Lewat Semedo Manise, Akhmad Sobirin memuliakan petani penderes kelapa di Banyumas, Jawa Tengah.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·5 menit baca
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Akhmad Sobirin menunjukkan produk gula kristal kelapa Semedo Manise di Desa Semedo, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (7/9/2023).
Lahir, tumbuh, dan hidup dari manisnya gula kelapa di Desa Semedo, Banyumas, Jawa Tengah, Akhmad Sobirin mengerti betul derita para petani penderesnya. Di balik setiap tetesan nira kelapa, terdapat cucur keringat para penderes yang siap bertaruh nyawa akibat terjatuh dari ketinggian. Di balik wangi aroma nira kelapa yang dimasak terdapat getir jeratan rentenir.
Lewat Koperasi Semedo Manise Sejahtera, Sobirin memuliakan para petani penderes kelapa. Dengan beragam kolaborasi, para petani penderes kelapa kini ikut menikmati manisnya gula yang mereka produksi.
”(Kerja) Penderes itu ora nyugihna, tapi nguripi (Menderes kelapa itu tidak menjadikan kaya, tetapi bisa menghidupi),” kata Sobirin di Banyumas, Kamis (7/9/2023).
Lulusan vokasi Teknik Mesin Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, program diploma tahun 2010 ini bekerja pada perusahaan baja serta perusahaan pembiayaan di Yogyakarta, tetapi tahun 2012 memutuskan pulang kampung. Ia berniat mandiri dan membangun desanya. Pengalaman melihat sepak terjang sang ayah, Supardi (67), sebagai pedagang gula kelapa sekaligus melihat pengalaman kakak iparnya yang sudah empat kali terjatuh dari atas pohon kelapa kian menguatkan tekad Sobirin.
”Kami prihatin dengan kondisi masyarakat karena pada waktu itu pendapatan mereka sangat kecil. Mereka masih memproduksi gula cetak Rp 3.000-Rp 5.000 per kilogram. Kemudian, banyak yang masih terlilit utang, tidak ada jaminan kecelakaan dan kematian,” kata Sobirin, suami dari Nuha Fathin Salma ini.
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Akhmad Sobirin di rumah produksi gula kristal kelapa Semedo Manise di Desa Semedo, Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (7/9/2023).
Sobirin melihat bahwa kala itu para petani penderes kelapa bagaikan katak yang hidup dalam tempurung kelapa alias tidak mengalami upgrade (peningkatan) keilmuan. ”Kegiatan petani secara upgrade keilmuan tidak ada fasilitas. Jadi, waktu itu kami membuat kelompok tani dan mencari fasilitas perbankan,” ujar bapak tiga anak ini.
Gula kristal
Pada tahun 2012, Sobirin membentuk Kelompok Tani Manggar Jaya dengan anggota berjumlah 25 orang. Lewat kelompok tersebut, bantuan pemerintah dan pelatihan CSR (corporate social responsibility) perusahaan mulai dirasakan petani. Kelompok yang fokus pada produksi gula kristal ini mulai mencoba mencari pasar baru tanpa melewati para tengkulak yang selama ini menjerat petani dengan utang.
Di desa, Sobirin coba membangun budidaya jamur tiram. Pernah memiliki rumah jamur berkapasitas 30.000 baglog, tetapi kemudian gagal dan bangkrut. Sembari tetap mendampingi para petani, Sobirin bahkan pernah berjualan es untuk dititipkan di warung-warung sekitar desanya.
Akibatnya, cercaan dan ancaman dari orang-orang datang silih berganti. Bahkan, Sobirin ditantang duel atas usahanya memandirikan para petani tersebut. Walakin, Sobirin tetap fokus berupaya mendampingi petani bahkan gula kristalnya bisa menembus pasar ekspor. ”Orangtua menasehati kalau yakin itu benar, enggak usah mundur,” tuturnya.
KOMPAS/WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
Sejumlah karyawan menyortir gula kelapa semut atau kristal di rumah produksi Semedo Manise di Desa Semedo, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Kamis (27/7/2023). Untuk meningkatkan kualitasnya, UMKM Semedo Manise mendapat pendampingan dari Yayasan Dharma Bhakti Astra baik dari sisi sanitasi maupun manajemen.
Kian hari, produksi gula kristal atau gula semut dari Semedo ini semakin dikenal banyak orang, demikian juga petani yang didampingi Sobirin. Makin bertambah.
