Presiden meresmikan Jalan Tol Indralaya-Prabumulih untuk meningkatkan konektivitas di Sumatera Selatan.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·5 menit baca
INDRALAYA, KOMPAS — Pemerintah pusat terus berupaya meningkatkan konektivitas transportasi darat di wilayah Sumatera Selatan, terlebih dengan pembangunan jalan tol. Agar investasi berbiaya besar itu tidak sia-sia, pemerintah daerah diminta mengoptimalkan manfaat dari konektivitas tersebut untuk meningkatkan produktivitas dari berbagai sektor yang diunggulkan.
Hari ini, Jalan Tol Indralaya-Prabumulih sepanjang 64 kilometer telah selesai dan segera dioperasikan. Pembangunan yang dimulai sejak 2019 ini berada di medan yang tidak gampang sehingga biaya investasinya mencapai Rp 12,5 triliun. Ini investasi besar, tetapi manfaat untuk negara dan masyarakat akan luar biasa kalau kita bisa menaikkan produktivitas. Artinya, tol ini harus disambungkan dengan kawasan pertanian, wisata, perkebunan, ataupun industri,” ujar Presiden Joko Widodo dalam peresmian Tol Indralaya-Prabumulih di Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Kamis (26/10/2023).
Pemerintah akan membangun jalan tol sepanjang kurang lebih 2.800 kilometer untuk menyambungkan Sumatera, dari Lampung hingga Aceh. Dari total jalan itu, koridor utamanya mencapai kurang lebih 1.800 kilometer. Tujuan pembangunan itu adalah untuk meningkatkan kecepatan mobilitas barang dan jasa.
”Diharapkan daya saing kita menjadi semakin baik,” kata Presiden.
Dalam pertemuan dengan sejumlah tokoh masyarakat dan agama di Palembang, Rabu (25/10/2023) malam, Presiden menyampaikan, masyarakat merasakan banyak perbedaan usai jalan tol yang menghubungkan Palembang, Sumatera Selatan, dan Bandar Lampung, Lampung, beroperasi pada 2019. Dahulu, dengan melalui Jalan Lintas Timur Sumatera, waktu tempuh Palembang-Bandar Lampung bisa mencapai 10-12 jam. Sekarang, dengan tol, waktu tempuh Palembang-Bandar Lampung berkisar 3,5 jam saja.
”Terjadi sebuah percepatan yang luar biasa kalau seperti itu,” tuturnya.
Kendati demikian, Presiden belum puas. Menurut dia, Indonesia masih tertinggal jauh dalam sektor infrastruktur jalan tol. Sebagai perbandingan, panjang jalan tol di seluruh Indonesia baru mencapai 2.800 kilometer, terdiri dari jalan baru 2.040 kilometer dan jalan lama 780 kilometer. Sementara itu, panjang jalan China sudah mencapai 280.000 kilometer.
”Ternyata, masih sangat jauh daya saing kita, competitiveness kita. Itu yang ingin kita kejar agar kita bisa bersaing dengan negara-negara lainnya. Stok infrastruktur kita harus terus ditingkatkan, bisa dengan jalan APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), bisa dengan BUMN (Badan Usaha Milik Negara), dan bisa dibangun swasta. Tiga-tiganya paralel kita kerjakan,” tegas Presiden.
Presiden Joko Widodo mendengarkan penjelasan mengenai proses pembangunan Jalan Tol Indralaya-Prabumulih sebelum diresmikannya di kawasan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Kamis (26/10/2023).
Proyek lanjutan
Direktur Jenderal Bina Marga, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Hedy Rahadian, saat mendampingi Presiden, menjelaskan, Jalan Tol Indralaya-Prabumulih merupakan kelanjutan proyek Jalan Tol Palembang-Indralaya sepanjang 22 kilometer yang beroperasi sejak 2018.
Indonesia masih tertinggal jauh dalam sektor infrastruktur jalan tol. Sebagai perbandingan, panjang jalan tol di seluruh Indonesia baru mencapai 2.800 kilometer, terdiri dari jalan baru 2.040 kilometer dan jalan lama 780 kilometer. Sementara itu, panjang jalan China sudah mencapai 280.000 kilometer.
Nantinya, Jalan Tol Indralaya-Prabumulih akan dilanjutkan menuju Kabupaten Muara Enim dengan total panjang 121 kilometer. Jalan tol itu adalah bagian dari koridor pendukung wilayah Sumatera Selatan, dari Tanjung Api-api di Kabupaten Banyuasin hingga Kota Lubuk Linggau.
Presiden Joko Widodo menekan kartu uang elektronik di alat pembayar tol sebagai simbolis peresmian Jalan Tol Indralaya-Prabumulih di kawasan Indralaya, Kabupaten Ogan Ilir, Sumatera Selatan, Kamis (26/10/2023).
