Kalimantan Selatan Panen Raya di Tengah Ancaman El Nino
Peralihan dari varietas padi lokal ke padi unggul membuat Kalsel dapat menikmati panen raya di tengah ancaman El Nino.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·5 menit baca
MARTAPURA, KOMPAS — Sejumlah daerah di Kalimantan Selatan masih bisa melakukan panen raya padi di tengah ancaman kekeringan dengan adanya fenomena El Nino. Bahkan, hasil panen padi tahun ini diakui petani lebih bagus dari tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah daerah pun optimistis produksi padi tahun ini akan meningkat hingga mencapai 1 juta ton.
Untuk kesekian kalinya di musim kemarau tahun ini, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kalimantan Selatan melaksanakan kegiatan panen raya padi. Kali ini, panen raya dilaksanakan di hamparan sawah milik petani di Desa Penggalaman, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar, Senin (16/10/2023).
Bahrun (58), petani di Desa Penggalaman, menuturkan, hasil panen padi tahun ini lebih bagus dari hasil panen padi tahun sebelumnya meskipun kemarau tahun ini lebih ekstrem. Faktor yang paling menentukan adalah varietas padi yang ditanam.
”Sebelumnya, kami selalu menanam padi lokal, tetapi mulai tahun ini kami menanam padi unggul. Kami dianjurkan untuk mengganti varietas setelah dua tahun terakhir gagal panen akibat serangan tungro,” ujar petani dari Kelompok Tani Karya Bersama itu di sela-sela acara syukuran panen raya padi di Penggalaman.
Bahrun mengungkapkan, tahun ini ia mendapat padi sebanyak 600 kaleng dari sawah garapannya seluas 1 hektar (ha). Biasanya dari lahan 1 ha, ia hanya mendapat padi sekitar 200 kaleng. Satu kaleng memuat sekitar 20 liter.
”Kemarau sejauh ini tidak jadi persoalan di daerah kami karena irigasinya bagus. Kami tetap bisa menggarap lahan karena air masih tersedia dan cukup untuk mengairi sawah,” katanya.
Langkir (68), petani lainnya, juga mengakui bahwa hasil panen padi tahun ini lebih bagus dibandingkan dengan panen tahun-tahun sebelumnya. Bahkan, hasil panen seperti sekarang belum pernah mereka alami selama masih menanam padi varietas lokal, yang umur tanamnya lebih lama, yakni mencapai 6-7 bulan.
”Tahun ini, saya juga menanam padi unggul. Empat bulan sudah panen. Hasilnya dalam satu borong (17 meter x 17 meter) bisa dapat 12 kaleng. Padahal, biasanya paling hanya dapat tujuh kaleng,” tuturnya.
Tahun ini, tanaman padi unggul milik Langkir juga bebas dari serangan tungro. Tahun lalu, ia mengalami gagal panen karena padi lokal yang ditanamnya terserang tungro. ”Ternyata tidak sia-sia kami mengganti varietas. Hasilnya jauh lebih bagus. Petani akhirnya tidak sakit terus,” katanya.
Produksi meningkat
Kepala Desa Penggalaman Nur Ipansyah menyampaikan, luas hamparan sawah yang dipanen kali ini sekitar 300 ha. Semuanya adalah varietas padi unggul. ”Panen di desa kami sudah berlangsung dari Agustus lalu dan diperkirakan sampai November. Panen tahun ini luar biasa, bagus sekali, dengan produksi rata-rata 6-7 ton per ha,” ujarnya.
Ipansyah mengatakan, hasil panen tahun ini seperti menjadi bayaran atas kegagalan panen di desanya dalam dua tahun terakhir. ”Dua tahun kami di sini tidak dapat hasil sama sekali karena serangan hama tungro. Hampir 90 persen petani gagal panen,” katanya.
Namun, menurut dia, situasi gagal panen dalam dua tahun terakhir tidak membuat petani patah semangat karena bertani memang sudah menjadi usaha utama masyarakat setempat. ”Tahun ini kami coba ganti varietas dan itulah yang akhirnya membuat panen kami berhasil,” ujarnya.
Ipansyah menyebutkan, di desanya ada potensi lahan pertanian sekitar 5.500 ha. Tahun ini, yang sudah panen sekitar 4.000 ha dan berhasil semua dengan produktivitas 6-7 ton per ha. Hasil panen tahun ini meningkat signifikan dari tahun-tahun sebelumnya, yang hanya 3-4 ton per ha.
”Hasil panen tahun ini bagus walaupun ada fenomena El Nino karena sistem pengairan atau irigasi di desa kami sudah bagus. Kami juga selalu bergotong royong membersihkan saluran irigasi sehingga air selalu tersedia saat dibutuhkan,” katanya.
Penopang pangan
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kalsel Syamsir Rahman mengatakan, Kalsel menjadi salah satu provinsi yang ditunjuk Kementerian Pertanian sebagai penopang pangan nasional di tengah ancaman El Nino. Dari 500.000 hektar (ha) lahan yang disiapkan Kementan untuk antisipasi El Nino, 100.000 ha diamanatkan ke Kalsel.
”Sejak Juli, kami melakukan gerakan nasional tanam padi. Habis panen langsung tanam. Sampai saat ini kami sudah merealisasikan tanam padi seluas 71.000 ha dari target 100.000 ha,” katanya di lokasi panen padi.
Menurut Syamsir, tidak seperti biasanya, pada Oktober-November tahun ini di Kalsel masih ada panen. Karena itu, gerakan nasional tanam padi juga akan dilakukan sampai dengan November. ”Pokoknya habis panen, langsung tanam lagi,” ujarnya.
Sekelompok petani menanam padi unggul di Desa Sungai Rangas Hambuku, Kecamatan Martapura Barat, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, Selasa (19/9/2023).
Syamsir pun optimistis produksi padi di Kalsel tahun ini akan meningkat dari tahun lalu karena saat ini capaiannya sudah lebih dari 810.000 ton. Tahun lalu, produksi padi sekitar 800.000 ton. ”Tahun ini, produksi padi Kalsel bisa mencapai 900.000 ton, bahkan tidak menutup kemungkinan akan mencapai 1 juta ton kalau tidak ada masalah dan kendala dalam beberapa bulan ke depan,” katanya.
Gubernur Kalsel Sahbirin Noor bersyukur karena daerahnya masih tetap bisa panen dan tanam padi di musim kemarau. Di saat ada daerah yang mengalami gagal panen karena dampak El Nino, Kalsel justru masih bisa panen raya.
”Tahun ini, hasil panen di daerah kami sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Banua (Kalsel). Karena itu, kami pun siap memasok beras ke provinsi tetangga atau provinsi lain,” katanya.