Gunung Slamet Naik Status, Masyarakat Diimbau Tak Panik
Status Gunung Slemet meningkat dari normal menjadi waspada pada Kamis (19/10/2023). Peningkatan status terjadi karena adanya peningkatan aktivitas kegempaan dan deformasi tubuh gunung.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Gunung Slamet yang berada di Jawa Tengah dilaporkan naik statusnya dari level 1 atau Normal menjadi level 2 atau Waspada. Masyarakat di lima kabupaten yang berada di lereng Gunung Slamet diminta tidak panik dan selalu memantau perkembangan situasi gunung melalui sumber-sumber yang kredibel.
Kabar terkait kenaikan status Gunung Slamet mulai beredar di masyarakat pada Kamis (19/10/2023) siang. Muhammad Rusdi, petugas di Pos Pengamatan Gunung Api Slamet di Gambuhan, Kabupaten Pemalang, Jateng, membenarkan kabar kenaikan status tersebut. Menurut dia, kenaikan status terhitung mulai Kamis pukul 08.00.
”Gunung Api Slamet dari dua hari yang lalu mengalami peningkatan aktivitas. Hal ini ditandai dari meningkatnya amplitudo gempa tremor menerus dan munculnya gempa tremor harmonik. Sampai saat ini, kenaikan amplitudo tremor juga masih terjadi,” kata Rusdi saat dihubungi pada Kamis petang.
Rusdi menambahkan, pada tingkat Waspada, masyarakat, pengunjung, dan wisatawan dilarang beraktivitas dalam radius 2 kilometer dari kawah puncak Gunung Slamet. Ke depan, Rusdi akan menginformasikan perkembangan terkait status Gunung Slamet secara berkala kepada masyarakat.
Pada Kamis, Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral telah mengeluarkan surat hasil evaluasi tingkat aktivitas Gunung Slamet. Surat itu ditujukan kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Gubernur Jateng, Bupati Pemalang, Bupati Banyumas, Bupati Brebes, Bupati Tegal, dan Bupati Purbalingga.
Dalam surat tersebut dijelaskan terkait hasil pemantauan visual dan instrumental pada Gunung Slamet. Berdasarkan pemantauan visual selama periode 1-18 Oktober 2023, Gunung Slamet teramati jelas, kadang tertutup kabut. Pada saat cerah, teramati asap kawah utama yang berwarna putih dengan intensitas tipis, sedang, hingga tebal di 50-300 meter dari puncak.
Berdasarkan pengamatan instrumental, sepanjang 1-18 Oktober 2023, ada 2.096 kali gempa embusan, 3 kali gempa tremor harmonik, 2 kali gempa vulkanik dalam, 12 kali gempa tektonik lokal, 7 kali gempa tektonik jauh, dan tremor menerus dengan amplitudo 0,2-6 milimeter. Pada 1 Oktober 2023 terekam peningkatan amplitudo gempa tremor menerus dari 2 mm menjadi 3 mm.
”Selanjutnya, pada 18 Oktober 2023 terekam gempa tremor harmonik dengan durasi maksimum sekitar 1 jam 18 menit,” kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Hendra Gunawan dalam keterangan tertulis.
Hendra menambahkan, pengukuran deformasi menunjukkan terjadinya peningkatan tekanan pada tubuh Gunung Slamet. Adanya inflasi pada Stasiun Tiltmeter Bambangan yang terdekat dari puncak Gunung Slamet menunjukkan tekanan telah bergerak menuju puncak gunung atau berada pada kedalaman yang lebih dangkal dari sebelumnya. Hal itu menunjukkan terjadinya peningkatan tekanan di bawah tubuh Gunung Slamet yang dapat memicu munculnya gempa-gempa dangkal dan terjadinya erupsi freatik.
”Potensi ancaman bahaya Gunung Slamet saat ini adalah erupsi freatik dan magmatik yang dapat menghasilkan lontaran material pijar yang melanda daerah di sekitar puncak di dalam radius 2 kilometer. Hujan abu dapat terjadi di sekitar kawah ataupun melanda daerah yang ditentukan oleh arah dan kecepatan angin,” tutur Hendra.
Sementara itu, Kepala Bidang Penanganan Darurat Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jateng Muhamad Chomsul menuturkan, pihaknya akan terus berkoordinasi dan mengikuti rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Selain itu, pihaknya juga telah berkoordinasi dengan BPBD di lima daerah di lereng Gunung Slamet untuk mengambil langkah-langkah antisipatif yang diperlukan.
”Kami meminta supaya BPBD di lima daerah itu aktif menyosialisasikan kesiapsiagaan dan mengimbau masyarakat agar tidak panik. Masyarakat juga kami harapkan selalu memantau perkembangan situasi Gunung Slamet dan tidak perpancing dengan isu-isu yang menyesatkan,” ujar Chomsul.