Dalam kesempatan itu, Presiden turut meresmikan jalan layang Patih Galung di Kota Prabumulih. Jalan layang yang dibangun selama Mei 2021 hingga November 2022 itu memakan biaya Rp 86 miliar. Sama seperti Jalan Tol Indralaya-Prabumulih, jalan layang itu pun untuk meningkatkan konektivitas antarwilayah di Sumatera Selatan maupun Sumatera Selatan-Lampung.
”Flyover (jalan layang) ini dibutuhkan untuk mengurangi kemacetan di Prabumulih akibat pelintasan sebidang dengan kereta api. Frekuensi jumlah kereta api yang melintas di sana terus meningkat dari 148 perjalanan per hari di tahun 2022 menjadi sekitar 200 perjalanan di tahun 2024,” ujar Hedy.
Komitmen daerah
Bupati Ogan Ilir Panca Wijaya Akbar menuturkan, daerahnya merupakan kabupaten penyangga Kota Palembang, Ibu kota Sumatera Selatan, karena hanya berjarak sekitar 30 kilometer. Ogan Ilir bisa dibilang pintu gerbang Sumatera Selatan maupun dari Lampung menuju kawasan utara Sumatera.
Dengan adanya Jalan Tol Palembang-Indralaya dan disambung Jalan Tol Indralaya-Prabumulih, Ogan Ilir akan lebih mudah untuk disinggahi ataupun dilintasi oleh warga dari luar. Maka itu, Panca berkomitmen untuk menyiapkan sejumlah fasilitas agar manfaatkan konektivitas tersebut bisa betul-betul bisa dirasakan oleh daerah ataupun masyarakat Ogan Ilir.
Selain berusaha menonjolkan sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) serta wisata, terutama di kawasan Tanjung Senai, pihaknya akan memberikan kemudahan perizinan kepada sektor industri yang ingin mendirikan pabrik atau menanamkan modalnya di Ogan Ilir. ”Untuk investasi, kita sudah ada beberapa perusahaan besar yang beroperasi di sini, seperti Arwana (PT Arwana Citramulia) yang produksi keramiknya sudah dijual hingga Bengkulu, Padang, dan Medan,” katanya.
Bagi Panca, selain komitmen daerah, dia berharap ada dukungan tambahan dari pemerintah pusat agar Ogan Ilir bisa lebih mengoptimalkan manfaat konektivitas tersebut. Yang utama adalah memperlebar sejumlah ruas jalan di Indralaya.
”Jalan yang menjadi pintu masuk ke Indralaya (Ibu Kota Ogan Ilir) masih sempit. Tadi, kami meminta kepada PUPR agar setidaknya jalan keluar dari tol ke Indralaya bisa diperlebar. Itu akan semakin menunjang keberadaan Ogan Ilir sebagai pintu masuk Sumatera Selatan dan aktivitas masyarakat,” tuturnya.
Agenda Presiden
Selain meresmikan Jalan Tol Indralaya-Prabumulih, Presiden menjalani empat agenda lainnya sepanjang Kamis (26/10/2023) di Palembang. Pertama, Presiden mengecek harga komoditas pangan di Pasar Sekip Ujung, Palembang. Dia memastikan stabilitas harga dan inflasi dalam kondisi yang baik.
Setelah itu, Presiden meninjau fasilitas di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Palembang sebelum menuju Jalan Tol Indralaya-Prabumulih. Dia mendorong sekolah kejuruan untuk menjalin hubungan kerja sama dengan dunia industri. Tujuannya agar keahlian para siswa bisa lebih terlatih sesuai dengan kebutuhan industri.
Setelah itu, Presiden meresmikan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik Terpusat (SPALDT) Sei Selayur, Palembang. Ini kali pertama dalam lima tahun terakhir menjabat, ia meresmikan SPALDT. Keberadaan sistem itu, menurut Presiden, sangat penting untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan, terlebih di sekitar Sungai Musi yang sudah tercemar.
Presiden berharap, proyek yang menelan anggaran Rp 1,32 triliun, dengan rincian Rp 690 miliar dari Pemerintah Australia, Rp 624 miliar dari pemerintah pusat, dan Rp 24 miliar dari pemerintah daerah itu bisa diperluas. Sejauh ini, proyek itu baru menjangkau 10 persen dari penduduk Palembang.
”Sehingga, Sungai Musi semakin bersih, indah, dan masyarakat yang hidup di sekitarnya dapat semakin sehat dan aman beraktivitas,” ujarnya.
Rangkaian kegiatan Presiden yang dimulai dari pukul 08.00 ditutup dengan meninjau persediaan beras di Gedung Bulog Sukamaju, Palembang sekitar pukul 14.00. Presiden juga menyerahkan Bantuan Pangan Nontunai (BPNT) berupa beras kepada keluarga penerima manfaat.