan NTT.
Lexi mengatakan, kategori full course dilepas di Kantor Bupati TTS. Sementara kategori half course di SD Camplong, Kabupaten Kupang, pada pukul 12 malam. Adapun kategori 10 kilometer dari Terminal Bimoku di batas kota Kupang pada Sabtu (28/10/2023) pukul 07.00. ”Seluruh kegiatan selesai di Kantor Gubernur NTT di Kupang pada Sabtu pukul 11 siang,” kata Lexi.
Menurut Lexi, para pelari akan menghadapi tantangan berupa jalur naik turun. Tantangan lainnya adalah cuaca panas dan fasilitas minim di sepanjang jalur.
”Kalau di Jawa, mungkin sepanjang jalan banyak warung. Tetapi, di sini, jarak warung ke warung, misalnya, jauh dan terbatas. Namun, teman-teman tentu sudah pasti terbiasa dengan itu,” kata Lexi.
Agar bisa melewati tantangan itu, ujar Lexi, para pelari perlu menjaga tempo (pace) mereka, juga pengaturan hidrasi baik kapan makan dan minum.
Selain itu, peserta akan banyak berlari di malam hari. Oleh karena itu, mereka diwajibkan menyiapkan alat penerangan, juga jaket pemecah angin dingin.
Menurut Lexi, untuk memastikan kegiatan berjalan aman dan nyaman, berbagai persiapan telah dilakukan, termasuk dengan melibatkan berbagai pihak terkait.
Ia merinci, ada 30 marshal motor dari Plan Indonesia dan Batalyon Infanteri 743, juga mobil water station di setiap 5 kilometer. Selain itu, ada titik pemeriksaan atau check point (CP) untuk pusat logistik dan konsumsi.
Kalau di Jawa, mungkin sepanjang jalan banyak warung. Tetapi, di sini, jarak warung ke warung, misalnya, jauh dan terbatas.
Sementara untuk kebutuhan medis, mereka menyediakan dua ambulans berkeliling. Juga terdapat 20 orang fisioterapis, baik di jalur maupun di CP. Mereka akan membantu pelari untuk penanganan ringan ataupun serius.
Terkait antisipasi dehidrasi baik peserta maupun petugas karena cuaca NTT yang panas, mereka menyediakan es batu yang cukup.
Hingga pukul 19.40, semua pelari kategori full course telah sampai di CP pertama. Mereka langsung beristirahat, termasuk mendapatkan penanganan dari fisioterapis. Hingga pukul 20.00, semua pelari telah meninggalkan CP 1 dan melanjutkan perjalanan.
Persiapan matang
Tantangan jalur Jelajah Timur membuat para peserta harus mempersiapkan diri dengan matang. Deby Amra (35) dari Muna Barat, Sulawesi Tenggara, mengatakan, sebelum mengikuti Jelajah Timur 2023, ia rutin lari jarak jauh, juga latihan ketahanan dan latihan core. Latihan juga ia lakukan sesuai dengan kondisi cuaca di NTT.
”Kebetulan cuaca di Muna Barat dengan NTT hampir sama. Jadi, penyesuaiannya cepat,” kata Deby yang bekerja di bandara.
Menurut Deby, saat mulai, ia tidak akan memaksa untuk berlari cepat di awal sehingga bisa finis tanpa cedera. ”Tentu saya juga mempersiapkan perlengkapan wajib saat lari, mulai dari lampu kepala, tas lari, obat-obatan, hingga jaket pemecah angin,” ujarnya.
Yacob Yahya (41) juga mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Pria asal Jakarta itu latihan dengan lari minimal 50 kilometer dalam seminggu. Hal itu ia lakukan agar bisa finis di Jelajah Timur 2023.
”Tahun 2021 saya ikut di Lembata, tetapi tidak bisa melanjutkan dan terhenti di Kilometer 80. Insya Allah, tahun ini bisa finis,” kata Yacob yang sehari-hari bekerja sebagai aparatur sipil negara.
Prawira Suryadinata (36) dari Lombok yang baru pertama kali mengikuti Jelajah Timur mengatakan siap dan menargetkan finis. Selama beberapa bulan, ia rutin lari jarak jauh bersama komunitas larinya di Lombok.
Tidak hanya pelari yang baru ikut Jelajah Timur yang mempersiapkan diri, pelari yang telah berkali-kali ambil bagian di Jelajah Timur juga melakukan hal yang sama.
”Tidak ada persiapan khusus. Hanya latihan rutin tiap hari, misalnya melatih ketahanan. Tetapi, saya yakin, banyak doa orang-orang baik untuk pelari di sini,” kata Carla Felany yang telah mengikuti sekitar 24 lari amal, termasuk beberapa kali Jelajah Timur.
Pelari di kategori half dan 10K juga tidak ingin melewatkan kesempatan untuk finis di Kupang. Yusri Hamzah (55) asal Jakarta yang turun di kategori half course mengatakan ia rutin lari dengan meningkatkan jarak per minggu sejak Agustus 2023. ”Paling jauh, persiapan 26 kilometer. Target awal 35 kilometer, tetapi karena cuaca panas Jakarta,” kata pria yang sehari-hari jadi pekerja swasta ini.
Sementara menurut Anita Krisnandari (54) yang mengikuti kategori 10 kilometer, persiapan yang ia lakukan memang tidak sematang pelari kategori ultra. Meski demikian, dia rutin menjaga stamina dan tetap lari, juga mengikuti race jarak pendek 5-10K. ”Ini tahun keempat saya di Jelajah Timur, di mana tiap tahun ikut 10K,” kata Anita yang berencana berlari menggunakan kain tenun.