Kabupaten Jayapura Terapkan Pembelajaran Bahasa Daerah Berbasis Adat di 141 Sekolah
Kabupaten Jayapura menjadi daerah pertama di Papua yang mengintegrasikan pendidikan adat melalui bahasa daerah. Hal itu diimplementasikan bagi pelajar di 141 sekolah.
Oleh
FABIO MARIA LOPES COSTA
·2 menit baca
JAYAPURA, KOMPAS — Sebanyak 141 sekolah di Kabupaten Jayapura, Papua, akan menggelar kegiatan belajar bahasa daerah berbasis pendidikan adat. Hal itu dilakukan seiring diluncurkannya modul pembelajaran bahasa ibu bagi pelajar SD, SMP, dan SMA/SMK pada Jumat (15/9/2023).
Peluncuran modul pembelajaran dinisiasi Sekolah Adat Negeri Papua di SMA Negeri 1 Sentani. Hadir dalam kegiatan itu perwakilan dari Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi.
Direktur Sekolah Adat Negeri Papua Origenes Monim mengatakan, pembelajaran bahasa daerah akan terlaksana di sembilan Dewan Adat Suku (DAS) di Kabupaten Jayapura. Total ada 141 sekolah di sembilan DAS.
Origenes memaparkan, pelaksanaan awal modul pembelajaran bahasa daerah melalui pendidikan adat terlaksana di DAS Sentani. Terdapat 91 sekolah yang tersebar di DAS Sentani. Sebanyak 54 di antaranya SD, SMP (30), dan SMA/SMK (7).
”Sekolah Adat Negeri Papua menyiapkan lima modul pembelajaran bahasa ibu untuk setiap sekolah. Kami juga telah melatih 67 guru sebagai pengajar bahasa daerah,” kata Origenes.
Ia menuturkan, kegiatan pembelajaran bahasa daerah berbasis pendidikan adat di sekolah formal baru pertama kali terlaksana di Papua. Kegiatan ini dilatarbelakangi minimnya penutur muda bahasa daerah Kabupaten Jayapura.
”Dialek setempat juga bisa dikombinasikan dalam pendidikan literasi. Tujuannya, memudahkan anak belajar membaca, menulis dan berhitung secara lebih dini,” ujar Origenes.
Sementara itu, Taufiq Damarjati selaku Pengembang Kurikulum Ahli Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi mengapresiasi integrasi pendidikan adat melalui penerapan modul belajar bahasa daerah di Jayapura. Pihaknya mendukung penuh upaya tersebut karena sejalan dengan visi pendidikan yang selaras dengan kebudayaan.
Taufiq menilai, penerapan modul pembelajaran bahasa daerah sesuai dengan program merdeka belajar episode 17 tentang revitalisasi bahasa daerah. Adapun bahasa suku Sentani dari Kabupaten Jayapura masuk dalam program revitalisasi bahasa daerah.
”Kegiatan ini sejalan dengan Kurikulum Merdeka dalam memberikan pendidikan juga berbasis alam dan budaya. Kami akan mengembangkan program ini di kota dan kabupaten lainnya di Papua,” ucap Taufiq.
Kepala SMAN 1 Sentani Daud Taime menyambut program belajar bahasa daerah dengan antusiasme. ”Kami akan melaksanakan pemberian materi bahasa daerah secara rutin di setiap kelas dari Senin hingga Jumat,” ujar Daud.
Hanny Felle, pegiat literasi di Kabupaten Jayapura, berpendapat, pembelajaran bahasa daerah secara rutin di lembaga pendidikan formal sangat penting. ”Upaya ini memacu generasi muda setempat agar tetap melestarikan bahasa yang menjadi identitas budaya di suatu daerah,” kata Hanny, pendiri 24 rumah baca di Kabupaten Jayapura.