Di Tengah Kemarau, Petani di Malang Nekat Tanam Padi
Meski kondisi irigasi sedikit berkurang, sebagian petani di Malang telah memulai menanam padi di musium kemarau. Mereka yakin tidak akan terdampak fenomena El Nino.
Oleh
DEFRI WERDIONO
·2 menit baca
MALANG, KOMPAS — Sebagian petani di Kabupaten Malang, Jawa Timur, nekat menanam padi di tengah musim kemarau. Mereka yakin tidak keliru menetapkan masa tanam karena kondisi air diklaim masih mencukupi.
Pada 1-3 pekan terakhir, sebagian sawah di Kecamatan Singosari, Pakisaji, dan Kecamatan Kepanjen mulai menghijau. Namun, masih ada lahan yang dibiarkan pemiliknya menunggu kepastian pasokan air.
Saman (50), petani di Desa Purwoasri, Kecamatan Singosari, Selasa (5/9/2023), mengatakan, sudah menanam padi lagi sejak tiga pekan lalu. Pemilik sawah seluas 750 meter persegi itu memperkirakan bakal panen pada November. Dia yakin, kondisi airnya bakal cukup meski mengakui debitnya berkurang akibat kemarau. ”Sejauh ini tetap bagus, tidak kekurangan air,” ujar Saman yang terbiasa menanam pada periode Agustus-November.
Kasmari (63), petani di Desa Mojosari, Kecamatan Kepanjen, juga percaya diri. Kini padi miliknya yang ditanam di lahan seluas 2.500 meter persegi sudah berumur 21 hari.
Menurut Kasmari, aliran air irigasi ke sawahnya sempat terganggu tiga hari lalu. Namun, hal itu dipicu perbaikan irigasi. Setelah diperbaiki, pasokan air kembali normal.
Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Kabupaten Malang Avicenna M Saniputera mengatakan, dampak El Nino belum terlihat signifikan. Namun, ia mengakui ada sedikit penurunan debit air akibat kemarau. Avicenna meminta petani menjaga pengoperasian saluran irigasi tersier agar bisa terus digunakan bersama-sama.
Ke depan, mengantisipasi dampak El Nino, Avicenna mendorong petani melakukan percepatan tanam. ”Harapannya hujan segera turun dan kemaraunya tidak terlalu lama,” ucapnya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Malang Agung Purwanto mengatakan, ketersediaan pangan di wilayahnya masih mencukupi untuk 6,6 bulan ke depan. Dia menyebutkan, produksi beras di Malang selalu berlebih. Pada 2022, misalnya, Kabupaten Malang surplus 90.000 ton beras dan 84.000 ton pada 2021.
Agung juga bersyukur harga beras masih terjangkau. Berdasarkan data sistem harga kebutuhan bahan pokok per 4 September, beras medium dibanderol Rp 11.000 per kilogram dan Rp 14.000 per kilogram bagi jenis premium.
”Untuk menjaga harga tidak melonjak, kami melakukan pasar murah hingga memberi bantuan beras untuk warga miskin. Di Malang, ada 182.722 keluarga miskin yang akan mendapat bantuan beras, masing-masing 10 kg pada September, Oktober, dan November,” katanya.