Pengolah Ikan di Padang Keluhkan Mahalnya Harga Garam
Warga pengolah ikan kering di Kota Padang mengeluhkan mahalnya harga garam beberapa bulan terakhir. Biaya produksi membengkak, bahkan ada yang merugi puluhan juta rupiah.
Oleh
YOLA SASTRA
·3 menit baca
PADANG, KOMPAS — Pelaku pengolahan ikan kering di Sentra Pengolahan Perikanan, Kota Padang, Sumatera Barat, mengeluhkan mahalnya harga garam beberapa bulan terakhir. Biaya produksi membengkak, bahkan ada yang merugi puluhan juta rupiah.
Etrawati (41), pengolah ikan kering, Rabu (6/9/2023), mengatakan, harga garam naik sejak tiga-empat bulan terakhir. Puncaknya bahkan pernah mencapai Rp 350.000-Rp 360.000 per karung (50 kg) dari sebelumnya hanya Rp 150.000 per karung.
”Sekarang harganya Rp 200.000 per karung (50 kg), tetapi itu masih tinggi. Normalnya Rp 100.000-Rp 150.000 per karung,” kata Etrawati ketika dijumpai di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Sentra Pengolahan Perikanan, Dinas Perikanan dan Pangan Kota Padang, yang berlokasi di Kelurahan Pasie Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah.
Menurut Etrawati, ia membutuhkan 1-3 karung garam untuk mengolah ikan kering setiap hari. Kenaikan harga garam sangat berdampak terhadap usahanya. Apalagi harga ikan kering tidak mengalami kenaikan, misalnya ikan teri harganya Rp 60.000 per kg.
”Saya tak dapat uang sama sekali. Ikan saya beli mahal, hasilnya dijual murah. Bahan baku, termasuk garam, mahal, bertambah modal. Anggota saya empat orang sempat tidak terbayar gajinya,” ujar Etrawati.
Etrawati tidak tahu penyebab tingginya harga garam. Ia pun berharap pemerintah bisa mengendalikannya. ”Harapannya harga garam murah. Kalau dapat, Rp 100.000 per karung normalnya,” katanya.
Hal senada diungkapkan oleh Yenti (54), pengolah ikan kering lainnya di Kelurahan Pasie Nan Tigo. Harga garam sejak Mei 2023 melambung tinggi. Saat ini, harga garam yang ia beli Rp 250.000 per karung (50 kg). Dalam sebulan, Yenti butuh garam 30-40 karung.
”Harga Rp 250.000 per karung itu masih tinggi. Normalnya Rp 150.000 per karung. Awal saya mengolah ikan kering pada 2015 hanya Rp 50.000 per karung. Harga garam naik terus, sedangkan harga ikan kering tidak naik. Ikan teri, misalnya, harganya berkisar Rp 50.000 per kg,” kata Yenti.
Harga garam naik terus.
Menurut Yenti, tingginya harga garam dan rendahnya harga jual ikan kering membuatnya merugi pada bulan Juni dan Juli. Total kerugian mencapai Rp 30 juta. ”Selain harga garam mahal, waktu itu harga ikan anjlok di pasaran. Biasa harganya Rp 50.000 per kg, saya cuma bisa menjual Rp 30.000 per kg,” katanya.
Yenti menambahkan, berdasarkan keterangan penjual, mahalnya harga garam karena sedikitnya stok. Ia pun berharap harga garam kembali normal. ”Kalau normal harganya, terbantulah wanita nelayan. Ada keuntungan mengolah ikan,” ujarnya.
Secara terpisah, Kepala Dinas Perdagangan Padang Syahendri Barkah melalui Fungsional Analis Perdagangan Dewi Reno Fitri mengatakan, mahalnya harga garam yang dikeluhkan pengolah ikan kering kemungkinan karena ketimpangan antara jumlah produksi garam dan jumlah permintaan.
”Kalau hasil pantauan kami setiap hari di tingkat pedagang pasar, harga garam konsumsi (kemasan kecil) relatif stabil. Untuk garam di tingkat distributor (kemasan karung), kami akan cek ke lapangan. Akan kami cari tahu apa penyebabnya,” kata Dewi.