Buka Lebar Akses Pendidikan untuk Anak dengan Disabilitas
Anak dengan disabilitas masih sulit diterima di sekolah umum karena keterbatasan SDM dan fasilitas di sekolah. Sekolah umum didorong lebih terbuka menerima anak dengan disabilitas dan menyediakan fasilitas dan pengajar.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Anak dengan disabilitas masih sulit diterima di sekolah umum karena keterbatasan sumber daya manusia dan fasilitas pendukung di sekolah. Sekolah umum diminta lebih terbuka menerima anak berkebutuhan khusus serta menyediakan fasilitas dan pengajar yang mendukung.
Untuk mendukung hal tersebut, Yayasan Karya Murni mengadakan kampanye We Ring The Bell (Kami Membunyikan Lonceng) di SD Antonius 1 dan 2, di Medan, Sumatera Utara, Sabtu (9/9/2023). Kampanye yang didukung oleh Liliane Foundation sejak 2012 itu diharapkan menarik perhatian dunia akan pentingnya membuka akses pendidikan untuk anak dengan disabilitas.
”Dengan membunyikan lonceng atau instrumen lain selama satu menit berarti anak-anak sedang merayakan keadaan bisa menikmati pendidikan di sekolah,” kata Ketua Yayasan Karya Murni Suster Desideria Saragih KSSY.
Kampanye itu diikuti anak-anak SD Antonius 1 dan 2 serta anak dari Sekolah Luar Biasa-A (sekolah untuk tunanetra) dan SLB-B (tunarungu) Yayasan Karya Murni, Medan. Mereka berdiri di sekeliling lapangan sekolah sembari memegang berbagai benda mulai dari tamborin, botol minum, mangkuk, hingga peluit. Mereka lalu membunyikan benda-benda itu selama satu menit sebagai simbol dukungan untuk anak dengan disabilitas.
Anak-anak tunanetra dari SLB-A lalu menampilkan pertunjukan bernyanyi. Pertunjukan itu juga dimeriahkan oleh murid tunarungu dengan pantomim, membuat kerajinan rajutan, hingga melukis. Anak difabel pun membaur dengan anak-anak dari sekolah umum.
Kepala SD Antonius 1 Rudi Simarmata mengatakan, kampanye itu mengajak semua sekolah bisa menerima anak dengan disabilitas. Hal itu sangat penting di tengah kondisi 9 dari 10 anak dengan disabilitas tidak diterima di sekolah. ”Sebagai sekolah umum, kami berkomitmen untuk menerima anak dengan disabilitas,” kata Rudi.
Rudi mengatakan, anak-anak harus bisa bersekolah apa pun kondisinya, termasuk anak dengan disabilitas. Anak dengan disabilitas sangat rentan menjadi anak yang terabaikan di rumah dan di sekolah. Jika kita tidak melakukan sesuatu, mereka akan semakin terabaikan dalam hidupnya. Rudi menyebut, hal yang perlu disiapkan sekolah adalah menyiapkan tenaga pendidik dan fasilitas untuk anak disabilitas.
Ratra Deo Barus (18), anak low vision (gangguan penglihatan kronis), menuturkan, awalnya dia bersekolah di sebuah sekolah umum saat masuk SD. Setelah beberapa tahun bersekolah, dia tidak bisa mengikuti pelajaran. ”Saya hanya bisa mendengar penjelasan dari guru. Ketika ada tugas yang harus ditulis, saya tidak bisa mengerjakannya,” kata Ratra.
Ratra menyebut, gurunya juga tidak mempunyai kemampuan khusus untuk mengajarinya. Karena itu, orangtuanya memutuskan untuk memindahkannya ke SLB-A Karya Murni. Saat ini dia telah duduk di kelas IX SLB-A. Ratra sudah bisa membaca dan menulis huruf Braille. Setelah bisa membaca dan menulis, dia bisa mengikuti pelajaran dengan baik.
Ratra berkeinginan melanjutkan studi ke SMA umum hingga perguruan tinggi. Dia berharap bisa diterima di lingkungan sekolah umum, khususnya oleh guru dan teman-temannya. Dia juga mendambakan fasilitas sekolah yang ramah pada anak dengan disabilitas. ”Saya ingin sekolah tinggi-tinggi agar bisa mewujudkan cita-cita menjadi pengusaha seperti teman-teman saya yang lain,” kata Ratra.
Sebagai orangtua, kami sangat berharap anak-anak kami bisa diterima di sekolah dan di masyarakat secara inklusif. (Fikri Aska)
Fitri Aska, orangtua siswa dengan disabilitas tunarungu, mengatakan, sekolah-sekolah umum hingga kini belum ramah pada anak dengan disabilitas. Anaknya sempat bersekolah di sekolah umum, tetapi tidak bisa mengikuti pelajaran.
Dia akhirnya memindahkan anaknya ke SLB-B. ”Sebagai orangtua, kami sangat berharap anak-anak kami bisa diterima di sekolah dan di masyarakat secara inklusif,” kata Fitri.