Bayi betina badak sumatera yang lahir pada 30 September 2023 tumbuh sehat di bawah perawatan induknya, Ratu. Keduanya dalam pengawasan tim dokter Suaka Rhino Sumatera (SRS) Taman Nasional Way Kambas.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
LAMPUNG TIMUR, KOMPAS — Bayi betina badak sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) tumbuh sehat bersama induknya, Ratu, di Suaka Rhino Sumatera Taman Nasional Way Kambas atau SRS TNWK hingga Sabtu (7/10/2023). Untuk mencegah stres pada induk dan anak badak itu, akses masuk suaka dibuat sangat ketat.
Aktivitas induk dan anak badak tersebut hanya dapat dilihat melalui siaran kamera pemantau (CCTV). Dari layar monitor yang terpasang di Kantor TNWK dan SRS, Ratu dan anaknya tampak sedang berkubang.
Meski matahari menyengat, anak badak itu juga sibuk berkeliling kandang mengikuti induknya. Individu itu hampir setiap satu jam menyusu pada induknya.
Keduanya juga masih berada di boma, kandang semi alami berukuran 30 meter x 30 meter. Tempat itu kandang kecil tempat Ratu melahirkan pada 30 September 2023. Di samping boma, terdapat kandang lebih besar di dalam hutan. Tim Kompas yang masuk atas izin Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan harus melakukan tes PCR Covid-19 untuk mencegah penyebaran virus.
Sehat
Sejauh ini, kondisi keduanya terpantau sehat. Gigi geraham bawah bayi badak mulai tumbuh. Individu berusia delapan hari itu bahkan sudah mau makan pisang.
Sejauh ini, berdasarkan hasil pemeriksaan dokter dan paramedis pada Sabtu, berat badan bayi badak mencapai 32,5 kilogram. Beratnya bertambah 5,5 kg dibandingkan saat baru dilahirkan, 27 kg.
Tingginya 50 sentimeter dan panjang 115 sentimeter. Suhu tubuhnya juga normal, 37-37,1 derajat celsius.
Koordinator Tim Dokter Hewan SRS di TNWK, dr Zulfi Arsan, mengatakan, anak badak sudah berkeliling kandang dan berkubang mengikuti induknya. Ratu juga lebih sensitif dan sangat protektif terhadap anaknya. ”Kalau ada seseorang yang mendekat, induk akan langsung melindungi anaknya,” ucap Zulfi.
Pelaksana Tugas Kepala Balai TNWK Hermawan menerangkan, bayi betina itu anak ketiga dari Ratu dan Andalas. Dua anak badak lain dari pasangan itu adalah Andatu yang lahir pada tahun 2012 dan Delilah (2016).
Ratu yang kini berusia 23 tahun ditempatkan di SRS setelah keluar kawasan TNWK di Desa Labuhan Ratu, Kecamatan Labuhan Ratu, Lampung Timur, pada 25 September 2005. Sedangkan Andalas lahir 13 September 2001 di Cincinnati Zoo, Amerika Serikat. Anak dari Emi dan Ipuh itu menghuni SRS TNWK sejak 21 Februari 2007.
Menurut Hermawan, TNWK menjadi benteng pelestarian beberapa satwa langka, khususnya badak sumatera dan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus). Selain itu, ada satwa kunci lainnya, seperti harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan tapir (Tapirus indicus).
Zona inti
SRS berada di zona inti TN Way Kambas yang dikelilingi pagar berlistrik. Jaraknya 10 kilometer ke dalam hutan. Perjalanan menuju SRS melewati kawasan hutan rimbun.
Pohon-pohon setinggi 40 meter dan ratusan spesies tumbuh di hutan menjulang berjejer di kanan dan kiri jalan. Dalam perjalanan, terlihat monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), beruk (Macaca nemestrina), hingga siamang (Symphalangus syndactylus). Suara burung liar membuat riuh suasana hutan pada pagi hari.
Manajer Lapangan SRS TNWK Sumadi Hasmaran menuturkan, ada sembilan badak di SRS. Selain Ratu dan anaknya, ada betina Bina, Rosa, Delilah, dan Sedah Mirah. Sementara badak jantan ada Andalas, Andatu, dan Harapan.
Menurut dia, SRS Way Kambas yang dibangun tahun 1996 dan dikelola di bawah Yayasan Badak Indonesia (YABI). SRS fokus pada penangkaran dan pengembangbiakan badak secara alami dengan campur tangan manusia. Kawasan seluas 250 hektar ini dibangun di zona inti agar badak tetap merasakan hidup di habitat aslinya.
Setiap badak menghuni kandang seluas 10 ha. Setelah 6-7 bulan menetap di satu kandang, badak akan dipindah ke kandang lain. Tujuannya agar badak mendapat ruang jelajah dan pakan optimal.