Curah Hujan Menurun, Waspadai Kebakaran Hutan dan Lahan
Beberapa hari terakhir, hujan mulai turun di Kalbar sehingga titik panas menghilang. Meski demikian, berbagai pihak tetap diminta mewaspadai potensi karhutla beberapa hari ke depan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Selama beberapa hari terakhir, hujan mulai turun di Kalimantan Barat sehingga titik panas di provinsi itu menghilang. Meski demikian, berbagai pihak tetap diminta waspada. Sebab, pada 22-26 September mendatang, curah hujan di Kalbar akan menurun sehingga potensi kebakaran hutan dan lahan meningkat.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandara Supadio, Pontianak, Supriyadi, Rabu (20/9/2023), mengatakan, potensi hujan dengan intensitas ringan hingga lebat pada 21 September 2023 masih ada, terutama di Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Kapuas Hulu, dan Kabupaten Landak.
Namun, pada 22-26 September, potensi hujan sudah menurun. ”Indeks kemudahan terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) tanggal 22-26 September berada pada kategori mudah hingga sangat mudah. Kondisi ini merata di seluruh wilayah Kalbar,” ujar Supriyadi.
Secara terpisah, Penjabat Gubernur Kalbar Harisson menuturkan, fenomena El Nino berdampak pada berkurangnya curah hujan. Pada Agustus hingga September ini, curah hujan di Kalbar didominasi kategori rendah. Kondisi ini meningkatkan potensi terjadinya karhutla serta menyebabkan kekeringan.
Berdasarkan laporan BMKG, jumlah titik panas di Kalbar periode 1 Januari-19 September 2023 sebanyak 45.620 titik panas. Titik panas terbanyak pada periode tersebut terdapat di Kabupaten Ketapang, yaitu 10.173 titik panas.
Sementara itu, pada Selasa (19/9/2023), tidak ada titik panas yang teramati di Kalbar. Namun, potensi munculnya titik panas pada 22-26 September mendatang mesti diwaspadai karena curah hujan pada waktu tersebut menurun.
Di Kalbar terdapat 322 desa/kelurahan rawan karhutla. Desa/kelurahan rawan karhutla terbanyak terdapat di Kabupaten Ketapang, yaitu 45 desa. Di Kabupaten Sintang ada 42 desa dan di Kabupaten Bengkayang terdapat 40 desa.
Sementara itu, lahan terbakar di Kalbar pada tahun 2019 seluas 151.819 hektar, tahun 2020 seluas 7.647 hektar, tahun 2021 seluas 20.591 hektar, dan tahun 2022 seluas 21.839 hektar. Adapun pada periode Januari-September 2023, luas lahan terbakar di Kalbar mencapai 54.402,81 hektar.
”Lahan gambut di Kalbar 2,8 juta hektar dari 14 juta hektar luas Kalbar. Jadi, hampir 20 persen di Kalbar adalah lahan gambut. Memadamkan api di lahan gambut tidak mudah,” tutur Harisson dalam rapat koordinasi penanggulangan karhutla, Rabu ini.
Hampir 20 persen di Kalbar adalah lahan gambut. Memadamkan api di lahan gambut tidak mudah.
Untuk mengendalikan karhutla di Kalbar, sampai saat ini terdapat tiga unit helikopter untuk patroli dan empat unit helikopter untuk pemadaman dari udara. Upaya penanggulangan karhutla dilakukan melalui operasi pembasahan lahan gambut serta pemadaman dari darat dan udara.
Selain itu, dibentuk pula komando satuan tugas penanganan bencana asap akibat karhutla. Personel gabungan dari sejumlah instansi juga disiapkan, misalnya dari TNI-Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah, Manggala Agni, Desa Tangguh Bencana, dan Masyarakat Peduli Api.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto menuturkan, berdasarkan peninjauan dari udara, lahan yang semula terbakar di Kalbar sudah padam. Hal itu merupakan dampak dari upaya penanggulangan karhutla melalui berbagai cara, termasuk pemadaman melalui udara serta modifikasi cuaca.
Suharyanto mengatakan, BNPB juga tetap menyiagakan helikopter di Kalbar untuk melakukan pemadaman dari udara apabila terjadi karhutla. ”Ketika nanti panas dan api muncul, segera padamkan. Tempat-tempat yang tidak bisa dijangkau operasi darat akan dipadamkan menggunakan helikopter. Kami juga memberikan bantuan dana operasional dan perlengkapan,” ujarnya.
Suharyanto juga menyebut, jika melihat kondisi sekarang, karhutla di Kalbar tahun ini relatif bisa dikendalikan jika dibandingkan dengan kondisi tahun 2015 dan 2019. Ke depan, kesadaran masyarakat dan kolaborasi terkait penanganan karhutla juga bakal diperkuat.