Wisata Pulau Kecil Kota Padang yang Memesona
Wisata pulau-pulau kecil yang memesona di Kota Padang, Sumatera Barat, kembali bergeliat usai mati suri dihantam pandemi Covid-19.
Pesona pulau-pulau kecil di Kota Padang, Sumatera Barat, seakan tak pernah luntur menarik wisatawan. Destinasi wisata alam ini kembali bergeliat usai mati suri dihantam pandemi Covid-19.
Jul Frans (28) berlesehan sendiri di depan tenda menikmati kopi. Tatapannya mengarah pantai berpasir putih dan perairan jernih. Butiran pasir menempel di lengan dan beberapa bagian tubuh pria yang mengenakan singlet dan celana pendek ini.
Sabtu (7/10/2023) siang itu, Jul tengah beristirahat usai bermain-main di pesisir Pulau Sirandah. Dari pagi, ia asyik beraktivitas di pantai bersama enam rekan kantornya. Mereka berfoto-foto, berenang-renang, memancing ikan, dan makan-makan.
”Kami dari Pekanbaru (Riau) sengaja berlibur ke sini. Pengobat suntuk dari aktivitas kerja. Di Riau, tidak ada destinasi wisata begini,” kata Jul, pegawai perusahaan swasta, dijumpai di Pulau Sirandah, Kelurahan Teluk Kabung Selatan, Kecamatan Bungus Teluk Kabung.
Jul yang pernah berkunjung tahun 2021 masih terpesona dengan keasrian pulau seluas 19,18 hektar ini. Pasirnya putih dan airnya jernih dengan gradasi warna bening, hijau, dan biru menandakan tingkat kedalaman. Terumbu karang relatif terjaga sehingga menjadi titik favorit untuk memancing dan snorkeling.
Kesan puas juga diungkapkan oleh Sahrul Hamdani, warga Kabupaten Tebo, Jambi, yang berkunjung ke Pulau Pasumpahan, Kelurahan Teluk Kabung Selatan, Minggu (8/10/2023). Ia berkunjung dan berkemah di pulau itu bersama empat rekannya dari komunitas supermoto.
Sahrul mengungkapkan, akhir pekan itu merupakan kunjungan pertamanya ke pulau kecil di Padang. Ia pun terkesima dengan suasana pulau seluas 16,9 hektar yang berpasir putih dan berair jernih dengan ombak tenang itu.
”Saya ingin ke sini karena melihat posting-anorang di medsos. Pemandangannya indah. Rasanya bahagia bisa sampai di sini. Sesuai ekspektasi, tidak ada tipu-tipu,” kata pria yang sehari-hari bekerja sebagai petani sawit itu.
Baca juga: Sejenak Rehat di Air Terjun Lembah Anai
Pulau kecil
Pulau Sirandah dan Pulau Pasumpahan adalah dua dari sejumlah pulau kecil yang menjadi destinasi wisatawan di Kota Padang. Jarak tempuh ke kedua pulau masing-masing 25 menit dan 15 menit dari Dermaga Sungai Pisang di Kelurahan Teluk Kabung Selatan.
Wisata ke pulau-pulau kecil di Teluk Kabung Selatan atau lebih dikenal dengan Sungai Pisang mulai naik daun sejak 2014. Pulau yang awalnya hanya lokasi tujuan dan tempat singgah penghobi memancing perlahan bergeser dikunjungi wisatawan untuk berkemah.
Selain Pasumpahan, Sirandah, Sikuai, dan pulau kecil lainnya di Sungai Pisang, aktivitas wisata juga hidup di pulau-pulau lain, seperti Pagang dan Pamutusan, yang berada di wilayah tetangga, Nagari Sungai Pisang, Kabupaten Pesisir Selatan.
Pembatasan sosial saat pandemi Covid-19 memang sempat membuat pariwisata di pulau-pulau kecil yang dikelola swasta ini mati suri sekitar dua tahun. Walakin, belakangan aktivitas wisata kembali bergeliat meskipun belum mencapai kondisi yang sama pada periode puncak tahun 2016-2019.
Sabtu lalu, seratusan wisatawan datang silih berganti ke Pulau Sirandah. Sebagian pengunjung menginap, baik di pondok (cottage) yang disewakan pengelola maupun berkemah di belasan tenda, sebagian lainnya berkunjung sehari.
Pulau Pasumpahan juga dikunjungi ratusan pengunjung, awal Oktober 2023. Puluhan tenda yang mayoritas ditempati muda-mudi berdiri dari tepi pantai hingga menjorok ke dalam pulau. Pulau ini juga ramai dikunjungi rombongan keluarga dan pegawai perusahaan.
Aktivitas pengunjung di kedua pulau tersebut relatif sama, mulai dari piknik, bersantai di tenda atau hammock, berjalan-jalan di pantai, berenang-renang, snorkeling, hingga memancing.
Baca juga: Menyusuri Padang dan Kota Tuanya
Mulai bangkit
Rio Septianda, Direktur PT Semangat Baru Bahari, yang mengelola Pulau Sirandah, mengatakan, pulau mulai ramai dikunjungi sejak dibuka normal tahun 2022. Memang belum menyamai jumlah kunjungan sebelum pandemi, tetapi kondisinya lebih baik dibandingkan pada masa-masa pembatasan sosial.
