Gandrung Sudah Lama Jadi Ekstrakurikuler Sekolah di Banyuwangi
Sudah lama sekolah-sekolah di Banyuwangi menyelenggarakan ekstrakurikuler kesenian gandrung.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
BANYUWANGI, KOMPAS — Siswa sekolah di Banyuwangi, Jawa Timur, sudah lama diperkenalkan dengan seni tradisi, utamanya gandrung yang menjadi tari khas daerah setempat. Pengenalan itu dilakukan melalui ekstrakurikuler di sekolah masing-masing, mulai SD hingga SMA dan sederajat.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Banyuwangi Suratno mengatakan, pengenalan seni budaya dilakukan sebelum ada pergelaran tari kolosal Festival Gandrung Sewu. Gandrung Sewu pertama diadakan pada 2012.
Generasi muda di Banyuwangi, kata dia, boleh tumbuh adaptif dengan perkembangan zaman, tetapi tidak boleh tercerabut dari akar budaya. Karena itu, ekstrakurikuler di sekolah dikembangkan, salah satunya seni tradisi.
”Jadi, ketika ide pergelaran Gandrung Sewu dimunculkan, secara materi siswa sudah benar-benar siap. Tinggal mereka dilatih dengan tema tertentu dan koreografi tertentu saja,” ucapnya melalui sambungan telepon, Minggu (17/9/2023).
Selain di bawah pembinaan dinas, ada juga sanggar-sanggar seni di luar sekolah yang mengajarkan gandrung. Hal ini memperkuat kemampuan anak-anak di Banyuwangi dalam hal berkesenian. Hampir semua sekolah di Banyuwangi punya gamelan seni tradisi.
Selain meminta agar tari gandrung dikembangkan di sekolah, bentuk komitmen pemerintah daerah adalah dengan memberikan bantuan alat seni tradisi ke SMP. Setiap tahun gamelan khas Banyuwangi didistribusikan ke sekolah melalui APBD.
”Karena itu, tak heran jika anak SD sudah lihai memukul gamelan, bahkan bisa pegang lebih dari satu alat karena sejak kecil sudah dibiasakan untuk melakukan kegiatan seni budaya,” ucapnya.
Untuk memperkuat pelestarian seni, setiap minggu ada kegiatan Banyuwangi Culture Every Week yang diadakan bergiliran di tiap kecamatan pada Sabtu sore. Kegiatan ini juga dilakukan secara daring dengan penampil siswa SD-SMA.
Pada kegiatan itu, dinas memberikan pagar tidak boleh melibatkan seni yang bernuansa modern. Tujuannya untuk melestarikan budaya lokal.
”Sebelum Covid-19 dulu, setiap hari kami ada tampilan. Namun, setelah ada pandemi kita tahan seminggu sekali. Alhamdulillah sampai minggu kemarin masih terus jalan,” ujarnya.
Selain Banyuwangi Culture Every Week, setiap tahun juga ada festival dan lomba seni tradisi. Banyuwangi juga beberapa kali menjadi penampil terbaik tingkat nasional, termasuk tampil di Istana Negara.
”September 2022 kami mendapat undangan pada acara Indonesian Day di London, Inggris. Kami membawa 12 siswa yang terdiri atas penari dan penabuh gamelan,” katanya.
Ditemui secara terpisah, Sabtu (16/9/2023), Kepala SDN Model Idham Kholid mengatakan, gandrung menjadi salah satu dari 20 ekstrakurikuler di sekolahnya, selain gamelan, melukis, dan pramuka.
Bahkan, sosok patung dua penari gandrung dan omprog (mahkota penari gandrung) berukuran raksasa menghiasi halaman sekolah yang ada di Kelurahan Tukangkayu, Kecamatan Banyuwangi, itu. Beberapa nama kesenian lokal juga diabadikan menjadi nama kantin sekolah, seperti seblang, barong, dan kuntulan.
”Gandrung diajarkan sudah lama sekali, sejak di sini ada ekstrakurikuler, kira-kira mulai 2008-2009. Ada guru sendiri yang kami datangkan. Pesertanya mulai dari kelas I-VI. Mereka yang punya bakat dan berminat bisa memilih ekstra ini. Ya, jumlahnya sekitar 30 anak dari total 620 siswa,” katanya.
Menurut Idham, siswa cukup banyak yang menyukai gandrung. Bahkan, tiga siswa SD Model ikut terseleksi dan beberapa jam lagi akan ikut menari bersama dalam Festival Gandrung Sewu 2023. Gandrung Sewu tahun ini melibatkan 1.200 penari yang diseleksi dari SD-SMA di 25 kecamatan di kabupaten itu.
Linda Darmawanti (15], salah satu siswi kelas IX SMPN 2 Genteng, Banyuwangi, membenarkan, ada ekstrakurikuler seni gandrung di sekolahnya. Selain ikut ekstra tersebut, dia juga ikut sanggar tari dan ikut berbagai lomba terkait gandrung. Linda pun punya keinginan bisa menjadi penari gandrung profesional.
”Saya belajar menari sejak kelas I SD,” ucap Linda di lokasi Gandrung Sewu. Ini adalah kali ketiga Linda ikut festival itu. Sebelumnya, ia ikut pada 2019 dan 2022. Pada 2020 dan 2021, event masal itu vakum lantaran pandemi Covid-19.