Alokasi bantuan air bersih dari Pemerintah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, kian menipis. Bantuan air bersih untuk memenuhi permintaan warga saat ini diharapkan datang dari luar pemerintah daerah.
Oleh
REGINA RUKMORINI
·3 menit baca
TEMANGGUNG, KOMPAS — Alokasi bantuan air bersih yang disiapkan Pemerintah Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, tersisa 15 tangki dari total 151 tangki atau 755.000 liter air yang dialokasikan tahun ini. Sisa kuota dihemat guna mengantisipasi kemarau yang berpeluang masih terjadi.
Kepala Seksi Penanganan Darurat dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Temanggung Priyo Harjanto mengatakan, dengan mempertimbangkan ketersediaan bantuan air yang makin menipis dan prediksi musim kemarau yang mungkin masih panjang hingga akhir Oktober, sisa alokasi 15 tangki sengaja disimpan untuk cadangan.
”Untuk memenuhi permintaan warga, saat ini kami berupaya sebisa mungkin memanfaatkan bantuan air dari pihak luar,” ujarnya, Sabtu (14/10/2023).
BPBD Kabupaten Temanggung sudah meminta lagi tambahan alokasi bantuan air bersih sebanyak 50 tangki dari APBD Perubahan 2023. Sisa 15 tangki tersebut akan disimpan sebagai cadangan untuk memenuhi kebutuhan saat tambahan alokasi tersebut belum didapatkan dan ketika tidak ada sumbangan bantuan air bersih dari pihak ketiga.
Sejak pertengahan Juli 2023 hingga 13 Oktober 2023, BPBD Kabupaten Temanggung telah mendistribusikan 344 tangki air atau 1.748.600 liter air bersih untuk memenuhi permintaan warga. Dari jumlah itu, 137 tangki atau sekitar 685.000 liter air berasal dari APBD Temanggung, sementara sisanya berasal dari pihak ketiga, terutama dari tanggung jawab sosial perusahaan (CSR).
Jumlah desa yang mengajukan permintaan juga terus bertambah. Pada 14 September lalu, jumlah desa yang mengalami dampak kekeringan dan mengajukan permintaan air bersih terdata 14 desa di 11 kecamatan. Sementara itu, pada 13 Oktober 2023, jumlah desa yang mengalami krisis air bersih bertambah signifikan, yakni menjadi 31 desa dan tersebar 12 kecamatan.
Dalam tiga tahun terakhir, kekeringan pada musim kemarau tahun ini merupakan yang terparah.
Dalam tiga tahun terakhir, kata Priyo, kekeringan pada musim kemarau tahun ini merupakan yang terparah. Hal ini ditandai dengan munculnya permintaan dari sedikitnya 10 desa baru atau desa yang sebelumnya sama sekali belum pernah meminta bantuan air bersih.
”Karena kemarau yang berlangsung demikian lama, banyak desa yang semula masih cukup air pun mengeluh debit air dari sumber-sumber air sekitar mulai makin mengecil,” ujarnya.
Terkait kekeringan, Jumat (13/10/2023), Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Magelang memulai peluncuran bantuan air bersih ke Kabupaten Magelang dan Temanggung.
Ketua PMI Kota Magelang Suko Tri Cahyo mengatakan, total bantuan air bersih yang akan diberikan mencapai 150.000 liter, tiap kabupaten dialokasikan bantuan sebanyak 75.000 liter untuk 7.500 orang.
Bantuan air bersih ini akan terus dikirimkan setiap hari hingga 2 November 2023. Air bersih yang dikirimkan sebagai bantuan adalah air dari PDAM Kota Magelang.
Jika kemudian kemarau berkepanjangan, yakni melewati 2 November 20232, PMI berharap kesadaran dan kepedulian dari pihak lain untuk ikut membantu.
”Dengan pengiriman bantuan air yang dilangsungkan tiap hari ini, semoga banyak pihak makin tahu, makin peduli, bahwa sebenarnya banyak warga lainnya masih begitu membutuhkan pasokan air bersih di musim kemarau ini,” ujarnya.
Bantuan galon diberikan karena warga desa-desa tersebut mengaku tidak memiliki bak penampungan yang cukup besar untuk menampung air.
Sasaran pengiriman bantuan air bersih ke Kabupaten Magelang dan Temanggung ini, kata dia, nantinya dilakukan mengikuti saran dan arahan dari PMI dan pemerintah daerah setempat.
Sebelum mengirim bantuan air bersih, kata Suko, pihaknya juga telah mengirimkan bantuan 500 galon air mineral kosong ke sejumlah desa yang nantinya akan mendapatkan bantuan air bersih. Bantuan galon diberikan karena warga desa-desa tersebut mengaku tidak memiliki bak penampungan yang cukup besar untuk menampung air.