Cegah Krisis Pangan, Batang Bagikan Bibit hingga Siapkan Lumbung Padi
Kemarau turut menyebabkan lahan-lahan pertanian di Batang, Jawa Tengah, kering. Kondisi itu lantas membuat harga beras bergejolak. Pemerintah setempat melakukan berbagai upaya menekan potensi krisis pangan.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·4 menit baca
BATANG, KOMPAS — Kekeringan yang masih terjadi di sejumlah daerah di Jawa Tengah dikhawatirkan memicu krisis pangan. Di Kabupaten Batang, pemerintah setempat menyalurkan bantuan berupa bibit padi dan pupuk. Penyediaan cadangan beras diupayakan, baik melalui Bulog maupun lumbung padi pemerintah setempat.
Kemarau membuat sumber-sumber air di sejumlah daerah di Batang menyusut. Kondisi itu membuat lahan-lahan pertanian kekurangan air. Berdasarkan catatan pemerintah setempat, sedikitnya 1.000 hektar lahan pertanian di Kecamatan Gringsing dilanda kekeringan.
Untuk meringankan beban petani, pemerintah memberikan bantuan program Optimalisasi Penambahan Indeks Pertanaman (OPIP). Hal itu diwujudkan dengan menyalurkan bantuan bibit padi tahan kering, yakni Inpari 32. Selain itu, pemerintah juga menyalurkan berbagai pupuk, seperti pupuk NPK (nitrogen, fosfat, dan kalium) nonsubsidi, pupuk remah, pupuk mikro, dan pupuk hayati, untuk menjaga ketersediaan unsur hara.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pangan dan Pertanian Batang Wahyu Budi Santoso mengatakan, pemberian bantuan OPIP dilakukan bagi para petani pemilik lahan dengan total luas 3.443 hektar. Lahan-lahan itu tersebar di Kecamatan Tersono, Gringsing, Tulis, Pecalungan, Limpung, Bandar, Wonotunggal, dan Banyuputih.
Tak hanya itu, Pemerintah Kabupaten Batang juga mengusulkan tambahan bantuan dari Kementerian Pertanian berupa pompa air untuk meningkatkan debit air. ”Kami berharap bantuan-bantuan itu bisa menjaga ketahanan pangan di Batang serta melindungi para petani yang sedang berjuang di tengah tantangan alam,” ujar Wahyu, Minggu (10/9/2023).
Kekeringan yang terjadi di lahan-lahan pertanian diakui Wahyu turut berdampak pada peningkatan harga beras di pasaran. Di Batang, rata-rata harga beras medium yang semula Rp 11.000 per kilogram naik menjadi Rp 12.000 per kilogram pada Minggu. Sementara itu, harga beras premium naik dari semula Rp 13.000 per kilogram menjadi Rp 14.000 per kilogram.
Wahyu meminta masyarakat tidak panik. Sebab, di Batang masih ada cadangan beras sebanyak 100 ton di gudang Bulog. Selain itu, Pemerintah Kabupaten Batang juga disebut Wahyu masih punya cadangan beras tiga lumbung pangan milik pemerintah yang dikelola gabungan kelompok tani di Desa Sidorejo di Kecamatan Gringsing, Desa Tersono di Kecamatan Tersono, dan Desa Wonobodro di Kecamatan Blado. Namun, Wahyu tak merinci jumlah cadangan beras di tiga lumbung tersebut.
”Tiga lumbung pangan ini menyerap padi dari petani di sentra-sentra produksi, seperti di Kecamatan Gringsing, Tersono, dan Blado. Padi itu disimpan sebagai cadangan untuk mengatasi terjadinya kekurangan pangan,” ujarnya.
Selain itu, Wahyu juga telah berkoordinasi dengan pemerintah pusat untuk menggelar program beras murah. Hal itu untuk menstabilkan kembali harga beras di pasaran. Kendati demikian, ia masih menunggu petunjuk teknis dari pemerintah pusat untuk menyelenggarakan program tersebut.
Tiga lumbung pangan ini menyerap padi dari petani di sentra-sentra produksi, seperti di Kecamatan Gringsing, Tersono, dan Blado. Padi itu disimpan sebagai cadangan untuk mengatasi terjadinya kekurangan pangan.
Sebelumnya, Pemimpin Wilayah Perum Bulog Jateng Akhmad Kholisun menyebut, stok beras di Jateng sebanyak 203.851 ton. Beras dengan jumlah tersebut mampu memenuhi kebutuhan penyaluran beras di Jateng sampai enam bulan ke depan.
Kholisun mengatakan, penyaluran Bulog terdiri dari Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP), cadangan bencana alam, serta program bantuan pangan. Menurut dia, SPHP dimulai dari Januari 2023 dan akan dilakukan hingga Desember 2023. SPHP dilakukan melalui 538 pedagang di 133 pasar yang ada di Jateng.
”Melalui program SPHP, Bulog menjual beras dengan harga yang ditetapkan oleh Bapanas, yaitu Rp 9.950 per kilogram dari gudang Bulog. Adapun jika beras diantar hingga ke pedagang, harganya menjadi Rp 10.200 per kilogram. Hal ini karena ada komponen biaya distribusi yang turut dihitung. Sementara itu, pedagang akan menjual ke konsumen dengan harga maksimal sesuai HET atau Rp 10.900 per kilogram,” paparnya.
Beberapa waktu lalu, Penjabat Gubernur Jateng Nana Sudjana meminta bupati dan wali kota di wilayahnya untuk meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi kekeringan. Sejumlah bencana yang mungkin timbul juga diharapkan bisa diantisipasi.
”Badan Penanggulangan Bencana Daerah diharapkan mampu untuk mengoordinasi instansi terkait dalam hal penanganan kebakaran dan kekeringan di wilayah Jateng. Bupati dan wali kota harus menyiapkan kesiapsiagaan, nanti kami antisipasi dengan memberikan bantuan air ke masyarakat,” ucap Nana.