Sinergi Jadi Tantangan Pengembangan Geopark Kebumen
Sinergi berbagai elemen menjadi pekerjaan rumah Geopark Kebumen agar bisa mendunia.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
KEBUMEN, KOMPAS — Sejumlah tantangan pengembangan Geopark Kebumen untuk masuk dalam UNESCO Global Geopark perlu diatasi. Selain kelengkapan sarana dan prasarana infrastruktur kawasan, sinergi dan integrasi berbagai elemen diperlukan untuk memadukan tiga tujuan Geopark, yaitu konservasi, edukasi, serta pengembangan ekonomi yang berkelanjutan.
”Perlu integrasi dari semua komponen pendukung, siapa saja di situ yang disebut pentahelix, seperti akademisi, komunitas, media massa, pemerintah, dan badan usaha supaya bisa lebih bersinergi,” kata Ketua Dewan Pakar Geopark Kebumen Chusni Ansori saat dihubungi dari Purwokerto, Banyumas, Jawa Tengah, Selasa (5/9/2023).
Chusni mengatakan, geodiversity dalam Geopark menjadi tulang punggung, tapi juga harus diikuti pengembangan bidang lain, seperti keberagaman budaya serta keberagaman hayati. Visibilitas dan amenitas keberadaan Geopark ini pun perlu ditingkatkan.
“Terkait visibilitas, harusnya ada tugu penanda Geopark di sisi timur dan barat Kebumen. Sementara terkait amenitas, butuh kelengkapan pendukung, seperti jalan yang memadai untuk menuju lokus Geopark,” katanya.
Bupati Kebumen Arif Sugiyanto juga menyampaikan, sampai saat masih ada beberapa pekerjaan rumah yang harus dibenahi agar Geopark Kebumen bisa mendunia. Menurut dia, sarana prasarana menjadi hal penting yang harus dibenahi dan dinilai belum cukup memadai untuk menguatkan branding Geopark Kebumen di kancah nasional dan internasional.
”Hal-hal sederhana, papan petunjuk, atau papan nama juga belum tersedia, lalu infrastruktur lain yang menjadi bagian dari Geopark Kebumen,” kata Arif.
Hal-hal sederhana, papan petunjuk, atau papan nama juga belum tersedia. (Arif Sugiyanto)
Arif mengatakan, kekayaan bebatuan alam yang ada di Kebumen bisa menjadi lokomotifnya, tapi perlu dipadukan dengan beragam unsur lain di dalamnya. ”Jadi Geopark itu mesinnya, tapi gerbongnya itu harus macam-macam. Ada gerbong geologi (bebatuan/ilmu bumi), ada gerbong pariwisata, ada gerbong kebudayaan, gerbong event, gerbong studi atau pendidikan, dan gerbong marketing,” paparnya.
Arif menyebutkan, dibutuhkan kolaborasi atau kebersamaan untuk bisa mewujudkan Geopark Kebumen masuk dalam UNESCO Global Geopark serta butuh obyek utama yang akan dijadikan ”maskot” yang menjadi tujuan banyak orang, dan menjadi identitas suatu daerah.
General Manager Geopark Kebumen Sigit Asmodiwongso mengatakan, pihaknya tengah mengupayakan membuat Geopark yang berdampak bagi masayarakat lokal. Oleh karena itu, butuh keterlibatan masyarakat setempat untuk menggaungkan dan membangun Geopark ini. ”Kami mencoba membuat Geopark yang ramah publik, mudah dipahami publik, dan memberi ruang kolaborasi dengan publik,” tutur Sigit.
Menurut Sigit, masyarakat setempat yang berdekatan lokasinya dengan geosite akan diajak serta untuk menjadi pemandu wisata lokal. Selain itu, pihaknya juga tengah menyiapkan tim redaksional untuk membantu membahasakan ulang sejumlah papan informasi terkait sejarah geosite.
Diharapkan pada akhir tahun ini, akan ada tiga lokasi percontohan wisata Geopark di Seboro, Padureso, serta kawasan mangrove yang bisa mengangkat Geopark Kebumen agar bisa masuk dalam UNESCO Global Geopark.