Petani Kalsel Berhasil Tanam Padi dengan Metode Mulsa Tanpa Olah Tanah
Pertanian dengan metode mulsa tanpa olah tanah dan menggunakan pupuk daun dari cangkang telur berhasil diterapkan sejumlah petani di Kalsel. Pola pertanian organik itu diharapkan bisa diterapkan secara lebih luas.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·3 menit baca
MARTAPURA, KOMPAS — Petani di Kecamatan Gambut, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan, mulai berhasil menanam padi lokal dengan metode mulsa tanpa olah tanah dan menggunakan pupuk daun dari cangkang telur. Pola pertanian organik dan tanpa membakar lahan itu akan diterapkan secara luas untuk menjaga kelestarian lingkungan.
Pada Senin (4/9/2023) digelar acara syukuran panen padi lokal yang ditanam dengan metode mulsa tanpa olah tanah (MTOT) dan menggunakan pupuk daun dari cangkang telur di Desa Malintang, Kecamatan Gambut. Panen padi jenis siam unus mutiara ini berlangsung di sawah seluas 0,5 hektar yang dikelola oleh Kelompok Tani Hidayah Desa Malintang.
Ketua Kelompok Tani Hidayah, Asrani (46), menuturkan, penggunaan metode MTOT dan pupuk dari cangkang telur pada tanaman padi sudah dilakukan sejak tahun lalu. Dalam pelaksanaannya, metode ini meminimalisasi atau bahkan menghilangkan penggunaan alat mesin pertanian untuk mengolah tanah.
”Metode MTOT ini mengandalkan penggunaan lapisan penutup organik pada tanah, seperti jerami, daun, ataupun rumput kering. Jadi, lahan pertanian dibuka tanpa dibakar,” katanya.
Pada tahun 2022, Asrani telah melakukan uji coba metode MTOT dan pupuk dari cangkang telur di lahan berukuran satu borong atau sekitar 17 meter x 17 meter. Dari lahan tersebut, ia mendapatkan padi sebanyak sembilan belek atau kaleng. Hasilnya lebih banyak dari pertanian metode konvensional, yang biasanya menghasilkan rata-rata enam belek per borong.
”Dengan menggunakan metode ini, biaya produksi, mulai dari penyiapan lahan, pemupukan, pemberantasan hama, hingga panen, juga bisa ditekan. Dibandingkan pertanian dengan metode konvensional, kami bisa menekan biaya produksi sekitar 40 persen,” ungkapnya.
Koordinator Balai Penyuluh Pertanian Kecamatan Gambut Wahidah mengatakan, pertanian dengan metode MTOT dan pupuk dari cangkang telur adalah bagian dari program Udara Bersih Indonesia yang diinisiasi Yayasan FIELD Indonesia (Farmer Initiatives for Ecological Livelihoods and Democracy-Indonesia).
”Program ini sangat bermanfaat bagi petani di Gambut. Untuk itu, program ini akan diterapkan secara luas di sepuluh desa di Gambut,” ujarnya.
Menurut Wahidah, sudah saatnya pertanian di Kalsel kembali ke pertanian yang lebih sehat atau pertanian organik. Karena itu, metode pertanian tanpa bakar dan tanpa bahan-bahan kimia harus diterapkan secara perlahan-lahan.
”Respons petani sejauh ini sangat bagus. Apalagi, metode ini juga tepat untuk menyikapi pupuk yang semakin mahal dan tidak mencukupi kebutuhan atau langka. Bisa dikatakan, ini adalah alternatif bagi petani saat pupuk langka dan mahal,” katanya.
Dengan menggunakan metode ini, biaya produksi, mulai dari penyiapan lahan, pemupukan, pemberantasan hama, hingga panen, juga bisa ditekan.
Udara bersih
Fasilitator Program Udara Bersih Indonesia Kalsel dari Yayasan FIELD Indonesia Suhada mengatakan, pertanian dengan metode MTOT diperkenalkan kepada petani di Kalsel pada 2021. Namun, metode ini baru diimplementasikan di lapangan pada 2022.
”Hasilnya bagus, bisa mencapai 4 ton per hektar. Memang masih tergolong rendah, tetapi ini juga luar biasa jika dibandingkan dengan tanaman padi di lahan konvensional yang banyak terserang penyakit tungro,” katanya.
Di Kalsel, pertanian dengan metode MTOT mulai diterapkan sekelompok petani untuk menanam padi di Banjar, Banjarbaru, dan Barito Kuala. ”Dengan metode ini, petani bisa mengurangi serangan hama tungro sekaligus menciptakan udara bersih,” ujar Suhada.
Kepala Seksi Pengembangan Sumber Daya Genetik Hewan dan Tanaman Dinas Pertanian Banjar Abdul Basyid mengatakan, pertanian dengan metode MTOT merupakan terobosan di bidang pertanian dalam rangka menjaga udara bersih dan bebas dari asap.
”Metode ini bertujuan untuk menjaga lingkungan dan pertanian berkelanjutan. Kehidupan kita akan lebih panjang apabila mengonsumsi bahan pangan yang dihasilkan tanpa pupuk kimia dan pestisida,” katanya.