Arjuno Terbakar 4.796 Hektar, BNPB Tambah Helikopter Pemadam Api
Seluas 4.796 hektar lahan di Gunung Arjuno terbakar sejak 26 Agustus 2023. Untuk mempercepat proses pemadaman melalui udara, BNPB menambahkan satu helikopter lagi.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·3 menit baca
PASURUAN, KOMPAS — Dua helikopter Super Puma diandalkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk memadamkan kebakaran di Gunung Arjuno, Jawa Timur. Bara api yang tersebar di beberapa titik masih rentan memicu kejadian kebakaran baru.
Sejak 26 Agustus 2023, sebagian kawasan Gunung Arjuno masih terbakar. Berawal dari Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, api menjalar ke kawasan Taman Hutan Raya Raden Soerjo hingga Pasuruan, Batu, dan Mojokerto.
Hingga kini total 4.796 hektar lahan terbakar. Pasuruan menjadi wilayah paling terdampak dengan 2.724 hektar. Selanjutnya ada Kota Batu (900,93 hektar), Malang (807,35 hektar), dan Mojokerto (330,86 hektar).
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Suharyanto, Jumat (8/9/2023), di Posko Penanganan Kebakaran Lahan dan Hutan Arjuno di Kaliandra, Prigen, Pasuruan, berharap, penambahan helikopter bisa membantu dalam pemadaman kebakaran.
”BNPB membantu operasi pemadaman melalui udara. Kita kerahkan satu helikopter untuk water bombing yang sudah bekerja seminggu. Hari ini akan ditambah lagi satu Super Puma. Harapannya, 1-2 hari bisa teratasi,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Suharyanto sempat naik helikopter untuk meninjau kondisi terkini kebakaran di Arjuno. Turut mendampingi, antara lain, anggota Komisi VIII DPR, Anisah Syakur; Panglima Kodam V/Brawijaya Mayor Jenderal Farid Makruf; dan Sekretaris Daerah Jawa Timur Adhy Karyono.
Secara umum, menurut Suharyanto, kondisi kebakaran di Arjuno cukup terkendali. Meski belum padam sepenuhnya, kini tinggal sisa-sisa bara api.
Disinggung penyebab kebakaran di gunung setinggi 3.339 meter di atas permukaan laut itu, Suharyanto mengatakan akibat kemarau panjang.
”Mungkin ada ulah manusia, tapi belum menunjuk karena apa. Analisis umum kasus kebakaran hutan dan lahan, sebagian besar akibat ulah manusia, kurang disiplin, kurang tertib, atau melanggar aturan,” katanya.
Adhy Karyono mengatakan, tambahan helikopter Super Puma berkapasitas 4.000 liter air akan mempercepat pemadaman. Sebelumnya helikopter tipe AS350 B3-e dengan kapasitas 1.000 liter telah melakukan 105 kali sorti selama satu pekan. Helikopter telah menyiram 105.000 liter air.
”Dengan 105 sorti, ternyata titik kebakaran tinggal beberapa saja. Tetapi, bukan berarti yang berasap akan padam. Kami berharap bisa dituntaskan dengan pembasahan,” ucapnya.
Menurut Adhy, ada beberapa kendala dan tantangan memadamkan api di Arjuno. Hal itu mulai dari kondisi cuaca berkabut hingga asap yang menyulitkan water bombing.
Titik api juga tersebar jauh di lereng gunung. Akibatnya, personel pemadaman darat tidak bisa mencapai titik api.
”Kondisi angin juga berubah-ubah dan cenderung berembus ke atas sehingga loncatan bara bisa menimbulkan titik-titik api baru. Tempat pengambilan air juga cukup jauh (dari Kaliandra),” ucapnya.
Sebelum memanfaatkan helikopter, pemadaman secara manual lebih dulu dilakukan. Ada lebih kurang 1.200 personel dikerahkan dari berbagai kalangan.
Selain menghanguskan vegetasi dan mengganggu fauna endemik, kebakaran di Arjuno berdampak pada terganggunya sumber air masyarakat. Menurut Adhy, ada 25 himpunan masyarakat pemakai air yang bergantung pada suplai air yang rusak akibat kebakaran.
”Kami akan menghitung berapa banyak masyarakat yang kesulitan air untuk pengiriman, distribusi air, dan perbaikan pipa,” ucapnya.