Bau Gas PT Medco Menguar ke Permukiman, 30 Warga Aceh Timur Tumbang
Bau gas tersebut berasal dari kegiatan perawatan fasilitas sumur di Lapangan Gas Alur Siwah. Akibatnya 30 warga harus dirawat dan ratusan lainnya mengungsi.
Oleh
ZULKARNAINI
·3 menit baca
BANDA ACEH, KOMPAS — Sedikitnya 30 warga Desa Panton Rayeuk T, Kecamatan Banda Alam, Kabupaten Aceh Timur, Provinsi Aceh dirawat di rumah sakit seusai menghirup bau menyengat dari gas PT Medco E&P Malaka. Ratusan warga lainnya mengungsi.
”Baunya sangat menyengat, hampir sama seperti bau telur busuk,” kata Muhammad Nuraqi, anggota Komunitas Perempuan Peduli Lingkungan (KopPeduli) Aceh Timur, Senin (25/9/2023).
Ia menyebut bau gas berasal dari sumur milik PT Medco E&P Malaka yang berada tidak jauh dari desa tersebut. Bau gas mulai dirasakan pada Minggu (24/9/2023) sore dan membuat warga sesak napas, pusing, dan mual. Mereka pun dievakuasi ke Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit Umum Daerah Zubir Mahmud Aceh Timur. Pada Senin pagi, sebagian warga diperbolehkan pulang.
Korban yang dirawat terdiri atas 22 perempuan dan delapan laki-laki. Empat di antaranya anak-anak. ”Sementara ratusan warga tadi malam mengungsi ke kampung lain untuk menghindar bau gas,” kata Nuraqi.
Mereka menelusuri sumber bau gas itu berasal dari aktivitas perawatan sumur gas milik PT Medco E&P Malaka yang berada di Kecamatan Indra Makmur, yang bersebelahan dengan Kecamatan Banda Alam.
Bukan kali pertama warga menjadi korban karena bau busuk dari sumur gas perusahaan tersebut. Nuraqi berharap perusahaan dan pemerintah menekan kemungkinan dampak buruk akibat eksploitasi migas di sana.
Menurut VP Relations & Security Medco E&P Arif Rinaldi mengatakan bau menyengat masih diteliti sumbernya. Namun, perusahaan sedang melakukan kegiatan perawatan fasilitas sumur di Lapangan Gas Alur Siwah dalam upaya menjaga keandalan operasi.
Rinaldi membenarkan ada warga yang harus dirawat di rumah sakit. Namun, dia tidak mengakui bahwa itu karena bau gas dari aktivitas perusahaan itu. Dilanjutkan, perusahaan berkoordinasi dengan instansi kesehatan setempat untuk memastikan warga mendapatkan perawatan dan penanganan medis secara maksimal.
”Sebagian warga telah diperbolehkan pulang oleh paramedis. Perusahaan juga telah menurunkan tim Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lindung Lingkungan ke lokasi kejadian dan memberikan penanganan kesehatan kepada warga,” tuturnya.
Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Aceh meminta Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk membekukan izin operasional perusahaan atas insiden tersebut. Direktur Walhi Aceh Ahmad Shalihin mengatakan, insiden itu menjadi bukti bahwa standar keselamatan PT Medco E&P masih lemah. Insiden serupa telah berulang kali terjadi. Rentetan insiden serupa terjadi pada bulan lalu, 2021, dan 2019.
”Kami minta KLHK untuk membekukan sementara izin operasional PT Medco E&P hingga standar operasional diperbaiki agar tidak terulang lagi hal yang sama,” kata Ahmad.
Menurut Ahmad, masih ada warga yang mengungsi. ”Sekarang ada 350 orang lebih masih mengungsi di kantor camat setempat. Warga mengungsi karena tidak tahan mencium bau busuk tersebut,” ujarnya.
Sumber gas jaringan gas rumah tangga di Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh, diproduksi oleh PT Pema Global Energi, sebuah perusahaan daerah. Perusahaan tersebut mengelola sumur migas Blok B peninggalan ExxonMobil.
Pihaknya berharap jangan ada toleransi atas kejadian ini. Sudah ada sejumlah rekomendasi disampaikan kepada tim KLHK untuk mendorong perusahaan menjalankan tata kelola dampak lingkungan. Namun, rekomendasi itu diduga belum dilaksanakan perusahaan. ”Sudah saatnya perusahaan itu digugat secara hukum. Jadi, kami minta KLHK segera turun ke lokasi,” kata Ahmad.