Tahanan Tewas Tergantung di Muna, Keluarga Tuntut Polisi Bertanggung Jawab
Seorang tahanan tewas dengan posisi gantung diri di Polsek Kabawo, Muna, Sulawesi Tenggara. Polisi dituntut terbuka dan bertanggung jawab akan kejadian ini.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS — Seorang tahanan tewas dengan posisi gantung diri di Polsek Kabawo, Muna, Sulawesi Tenggara. Sejumlah kejanggalan dipertanyakan, mulai dari kronologis hingga hasil visum. Polisi dituntut terbuka dan bertanggung jawab akan kejadian ini.
Sudirman (23), warga Desa Kawite-wite, Muna, tewas saat ditahan di sel Polsek Kabawo. Ia ditahan karena membawa senjata tajam saat acara pesta di sekitar kediamannya.
”Dia ditahan sejak Minggu (24/9/2023) malam. Saat itu dia hampir ditebas sama orang dengan parang, jadi dia kasih keluar pisau. Dia lalu ditahan karena kedapatan membawa senjata tajam,” kata Arman (26), kakak korban, dihubungi dari Kendari, Kamis (28/9/2023).
Setelah ditahan, kata Arman, keluarga tidak menjenguk selama sehari. Ia dan keluarga baru menjenguk pada Selasa (26/9/2023) jelang siang. Mereka membawakan makanan, pakaian, dan beberapa keperluan pribadi.
Setelah tiba di Polsek Kabawo, polisi yang bertugas tidak menjawab pertanyaan. Keluarga juga tidak diarahkan untuk menjenguk Sudirman yang ditahan di ruang tahanan. Mereka hanya menunggu di ruang tunggu kantor polsek tersebut.
”Saat Kapolsek Kabawo tiba, dia juga tidak bicara apa-apa. Perasaan saya sudah tidak enak dan langsung terobos ke ruang tahanan. Di situ saya lihat adik saya tergantung dengan ikat pinggang di leher dalam kamar mandi ruang tahanan. Dia dekat dengan bak mandi,” ucapnya.
Ia dan keluarga lalu histeris. Mereka meminta polisi menurunkan dan mengecek kondisi. Saat itu, Sudirman tidak bergerak dan meninggal. Jenazah lalu dibawa ke puskesmas untuk divisum.
Menurut Arman, dirinya memang tidak melihat adanya bekas luka lain di tubuh adiknya selain lebam di leher. Meski begitu, ia mempertanyakan berbagai keganjilan dari tindakan gantung diri yang terjadi pada sang adik.
”Kalau betul gantung diri, kenapa bisa bawa ikat pinggang ke sel tahanan. Kita biasa bawa makanan saja dicek, ini sampai ikat pinggang masih lengkap. Apa betul bunuh diri?” ucapnya.
Duslion (45), paman korban, mengungkapkan, keluarga mendesak kepolisian bertanggung jawab atas kematian keponakannya. Sebab, seorang yang berada dalam tahanan seharusnya berada dalam perlindungan.
Akan tetapi, Sudirman malah ditemukan tewas dengan posisi tergantung. Sejumlah keganjilan dipertanyakan, termasuk posisi korban yang tergantung tidak begitu tinggi dan dekat dengan bak mandi.
”Apakah itu betul bunuh diri atau ada yang menggantung? Ini hasil visum saja kami tidak tahu. Kalaupun betul bunuh diri, kenapa bisa bawa ikat pinggang ke dalam sel? Bukannya semua diperiksa sebelum masuk?” ujarnya.
Tidak hanya itu, ia juga mempertanyakan langkah polisi yang membawa uang ke rumah korban. ”Untuk apa uang itu? Ini diserahkan saja tanpa ada penjelasan. Kalau begitu, ini seperti menukarkan nyawa anak kami dengan uang,” kata Duslion.
Oleh sebab itu, ia menuntut kepolisian terbuka dan mengusut kasus ini hingga tuntas. Polisi harus menjelaskan kasus ini seterang mungkin dan mengungkapkan hasilnya ke publik.
Tidak hanya itu, pelaku lain yang awalnya bersitegang dengan korban saat pesta berlangsung juga harus ditangkap. Sebab, akibat kejadian itu Sudirman ditangkap hingga akhirnya berujung meninggal.
Akan tetapi, Sudirman malah ditemukan tewas dengan posisi tergantung. Sejumlah keganjilan dipertanyakan, termasuk posisi korban yang tergantung tidak begitu tinggi dan dekat dengan bak mandi.
Kepala Polres Muna Ajun Komisaris Besar Mulkaifin yang dihubungi tidak menjawab panggilan. Sejumlah pertanyaan yang dikirimkan juga tidak dijawab. Kasat Reskrim Polres Muna AKP Asrun juga tidak menjawab panggilan.
Sementara itu, Kepala Bidang Profesi dan Pengamanan Polda Sultra Ajun Komisaris Besar Mochammad Soleh menuturkan, pihaknya segera menurunkan tim untuk menindaklanjuti kejadian ini. ”Pasti tim turun,” katanya singkat.