Pameran kartun bertajuk ”I Luv U Gudbai” digelar di Gedung DNA Art and Creative Hub Kota Denpasar, Bali. Kartun menjadi penyampai pesan dan kritik yang efektif karena dikemas secara humoristis.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·5 menit baca
Seorang lelaki berpakaian kantoran dan berkalung kartu pengenal menciumi amplop putih dengan gembira. Gajian, demikian keterangan pada gambar kartun pada kolom atas. Pada kolom bawah, lelaki berpakaian kantoran itu tertunduk lesu karena amplop gaji sudah di tangan seorang perempuan. Sini, buat belanja!
Amplop gaji itu hanya ”numpang lewat” di tangan lelaki berpakaian kantoran. Menggelitik. Kartun karya M Najib itu turut dipajang dalam pameran kartun bertajuk ”I Love U Gudbai”, yang digelar di Gedung Dharma Negara Alaya (DNA) Art and Creative Hub Kota Denpasar, Bali.
Pada kartun lainnya, yang juga karya M Najib, digambarkan seorang lelaki berpenampilan necis di atas panggung, yang disebut ”artis ibu kota”. Pada kolom berikutnya ditampilkan celetukan dari penonton, ”Ibu Kota yang baru apa yang lama”, sedangkan lelaki berpenampilan necis itu terlihat tertegun di atas panggung.
Lebih dari 60 kartun karya dari 12 kartunis dihadirkan dalam pameran itu. Pameran kartun tersebut terbuka untuk umum dan digelar selama sembilan hari, 19-27 Oktober 2023.
Enam kartunis ”Ibu Kota” alias dari Jakarta, yakni Beng Rahadian, Ika W Burhan, M Najib, M Nasir, dan M Syaifuddin serta Thomdean, berkolaborasi dengan enam kartunis asal Bali, yaitu Gus Dark, Pinky Sinanta, Yere Agusto, I Wayan Nuriarta, dan Agus Yudha, serta Gde Bagus Andhika Wicaksana dalam pameran itu.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah RI dari Bali, yang juga Gubernur Bali dua periode (2008-2018), I Made Mangku Pastika, mengungkapkan, kartun bukan sekadar gambar lucu dan menggelitik, tetapi juga memiliki makna dan kritik. Mantan Kepala Polda Bali itu juga menyatakan, kartunis bukan sekadar seniman yang menghasilkan karya seni, tetapi juga seorang kritikus yang cerdas.
”Bagaimana mengkritik seseorang, tetapi tidak membuatnya marah sehingga dia (kartunis) pasti orang cerdas, punya nalar, rasio, dan rasa hebat,” kata Pastika saat pembukaan pameran, Kamis (19/10/2023).
Pastika menyebutkan, judul pameran kartun, yakni ”I Love You Goodbye”, juga memiliki makna mendalam tentang kehidupan. ”Memang saat seseorang jatuh cinta, saat yang sama harus siap untuk menyampaikan goodbye,” kata Pastika mengomentari judul pameran.
Pameran kartun di Gedung DNA Art and Creative Hub Kota Denpasar diselenggarakan komunitas pencinta dan aktivis kartun Nusantara dari House Of Cartoon Mania (HOCA) bersama Pemkot Denpasar, Kompas Gramedia, dan Bentara Budaya. Pameran itu didukung sejumlah pihak, antara lain, Carma (Cartoon Magazine), Persatuan Kartunis Indonesia (Pakarti), Amaris Hotel, dan Bali Blockchain Center.
Pameran kartun tersebut, menurut kartunis Thomdean, merupakan lanjutan dari pameran kartun ”I Love U Gudbai” yang diselenggarakan di Bentara Budaya Jakarta awal Agustus lalu.
Simbolik
Thomdean mengatakan, pameran kartun itu bermula dari respons kartunis terhadap wacana pemindahan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan Timur dan sejumlah perubahan terkait kemajuan teknologi, antara lain, tentang kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).
”Awalnya kami bertujuh dari Jakarta mengadakan pameran kartun di Bentara Budaya Jakarta pada Agustus lalu,” kata Thomdean.
Kartunis dari kawasan Ibu Kota itu kemudian mengajak sesama kartunis di Bali untuk membuat karya kartun merespons wacana perubahan tersebut. Thomdean menyatakan, para kartunis tidak harus membuat kartun menyesuaikan topik, tetapi mereka bebas mengekspresikan gagasannya masing-masing untuk merespons kondisi di sekitarnya.
Kartunis dari Bali Gus Dark, misalnya, membuat enam kartun dengan tema sosial dan lingkungan, khususnya mengenai sampah.
Berbeda dengan kartunis lainnya yang menghadirkan karya kartun berupa gambar dua dimensi, Gus Dark menghadirkan kartun dalam gambar tiga dimensi dengan teknik cutout, yakni dengan membuat gambar-gambar potongan dan menumpuknya sehingga menghadirkan obyek tiga dimensi.
Asisten Administrasi Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Setda Kota Denpasar I Made Toya mengatakan, kartun menyampaikan kritik atas kondisi nyata dan sekaligus pesan yang patut dicermati.
Toya menyebutkan, kartun tentang sampah, yang diangkat kartunis Bali dalam pameran itu mencerminkan permasalahan yang dihadapi pemerintah dan masyarakat, dan sekaligus otokritik untuk menggugah kepedulian bersama terhadap permasalahan sampah.
Kartun merupakan sebuah karya visual yang bersifat representatif atau simbolik dengan kekuatan utama kartun terletak pada ide. Dalam buku Membaca Kartun Media Massa yang ditulis I Wayan Nuriarta dan I Gusti Ngurah Wirawan disebutkan kartun memotret persoalan terkini dalam perspektif humor.
”Kartun mempunyai jalan sendiri untuk menyampaikan pesan dan juga kritik melalui humor sehingga pesannya dapat dipahami dengan jelas,” kata Nuriarta, kartunis asal Bali.
Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar itu menambahkan, pesan dan kritik melalui kartun menjadi efektif diterima banyak kalangan, termasuk pihak yang dikritik. ”Sebab, pesan disampaikan secara humoristis. Pesan menjadi muatan kartun dan humor menjadi amunisi kartun,” ujarnya.
Pada sebuah kartun karya Thomdean, misalnya, sebuah robot tekun membaca buku di tengah kerumunan orang yang sibuk mengamati gawai canggih mereka. Pada gambar kartun lainnya, Thomdean menggambarkan ”evolusi peradaban” berupa barisan manusia sambil membawa senjata.
Evolusi itu dimulai dari manusia purba memanggul alat pemukul, lalu tentara kerajaan membawa tombak dan perisai, kemudian tentara memanggul sepucuk senjata laras panjang. Berikutnya adalah seorang tentara memanggul sebuah peluru kendali, lalu sosok mengenakan baju hazmat yang memanggul benda menyerupai botol dengan lambang virus. Pada ujung barisan itu adalah sebuah robot yang tidak membawa senjata. Manakah yang manusia?
Sebab, pesan disampaikan secara humor. Pesan menjadi muatan kartun dan humor menjadi amunisi kartun.
Ketua Pelaksana Harian Badan Ekonomi Kreatif Kota Denpasar Putu Yuliarta mengatakan, kartun menjadi bahasa berkomunikasi yang tidak mengenal sekat dan dapat masuk ke semua tingkatan.
Dalam pembukaan pameran, yang juga dihadiri sejumlah figur, di antaranya, pegiat ekonomi kreatif Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik, Yuliarta mengapresiasi pameran kartun sebagai upaya mendukung perkembangan seni dan kreativitas yang sekaligus menjaga budaya.