Pemindahan Rute ke Bandara Kertajati Jadi Peluang Transportasi Darat
Pemindahan tujuh rute penerbangan dari Bandara Internasional Husein Sastranegara Bandung ke Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka membuka peluang bisnis transportasi darat.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
MAJALENGKA, KOMPAS — Pemindahan tujuh rute penerbangan dari Bandara Internasional Husein Sastranegara Bandung ke Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka membuka peluang bisnis transportasi darat. Pelaku usaha pun berharap, pengalihan rute itu terus berlanjut.
”Pemindahan rute ini sudah kami tunggu sejak dulu. Dengan pemindahan ini, usaha kami bisa jadi membaik,” ucap Tatang Sumantri, pemilik Mekar Sari (MS) Trans Majalengka, Rabu (11/10/2023). Pengalihan rute penerbangan dari Bandara Husein ke Bandara Kertajati itu dimulai 29 Oktober.
Terdapat tujuh rute domestik yang dipindahkan, yakni dari dan menuju Denpasar (Bali), Balikpapan, Banjarmasin, Makassar, Medan, Batam, dan Palembang. Pemerintah menargetkan, penerbangan itu berlangsung setiap hari dengan maskapai AirAsia, Citilink, dan Super Air Jet.
Dengan pengalihan rute itu, aktivitas penerbangan di Bandara Kertajati bakal bertambah. Saat ini, hanya terdapat penerbangan reguler Kertajati menuju Kuala Lumpur, Malaysia, dan sebaliknya oleh maskapai AirAsia setiap Rabu dan Minggu. Itu pun hanya satu pesawat per hari.
Dengan pemindahan ini, usaha kami bisa jadi membaik.
Sebelumnya, maskapai Garuda Indonesia juga membuka rute Kertajati-Jeddah, Arab Saudi, untuk calon anggota jemaah umrah setiap hari Minggu. Namun, rute itu belum optimal. ”Kami juga sudah beroperasi ke Kertajati setiap Rabu dan Minggu sesuai jadwal pesawat, tetapi belum ramai,” ucapnya.
Menurut Tatang, dari kapasitas 10 tempat duduk, tingkat keterisian per minibus hanya rata-rata dua kursi. Selain minimnya jumlah penerbangan, katanya, banyak penumpang juga masih menggunakan kendaraan pribadi atau rental. Terlebih saat umrah, penumpang memilih berangkat bersama rombongan.
”Kami optimistis, pemindahan rute ke Kertajati ini akan mengembangkan usaha kami,” ujarnya. Apalagi, kehadiran Jalan Tol Cileunyi-Sumedang-Dawuan (Cisumdawu) mampu memangkas waktu tempuh dari Bandung ke Kertajati yang sebelumnya lebih dari dua jam menjadi hanya satu jam.
Sebagai putra daerah, lanjutnya, MS Trans telah menyiapkan 15 armada yang melayani trayek Bandung ke Majalengka. Adapun jalur khusus dari Bandung ke Kertajati tercatat lima armada. Pihaknya juga membuka rute Karawang-Kertajati dengan dua mobil dan Majalengka-Kertajati (lima armada).
”Kami berharap jangan sampai setelah pemindahan rute, nanti dipindahkan kembali ke Bandara Husein seperti sebelumnya,” ucapnya. Pada 2019, pemerintah sempat mengalihkan 13 rute penerbangan dari Husein ke Kertajati. Namun, pola itu tidak bertahan dan satu per satu rute ditutup.
Belum adanya Jalan Tol Cisumdawu menjadi penyebab belum optimalnya pengalihan rute saat itu. Fasilitas pendukung, seperti hotel, juga belum tersedia saat itu. Kini, akses dari Bandung menuju Kertajati tidak lagi terkendala. Hotel berbintang pun telah tersedia di sekitar bandara.
Direktur Utama PT Bandara Internasional Jabar Muhamad Singgih mengatakan, akses transportasi menuju Kertajati sudah memadai. Saat ini telah ada 10 angkutan dari sejumlah daerah, seperti taksi, shuttle, hingga Bus Damri yang siap mengantar calon penumpang dari dan menuju bandara.
Trayek itu menjangkau wilayah seperti Bandung, Cirebon, Indramayu, Karawang, Subang, Ciamis, Tasikmalaya, hingga Pangandaran. Tarif terdekat Majalengka-Kertajati Rp 40.000 per orang dan tarif terjauh Pangandaran-Kertajati, Rp 140.000 per orang. Harga itu sudah termasuk diskon.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara di Kementerian Perhubungan Maria Kristi Endah saat meninjau Bandara Kertajati, Selasa (10/10), memastikan pemindahan rute kali ini akan terus berlanjut dan tidak seperti pengalihan rute 2019. Sebab, akses dan infrastruktur bandara sudah siap.
”Yang penting itu mindset (pola pikir). Penduduk Jabar ini harus bangga dengan bandara ini. Kalau masih mindset-nya pindah ke Jakarta, berarti ya belum (bangga),” ucap Maria. Ia pun berharap penduduk Jabar yang mencapai hampir 50 juta jiwa bisa terus memanfaatkan Bandara Kertajati.