Bantu Penyediaan Air Bersih di NTT, Jelajah Timur Kembali Digelar
Sebanyak 70 pelari akan ikut lari amal ultramaraton Jelajah Timur 2023 di NTT. Pelari berhasil mengumpulkan donasi hingga lebih dari Rp 1,1 miliar.
Oleh
ISMAIL ZAKARIA
·4 menit baca
KUPANG, KOMPAS — Yayasan Plan International Indonesia atau Plan Indonesia kembali menggelar kegiatan lari amal ultramaraton Jelajah Timur di Nusa Tenggara Timur, 27-28 Oktober 2023. Sebanyak 70 pelari dari sejumlah wilayah di Indonesia ambil bagian dalam kegiatan yang bertujuan untuk pemenuhan air bersih dan pencegahan tengkes di NTT itu. Hingga saat ini para pelari itu sudah berhasil mengumpulkan donasi lebih dari Rp 1,1 miliar.
Direktur Eksekutif Plan Indonesia Dini Widiastuti dalam kunjungan peserta Jelajah Timur ke Desa Naileu, Kecamatan Kie, Kabupaten Timor Tengah Selatan, NTT, Kamis (26/10/2023), mengatakan, pada tahun 2023 Jelajah Timur memasuki tahun kelima penyelenggaraannya sejak dimulai pada 2019.
Menurut Dini, tahun ini Jelajah Timur mengambil rute Soe, Timor Tengah Selatan, menuju Kupang. Lari akan berlangsung pada 27-28 Oktober 2023. Peserta akan mulai berlari dari Kantor Bupati Timor Tengah Selatan di Soe dan berakhir di Kantor Gubernur NTT di Kupang.
Pelari atau disebut penjelajah terbagi dalam dua kategori ultra, yakni half course sejauh 55 kilometer dan full course sejauh 108 kilometer. Selain itu, akan ada kategori ekshibisi sejauh 10 kilometer dan fun run 5 kilometer di Kupang. Ada juga komunitas-komunitas lari di sejumlah daerah yang menggelar lari bersama saat kegiatan di NTT berlangsung.
Dini menjelaskan, seperti tahun-tahun sebelumnya, Jelajah Timur adalah kegiatan yang bertujuan untuk pemenuhan air bersih dan pencegahan tengkes. ”Menurut data Kementerian Kesehatan, kasus tengkes di Timor Tengah Selatan adalah akibat kekurangan air bersih dan sanitasi,” kata Dini.
Kepala Desa Naileu Octo A Biumau mengatakan, ketersediaan air memang menjadi persoalan yang mereka hadapi saat ini. ”Mata air terbesar jaraknya sekitar dua kilometer. Dulu kami harus jalan kaki, sekarang sudah ada motor,” kata Octo.
Menurut Octo, masalah air bersih tidak hanya untuk konsumsi, tetapi juga mandi, cuci, dan kakus (MCK). Kondisi berdampak pada kasus tengkes yang masih ditemukan di desa mereka.
”Per Agustus 2023, ada 10 anak yang diduga tengkes. Oleh karena itu, besar harapan kami lewat program Plan Indonesia, yang memilih desa kami untuk penyediaan air bersih, masalah itu bisa teratasi,” kata Octo.
Pantauan Kompas, para pelari sudah tiba di Kupang sejak Rabu (25/10/2023). Tetapi, sebagian besar tiba pada Kamis pagi. Setelah itu, mereka berkumpul untuk pengantar singkat dari Plan Indonesia.
”Selamat datang di Kupang. Saya berharap kakak-kakak penjelajah baik half course maupun full course bisa finis dengan baik. Upaya kakak-kakak semua membawa hadiah luar biasa bagi dampingan kami di NTT,” kata Program Implementation Area Manager Yayasan Plan Indonesia Semuel Apsalon Niap.
Mengingat Jelajah Timur adalah lari amal, para pelari menggalang donasi dari berbagai pihak. Penggalangan donasi telah berlangsung beberapa bulan sebelum kegiatan hingga nanti ditutup pada minggu kedua November. Mereka memanfaatkan berbagai platform media sosial atau secara luring untuk mengajak kerabat berdonasi.
”Dari donasi yang terkumpul, dibangun sarana air bersih. Bentuknya tergantung sumber air bersih baik dalam bentuk pengeboran atau pemipaan,” kata Dini.
Lokasi atau desa yang dipilih adalah tempat Plan Indonesia menjalankan program mereka. Selain itu, komunitas di lokasi yang dipilih harus punya komitmen serta manajemen pemeliharaan fasilitas yang dibangun oleh Plan Indonesia. Plan Indonesia adalah organisasi hak anak dan kemanusiaan independen yang memperjuangkan pemenuhan hak anak dan kesetaraan bagi anak perempuan.
Pada Kamis siang hingga sore para peserta Jelajah Timur berkunjung ke Desa Naileu. Di sana, mereka disambut dengan hangat dan antusias oleh tokoh adat, tokoh masyarakat, anak-anak, para orang tua, juga pemerintah desa.
Hal itu membuat para pelari yang datang dari hampir semua wilayah di Tanah Air turut bersemangat dan tidak sabar berlari. Baik yang sudah beberapa kali ambil bagian maupun pertama kali.
Wanda Octavia (33) dari Padang, Sumatera Barat, mengatakan, tahun ini adalah pertama kali dirinya ambil bagian Jelajah Timur. ”Tapi, kalau untuk lari amal, ini yang keempat,” kata Wanda.
Wanda mengaku sangat menikmati lari amal setelah cukup lama terlibat lomba lari (race) biasa. Apalagi, donasi yang terkumpul bisa bermanfaat bagi orang lain.
Makanya, saya targetkan bisa tiap tahun ikut lari amal, bahkan menabung khusus.
Sementara Adi Jasmin (31) mengatakan, tahun ini merupakan yang ketiga kalinya ia terlibat dalam Jelajah Timur. ”Pertama kali ikut pada 2021 secara virtual di Makassar. Jadi, saat teman-teman di NTT lari, pelari di beberapa kota di Indonesia, termasuk Makassar, ikut lari juga. Syukur, kami juga saat itu bisa mengumpulkan donasi,” kata Adi.
Pada tahun kedua, Adi yang sehari-hari menjadi pembuat konten audiovisual ini mengambil kategori half course. ”Tahun ini saya sudah mempersiapkan diri dan siap mengikuti full course,” kata Adi.