Singapura Kembangkan Kecerdasan Buatan Pemadam Kebakaran
Kecerdasan buatan dalam kacamata pintar membantu petugas dalam menganalisis dan investigasi dalam kondisi darurat hingga perawatan alat secara berkala. Namun, untuk menyelamatkan nyawa, peran manusia tetap terdepan.
Oleh
MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
·3 menit baca
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
Salah satu petugas memperagakan penggunaan kacamata pintar dalam pemeriksaan alat pemadam kebakaran dan penyelamatan korban di tengah konferensi IBM Think di Singapura, Rabu (13/9/2023). Kacamata tersebut menggunakan kecerdasan buatan dan jaringan berkecepatan 5G untuk transfer data yang berguna untuk penanganan kondisi darurat hingga perawatan alat.
SINGAPURA, KOMPAS — Kecerdasan buatan di Singapura merambah ke aspek penanggulangan kedaruratan dengan penggunaan kacamata pintar bagi pemadam kebakaran. Namun, penggunaan teknologi ini tidak mengabaikan pentingnya peran manusia dalam penanganan kondisi darurat.
Deputy Commissioner for Future Technology and Public Safety Singapore Civil Defence Force (SCDF) Ling Young Ern menyebut, kacamata pintar ini sangat membantu petugas. Tidak hanya memangkas waktu pemeriksaan hingga peralatan, teknologi berbasis kecerdasan buatan tersebut mampu memberikan data terkait kondisi terkini di lapangan.
SCDF merupakan bagian dari Kementerian Dalam Negeri Singapura yang bertugas memberikan layanan darurat bagi warga. Selain pemadam kebakaran, bagian organisasi ini juga memberikan layanan medis darurat, mitigasi insiden berbahaya, hingga menegakkan peraturan keselamatan kebakaran dan perlindungan pertahanan sipil.
”Inovasi adalah kunci untuk mendukung misi dalam meningkatkan operasi penyelamatan jiwa dan melindungi masyarakat. SDCF tengah menguji teknologi kecerdasan buatan saat ini dan tengah dilatih kepada petugas garis depan,” ujarnya di sela konferensi IBM Think di Singapura, Rabu (13/9/2023).
Pengujian teknologi ini dilakukan di Stasiun Pemadam Kebakaran Punggol dan Central Fire Station serta diperkirakan proyek tersebut akan berlangsung dalam dua tahun ke depan. Selain SCDF, penerapan teknologi ini melibatkan Infocomm Media Development Authority (IMDA), Home Team Science and Technology Agency (HTX), StarHub, dan IBM.
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
Salah satu petugas menggunakan kacamata pintar dalam pemeriksaan alat pemadam kebakaran dan penyelamatan korban di tengah konferensi IBM Think di Singapura, Rabu (13/9/2023). Kacamata dengan kecerdasan buatan ini dikembangkan oleh Singapore Civil Defence Force (SCDF), Infocomm Media Development Authority (IMDA), Home Team Science and Technology Agency (HTX), StarHub, dan IBM.
Proyek tersebut memanfaatkan jaringan 5G dengan kecepatan transfer data tingkat tinggi. Infrastruktur itu dibutuhkan untuk memberikan informasi antara kacamata pintar dan sistem yang tersedia. Dengan kacamata tersebut, petugas dapat mengecek peralatan dalam hitungan detik.
”Jika pemeriksaan dilakukan manual, petugas membutuhkan waktu karena ada ratusan alat. Kacamata pintar ini mampu memeriksa delapan sampai sepuluh alat dalam waktu yang bersamaan. Jadi, waktu pemeriksaan nantinya akan seragam,” ujar Ling.
Pemeriksaan dengan kacamata pintar juga jauh lebih ringkas, bahkan terukur karena setiap petugas menggunakan durasi yang seragam. Kondisi ini tidak akan ditemui jika dengan pemeriksaan manual karena kemampuan petugas yang berbeda sesuai dengan pengalaman.
Manusia tetap memegang kendali dalam penyelamatan karena ini melibatkan nyawa manusia. Hal ini tidak bisa digantikan oleh mesin ataupun kecerdasan buatan.
Di samping itu, penggunaan kacamata pintar ini juga membantu petugas dalam melakukan investigasi kebakaran. Data dari petugas saat menangani kebakaran langsung terkirim ke para spesialis investigasi kebakaran melalui interaksi video anotasi dan dalam waktu bersamaan (real time).
”Petugas dalam melakukan pemrosesan dan analisis tempat kejadian secara tepat waktu. Truk pemadam kebakaran berkemampuan 5G ini membuat operasi aman dan real time bisa tercapai,” kata Ling.
Head of Enterprise Business Group Starhub Tan Kit Yong menyatakan, teknologi 5G dan kecerdasan buatan yang diterapkan oleh SCDF merupakan wujud dari transformasi digital. Dia bangga perusahaan layanan komunikasi asal Singapura ini ambil bagian dalam transformasi tersebut.
”Starhub 5G menghadirkan latensi sangat rendah dan bandwith besar yang penting dalam operasi dengan kebutuhan akses hingga milidetik. Kami bangga memainkan peran penting dalam proyek ini,” ujarnya.
Assistant Chief Executive IMDA Ong Chen Hui menyebut, penggunaan 5G ini lewat kacamata pintar ini menjadi wujud penggunaan jaringan kecepatan tinggi untuk kepentingan publik. Ong berharap kecerdasan buatan diterapkan di setiap aspek, mulai dari kedaruratan, maritim hingga pariwisata, sehingga industri berkembang pesat dalam inovasi di era 5G.
KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA
Salah satu model kacamata pintar dalam pemeriksaan alat pemadam kebakaran dan penyelamatan korban dipamerkan dalam konferensi IBM Think di Singapura, Rabu (13/9/2023). Kacamata dengan kecerdasan buatan ini dikembangkan oleh Singapore Civil Defence Force (SCDF), Infocomm Media Development Authority (IMDA), Home Team Science and Technology Agency (HTX), StarHub, dan IBM.
”Sebagai salah satu yang pertama di dunia mencapai cakupan 5G secara nasional, IMDA akan terus membangun infrastruktur digital yang siap untuk masa depan,” ujar Ong.
Sentuhan kemanusiaan
Meskipun teknologi digital sangat membantu pekerjaan manusia, ada sejumlah hal yang tidak bisa tergantikan. Ling menyebut, kecerdasan buatan untuk membantu penyelamatan nyawa tidak akan bisa digantikan oleh peran mesin karena butuh sentuhan kemanusiaan.
”Manusia tetap memegang kendali dalam penyelamatan karena ini melibatkan nyawa manusia. Hal ini tidak bisa digantikan oleh mesin ataupun kecerdasan buatan,” ujarnya.
Tan juga berpendapat serupa. Dia merasa, manusia harus memberikan batasan terhadap penggunaan kecerdasan buatan sehingga teknologi ini tidak mengatur mereka, tetapi menjadi asisten yang membantu pekerjaannya.