Tanaman Padi Puso, Petani Indramayu Tak Nikmati Kenaikan Harga Beras
Kekeringan menyebabkan ribuan hektar sawah di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, gagal panen. Selain mengurangi produksi padi, kekeringan juga membuat petani tidak menikmati kenaikan harga beras.
Oleh
ABDULLAH FIKRI ASHRI
·3 menit baca
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Potret sawah yang terdampak kekeringan di daerah Losarang, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (12/9/2023). Selain mengurangi produksi, kekeringan juga membuat petani di sentra padi nasional itu tidak menikmati kenaikan harga beras di pasaran.
INDRAMAYU, KOMPAS — Kekeringan yang melanda Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, beberapa bulan terakhir menyebabkan ribuan hektar sawah gagal panen. Selain mengurangi produksi padi, kekeringan juga membuat petani di sentra pangan itu tidak menikmati kenaikan harga beras di pasaran.Kekeringan, antara lain, terjadi di Kecamatan Losarang dan Kecamatan Kandanghaur. Tanaman padi yang sebelumnya berwarna hijau di daerah itu kini tampak kecoklatan, Selasa (12/9/2023). Tanahnya retak-retak. Saluran irigasi di sekitar lahan juga kering, menyisakan lumpur dan sampah plastik.”Sawah yang saya garap sudah kering semua, rusak dan gagal panen,” ujar Mursin (61), petani asal Kandanghaur, sambil menunjukkan tanaman padinya yang mati di usia sekitar 30 hari. Sawah dua hektar yang ia kelola sejak musim tanam kedua pada Juni itu pun tidak membuahkan gabah.
”Saya enggak punya padi. Padahal, saat ini harga gabah lagi bagus, bisa Rp 7.600 per kilogram (gabah kering panen/GKP),” ujarnya. Harga itu jauh di atas harga pembelian pemerintah (HPP), yakni Rp 5.000 per kg untuk GKP. Jika kondisi normal, ia biasanya bisa memanen 5 ton GKP per hektar.
Harga beras medium di wilayah Kandanghaur, lanjutnya, juga meningkat dari biasanya Rp 10.000-Rp 11.000 per kg kini mencapai Rp 13.000 per kg. Berdasarkan data Panel Harga Pangan Badan Nasional, harga rata-rata beras medium di tingkat eceran tercatat mencapai Rp 12.760 per kg.
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Petani sedang mengecek sawahnya yang terdampak kekeringan di daerah Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (12/9/2023).
Mursin pun mengaku tidak merasakan kenaikan harga gabah dan beras. Padahal, ia telah menghabiskan modal lebih dari Rp 5 juta untuk musim tanam kali ini. Bahkan, ia sudah memberikan pupuk pertama pada padinya. ”Ini belum termasuk biaya sewa lahan sekitar Rp 14 juta per hektar,” katanya.
Mursin hanya salah satu petani yang terdampak kekeringan dan tidak menikmati kenaikan harga beras. Balai Penyuluhan Pertanian Kandanghaur mencatat, dalam empat bulan terakhir, sebanyak 1.601 hektar sawah mengalami puso. Total luas tanam padi di daerah itu mencapai 4.898 hektar.”Rata-rata usia padi yang gagal panen adalah 25 hari-40 hari,” kata Sunarto, Koordinator Penyuluh BPP Kandanghaur. Daerah paling terdampak adalah Desa Wirakanan. Dari areal tanam 489 hektar, hanya 80 hektar yang panen. Produktivitasnya pun berkurang dari 5 ton menjadi 3 ton GKP per hektar.
Pihaknya sudah berupaya mencegah sawah gagal panen dengan percepatan tanam dari sebelumnya di bulan Juli menjadi awal Juni untuk menghindari musim kemarau. Pihaknya pun telah memfasilitasi lima mesin pompa air untuk memasok air ke sawah serta mengatur tata gilir air agar sawah petani teraliri air.
KOMPAS/ABDULLAH FIKRI ASHRI
Kondisi tanaman padi yang terdampak kekeringan di daerah Kandanghaur, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, Selasa (12/9/2023).
”Tetapi, mau bagaimana lagi. Airnya sudah tidak ada. Perbaikan saluran di Bendungan Rentang juga menjadi hambatan,” ujarnya. Selain dari Bendung Rentang, pasokan air untuk wilayah Kandanghaur juga berasal dari Waduk Jatiluhur dan Bendungan Cipanas. Namun, pasokan air kini sangat minim.
Sebelumnya, Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Jabar Dadan Hidayat memaparkan, selama April-Agustus 2023, sebanyak 12.852 hektar lahan pangan di Jabar terdampak kekeringan. Sebanyak 2.804 hektar di antaranya puso dan sekitar 80 persen atau 2.269 hektar ada di Indramayu.Namun, Dadan mengklaim ketersediaan beras di Jabar pada Januari-Oktober masih surplus hingga 104.899 ton dengan produksi 4,6 juta ton. Adapun luas lahan pangan di Jabar mencapai 1,6 juta hektar. ”Masyarakat tidak usah khawatir terkait ketersediaan produksi beras,” ujarnya.