Selanjutnya, pada tahun 2021, dibentuklah Koperasi Semedo Manise Sejahtera. Dengan menyerap gula dari hampir 1.000 petani dari 10 desa dan tersebar di lima kecamatan wilayah Banyumas, koperasi yang semula memiliki 6-7 karyawan ini kini telah memiliki 22 karyawan. Kapasitas produksi gulanya mencapai 30-70 ton per bulan.
Para petani dampingan diajari untuk mengolah gula kristal organik, pengolahan gula yang higienis, dan memperhatikan sanitasi. Mereka juga mendapat pelatihan manajemen keuangan, fasilitasi kepada KUR (Kredit Usaha Rakyat), serta didaftarkan BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Sosial) Ketenagakerjaan supaya terlindungi dari risiko kecelakaan kerja.
Kian hari, produksi gula kristal atau gula semut dari Semedo ini semakin dikenal banyak orang, demikian juga petani yang didampingi Sobirin makin bertambah.
”Nama Semedo Manise ada sejak 2015. Sejak dulu kami ini dilabeli anak gunung, berasal dari negeri atas angin. Lewat gula Semedo ini, kami ingin membuat warga desa bangga,” tutur penerima bantuan program Yayasan Dharma Bhakti Astra ini.
Dengan memproduksi gula semut atau kristal, petani bisa menjualnya ke koperasi dengan harga Rp 18.000 per kilogram. Jika sehari minimal bisa memproduksi 10 kilogram gula kristal, per keluarga bisa mendapatkan pemasukan Rp 180.000. Khusus di Semedo, terdapat sekitar 20.000 populasi pohon kelapa.
Pulang kampung
Secara sosial, anak-anak muda yang tadinya merantau ke luar kota juga memilih pulang kampung untuk bekerja di desa. Entah sebagai penderes kelapa atau pengepul gula. ”Di sini juga ada yang tadinya suka ngobat dan miras, lalu mulai bertobat dan ikut bekerja,” ujarnya.
Lewat Semedo Manise, produksi gula semut Banyumas tersebar ke seluruh Nusantara. Untuk pasar ekspor, gula ini sudah dijual hingga ke Eropa dan Amerika. ”Untuk ekspor, kami kirim antara lain ke Spanyol, Perancis, dan Jerman,” katanya.
Selain produk gula kelapa original, lewat beragam inovasi, gula kelapa ini juga diolah menjadi Coffee Gula Rempah dan gula cair. Ada pula beragam varian rasa gula kelapa meliputi kunyit, kencur, jahe, dan kayu manis.
Untuk pasar ekspor, gula ini sudah dijual hingga ke Eropa dan Amerika.
Semua keberhasilan tersebut tidak membuat Sobirin tinggi hati. Ia justru rela berbagi pengalaman berwirausaha dengan sesamanya. Beberapa kali dirinya diundang menjadi narasumber inspiratif bagi pelaku UMKM di berbagai tempat. Selain itu, Semedo Manise juga sering menjadi tempat magang para mahasiswa dari berbagai universitas.
Sejumlah penghargaan pun diraih Sobirin, antara lain menjadi Nominator Pemuda Pelopor Nasional dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (2015). Tahun 2016, ia menjadi Ketua Kelompok Tani Berprestasi Nasional dari Kementerian Pertanian, mendapatkan penghargaan Satu Indonesia Award dari PT Astra International Tbk, dan meraih Adikarya Pangan Nusantara Provinsi Jawa Tengah.
Bagi Sobirin, kolaborasi dan kerja sama antarpetani, kelompok, akademisi, pemerintah, dan pengusaha menjadi kunci kemajuan suatu desa. Kini, bersama manisnya gula kelapa, nama Semedo kian mendunia dan warganya pun bangga karena ikut merasakan kesejahteraan dari tetes-tetes nira kelapa. Lewat Semedo Manise, para petani penderes kelapa kian termuliakan hidupnya.
Akhmad Sobirin
Lahir : Banyumas, 29 Januari 1987
Pendidikan : - Teknik Mesin UGM Diploma (2006-2010)
- SMK N 2 Purwokerto (2003-2006)
- SMP N 1 Ajibarang (2000-2003
- SD N 3 Semedo (1994-2000)
Kegiatan : Ketua Koperasi Semedo Manise Sejahtera, Sekretaris Kluster Gula Kelapa Kabupaten Banyumas, Direktur BUMDes Karya Muda Widjaya Desa Semedo, Ketua Kelompok Tani Manggar Jaya