Ombak Tinggi Sulitkan Pencarian Nelayan di Perairan Cilacap
Tiga regu penyelamat diturunkan untuk mencari nelayan yang hilang di perairan Cilacap, Jawa Tengah.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Angin kencang dan ombak tinggi menyulitkan pencarian Marto Miardi (61), nelayan pencari ubur-ubur, yang dilaporkan hilang sejak Minggu (8/10/2023) malam di perairan Pantai Bunton, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah. Memasuki hari ketiga pencarian, Tim SAR gabungan belum menemukan keberadaan korban.
”Hingga saat ini, Tim SAR gabungan belum menemukan tanda-tanda keberadaan korban,” kata Suci Amel dari bagian Humas Kantor Basarnas Cilacap, Rabu (11/10/2023) sore.
Amel menyampaikan, pada hari ketiga pencarian ini, Tim SAR gabungan dibagi menjadi tiga regu pencarian atau SRU (search and rescue unit). SRU 1 menyisir di atas permukaan air menggunakan perahu rigid inflatable boat (RIB) seluas 7 mil laut (12,9 kilometer) dari lokasi kejadian. SRU 2 menyisir di atas permukaan air menggunakan perahu landing craft rubber (LCR) seluas 3 mil laut (5,5 kilometer) dari lokasi kejadian. ”SRU 3 penyisiran darat sejauh 5 kilometer ke arah timur dari muara Sungai Serayu,” katanya.
Koordinator Lapangan Basarnas Cilacap Mariadi menyebutkan, pencarian di lapangan terkendala sejumlah faktor. Pertama, tidak diketahui titik tenggelam korban. Kedua, kondisi angin yang kencang. Ketiga, ombak yang tinggi.
”Kesulitan yang kami hadapi adalah tidak tahu persis titik lokasi korban itu terjatuh. Untuk cuaca, di tengah laut ada ombak cukup tinggi dan itu cukup menyulitkan tim kami,” tutur Mariadi.
Sebelumnya, Kepala Kantor Pencarian dan Pertolongan Cilacap Adah Sudarsa menyampaikan, pada Senin (9/10/2023) pagi, pihaknya menerima laporan adanya kecelakaan kapal dengan man over board (MOB) satu orang, diduga terjatuh dari perahu di sebelah timur Sungai Serayu Desa Bunton.
”Menerima informasi tersebut, kami langsung berangkatkan satu tim rescue ke lokasi kejadian lengkap dengan membawa peralatan SAR di air untuk mencari seorang nelayan pencari ubur-ubur yang hilang di sekitar perairan Bunton,” kata Adah.
Adah menambahkan, dari informasi yang didapatkan, Marto berangkat melaut untuk mencari ubur-ubur pada Minggu malam. ”Keesokan harinya, Senin (9/10/2023) sekitar pukul 06.30, telah ditemukan perahu milik nelayan tersebut dalam keadaan pecah dan tanpa (mesin) motor tempel,” tutur Adah.
Berdasarkan data dari Basarnas Cilacap, sepanjang Januari-September 2023, terdapat 41 kejadian yang ditangani Basarnas Cilacap. Sebanyak 41 kejadian itu terdiri dari 5 kecelakaan kapal, 1 bencana alam, 33 kejadian kondisi membahayakan manusia, serta 2 kecelakaan dengan penanganan khusus. Dari jumlah itu, terdapat 144 korban dengan rincian 98 orang selamat, 31 orang meninggal dunia, dan 15 orang dinyatakan hilang.
Pencarian di lapangan terkendala sejumlah faktor.
Pada 2022, terdapat 66 kejadian dengan total korban meninggal dunia sebanyak 54 orang, 8 orang hilang, dan 318 orang selamat. Adapun pada 2021 terdapat 55 kejadian dengan korban selamat 46 orang, 43 orang meninggal dunia, dan 17 orang hilang.
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia Kabupaten Cilacap Sarjono pernah menyebutkan, nelayan tradisional masih mengabaikan keselamatan dirinya karena mereka tidak selalu mengenakan jaket pelampung.
”Arahan sudah berkali-kali, sosialisasi melaut harus pakai life jacket untuk perlindungan, safety diri sendiri saja kadang-kadang tidak dihiraukan, katanya ribet, padahal itu penting. Sekalipun tidak bisa berenang, kalau kecemplung laut itu kan pasti terapung-apung,” kata Sarjono (Kompas.id 26/7/2023).