Sekarang rata-rata kunjungan ke Pulau Sirandah, kata Rio, sekitar 1.000 orang per bulan. Pengunjung ramai saat akhir pekan dengan porsi 45 persen berkemah atau menginap dan sisanya kunjungan sehari.
Sementara itu, puncak kunjungan terjadi pada masa libur Lebaran/Idul Fitri dan libur Tahun Baru. Rata-rata jumlah kunjungan saat libur Lebaran 250-500 orang per hari selama dua pekan dan saat libur Tahun Baru total 2.000 orang selama dua hari.
”Pengunjung pulau mayoritas dari luar provinsi. Kebanyakan dari Riau, disusul Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Bengkulu,” kata Rio, yang mengambil alih pengelolaan Pulau Sirandah sejak 2019, Sabtu (7/9/2023).
Tiket yang relatif terjangkau juga jadi daya tarik ke Pulau Sirandah. Wisatawan membayar Rp 30.000 per orang untuk kunjungan harian dan Rp 60.000 per orang bila berkemah. Tarif transportasi antar-jemput dengan perahu motor warga Rp 50.000 per orang.
Baca juga: Batu Malin Kundang yang Tenggelam Kembali Terlihat
Kondisi pariwisata pulau kecil yang mulai bangkit juga diungkapkan Jasman Hidayat (30), pengelola Pulau Pasumpahan, Minggu (8/10/2023). Kunjungan ke pulau itu kembali ramai setelah pandemi Covid-19, terutama menjelang akhir tahun 2023.
”Kunjungan akhir pekan ini (di luar masa libur panjang) paling ramai setelah beberapa bulan terakhir. Kalau pas korona, tutup habis,” katanya. Tiket masuk Pasumpahan per orang Rp 25.000 untuk kunjungan sehari dan Rp 35.000 untuk berkemah/menginap. Tarif transportasi antar-jemput ke pulau Rp 35.000 per orang.
Menurut Jasman, rata-rata jumlah pengunjung Pasumpahan saat ini 500-600 orang per bulan. Kunjungan ramai pada hari Sabtu dan Minggu. Pada hari-hari biasa ini, sekitar 70 persen pengunjung adalah warga Sumbar dan tidak menginap.
Puncak kunjungan ke Pasumpahan juga terjadi pada masa libur Lebaran Idul Fitri dan Tahun Baru.
Puncak kunjungan ke Pasumpahan juga terjadi pada masa libur Lebaran Idul Fitri dan Tahun Baru. Selama dua pekan libur Lebaran, jumlah kunjungan mencapai 1.000 orang. Jumlah itu juga berlaku selama periode sepekan jelang Natal hingga 5 Januari.
”Hari biasa jumlah pengunjung didominasi dari Sumbar. Kalau musim puncak, sebaliknya, dari luar Sumbar yang dominan. Kebanyakan dari Riau, disusul Jambi dan Bengkulu,” ujar Jasman.
Pengembangan
Kepala Dinas Pariwisata Kota Padang Yudi Indra Syani mengatakan, wisata pulau-pulau kecil yang menjadi daya tarik wisatawan ke Padang memang kembali bangkit pascapandemi Covid-19. Hal tersebut berdampak positif bagi perekonomian masyarakat.
Menurut Yudi, pemerintah kota berupaya mengembangkan pariwisata pulau itu dengan membina kelompok sadar wisata (pokdarwis). Tujuannya agar pelaku industri wisata punya kemampuan keramah-tamahan sehingga pariwisata bisa berkembang.
”Pemerintah membina pokdarwis dengan memberikan pelatihan dan sebagainya. Kalau mereka punya keluhan atau kebutuhan, jika bisa, pemerintah akan membantu,” kata Yudi, Selasa (10/10/2023).
Ke depan, Pemkot Padang juga akan mengembangkan wisata minat khusus di tiga pulau kecil lainnya, yaitu Pulau Air, Pulau Toran, dan Pulau Pandan. Pemerintah bekerja sama dengan Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN).
Pulau Air seluas 4,75 hektar dikembangkan sebagai family island dengan daya dukung lingkungan 28 orang per hari. Di pulau ini, pengunjung bisa melakukan diving, snorkeling, island hopping, dan menyaksikan lumba-lumba.
Selanjutnya, Pulau Toran seluas 25,23 hektar dikembangkan sebagai survival island dengan daya dukung lingkungan 67 orang per hari. Pengunjung pulau bisa melakukan kegiatan survival, snorkeling, menyaksikan penyu, island hopping, dan menyaksikan lumba-lumba.
Pulau Pandan seluas 16,04 hektar yang merupakan lokasi peneluran penyu dikembangkan sebagai historical island dengan daya dukung lingkungan 44 orang per hari.
Pulau Pandan seluas 16,04 hektar yang merupakan lokasi peneluran penyu dikembangkan sebagai historical island dengan daya dukung lingkungan 44 orang per hari. Di pulau ini, pengunjung bisa melakukan diving, snorkeling, menyaksikan penyu, island hopping, dan menyaksikan lumba-lumba.
”Target pengunjung ketiga pulau ini wisatawan mancanegara. Jadi, ketiga pulau konservasi ini dikembangkan jadi wisata minat khusus. Sementara itu, pulau-pulau di Sungai Pisang untuk wisata massal yang sifatnya lokal,” ujar Yudi.