Industri Pertahanan Ditargetkan Masuk 50 Besar Dunia Tahun 2025
Kemajuan industri pertahanan dalam negeri tidak hanya untuk meningkatkan daya saing, tetapi juga untuk memastikan pertahanan bangsa.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Industri pertahanan Indonesia berpeluang besar bersaing secara global. Sebagai industri strategis untuk bangsa, peluang itu harus diiringi inovasi hingga meningkatkan kemandirian dalam negeri.
Hal itu dikatakan Presiden Joko Widodo saat datang ke PT Pindad, Kota Bandung, Jawa Barat, Selasa (19/9/2023). Dia datang dari Jakarta menggunakan kereta cepat.
Salah satu produk milik Pindad yang dipuji Presiden adalah Maung. Kendaraan taktis itu sempat dicoba Presiden bersama rombongan untuk meninjau pabrik PT Pindad.
Saat itu, di balik kemudi adalah Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. ”Maung yang diproduksi di sini (Pindad) bagus, mulus,” ujar Presiden.
Ke depan, Presiden optimistis industri strategis mampu bersaing, bahkan menjadi 50 besar di tingkat global. Hal itu dibuktikan dengan pendapatan PT Pindad yang meningkat dalam dua tahun terakhir.
”Perkembangannya kelihatan. Kalau dilihat pergerakannya, tahun 2024 di angka 60 (peringkat global), dan 2025 kita (Indonesia) masuk top 50. Kalau dilihat produksinya sangat bagus, pendapatan PT Pindad tahun 2022 sebesar Rp 25 triliun dan tahun 2023 mencapai Rp 27 triliun,” ujarnya.
Selain pesanan dalam negeri, produksi PT Pindad dan industri pertahanan lain juga memenuhi pasar ekspor. Menurut Jokowi, hal ini membuka peluang semakin besar untuk memajukan industri pertahanan.
Direktur Utama Defend ID Bobby Rasyidin menyatakan, target Indonesia sebagai 50 besar perusahaan pertahanan di dunia ini bisa diraih dalam 2-3 tahun. Sebagai holding perusahaan badan usaha milik negara bidang pertahanan, Defend ID menyiapkan strategi agar bisa bersaing di tingkat global.
Selain PT Pindad, Defend ID menaungi PT Dirgantara Indonesia untuk pertahanan di udara dan PT PAL Indonesia untuk pertahanan di laut. Selain itu, ada juga PT LEN yang berkiprah dalam sistem elektronik dan PT Dahana yang fokus memproduksi bahan peledak.
Menurut Bobby, selain bersaing untuk pasar internasional, peningkatan kemampuan industri ini dilakukan untuk kebutuhan pertahanan dalam negeri. Karena itu, dorongan untuk menggunakan komponen lokal menjadi hal yang utama, termasuk saat transfer teknologi.
”Seperti yang disampaikan Pak Presiden, kami menjadi pemain industri di tingkat global dan menjadi top50global defence company. Terkait pertahanan dalam negeri, kami juga mengurangi komponen impor dengan substitusi dalam negeri, dan ini sekarang sudah berjalan,” paparnya.
Kesiapan industri pertahanan ini, lanjut Bobby, dilakukan dengan memperhatikan level kesiapan teknologi (technology readiness level/TRL). Kemandirian dalam produksi, mulai dari desain sampai komponen, membuat produksi dalam negeri ini mampu memenuhi kebutuhan pasar.
Di samping itu, transfer teknologi untuk produk alat utama sistem persenjataan (alutsista) juga terus dilakukan. Bobby menyebutkan, salah satu kerja sama transfer teknologi dilakukan dengan Perancis untuk pesawat tempur Rafale yang akan digunakan TNI Angkatan Udara.
”Untuk Rafale sudah mulai dengan offset proyek yang cukup siginifikan, mulai dari data tactical link sampai struktur. Itu yang akan kami optimalkan. Itu tidak hanya dikerjakan PT DI, kami melakukannya bersama-sama,” katanya.
Direktur Utama PT Pindad Abraham Mose menyatakan akan terus berinovasi memenuhi target yang disebutkan Presiden Jokowi. Tidak hanya mematangkan produksi, pengembangan teknologi dan sistem senjata yang lebih mutakhir juga terus dilakukan.
Selain itu, PT Pindad tengah memproduksi sejumlah alutsista pesanan dari Kementerian Pertahanan (Kemenhan). Abraham memaparkan, pesanan yang ditargetkan rampung tahun 2023 ini adalah 18 tank Harimau. Tank medium ini akan memperkuat Kavaleri Angkatan Darat.
Di samping itu, lanjut Abraham, Kemenhan juga tengah memesan 5.000 unit Maung. Mobil yang bisa melibas segala medan ini bakal digunakan untuk perwira dan personel yang bertugas di lapangan.
”Ini ditargetkan rampung dua tahun ke depan. Setelah itu, rencananya akan ada pemesanan 10.000 unit (Maung) lagi,” ujarnya.