Terminal Peti Kemas Makassar New Port Siap Beroperasi Penuh
Tuntasnya proyek terminal peti kemas Makassar New Port diharapkan membuat aktivitas ekspor impor akan lebih optimal. Ini ditunjang dengan kapasitas yang mencapai 2,5 juta TEUs.
Oleh
RENY SRI AYU ARMAN
·3 menit baca
MAKASSAR, KOMPAS — Proyek pembangunan Makassar New Port (MNP) tahap IB dan IC ditarget rampung akhir September ini. Hal ini berarti terminal peti kemas di MNP akan beroperasi penuh. Sebagai proyek strategis nasional, terminal peti kemas ini akan menjadi yang terbesar di Kawasan Timur Indonesia.
Saat ini proyek pembangunan sudah mencapai 99 persen. Sebelumnya, proyek tahap IA telah selesai dan beroperasi sejak 2018 lalu. Proyek MNP meliputi pembangunan terminal peti kemas, kawasan pergudangan, serta perkantoran. Terminal peti kemas dibangun dalam tiga tahap, yakni tahap IA, IB, dan IC. Jika terminal peti kemas rampung, akan disusul pembangunan kawasan pergudangan dan perkantoran.
”Target kami akhir September ini bisa diresmikan dan dioperasikan. Harapannya bersamaan dengan peresmian akses tol yang menghubungkan Terminal Peti Kemas Makassar ke Makassar New Port. Proyek tol ini pun sudah hampir rampung,” kata Regional Head 4 Pelindo Enriany Muis di Makassar, Jumat (1/9/2023).
Saat ini di Makassar, Pelindo Regional 4 mengelola dua terminal peti kemas. Terminal lama atau Teminal Peti Kemas Makassar berada di kawasan Pelabuhan Soekarno-Hatta. Terminal ini memiliki kapasitas 700.000 TEUs. Adapun terminal peti kemas baru yang ada di MNP memiliki kapasitas 2,5 juta TEUs. Proyek MNP dibangun sejak 2015 dan menelan biaya Rp 3 triliun.
Enriany mengatakan, jika terminal peti kemas di MNP rampung dan beroperasi, Terminal Peti Kemas Makassar akan tetap beroperasi. Bedanya, terminal peti kemas di MNP akan lebih fokus pada aktivitas ekspor impor. Adapun aktivitas bongkar muat dengan tujuan dalam negeri akan lebih banyak dilakukan melalui Terminal Peti Kemas Makassar.
Chaerur Rijal, Manajer Pengelolaan Operasi Terminal Peti Kemas Makassar, mengatakan, fasilitas penunjang, termasuk peralatan di MNP, lebih lengkap. Selain itu, kapasitas lapangan kontainer juga lebih luas.
”Makanya, ekspor impor akan lebih banyak dilakukan di MNP. Karena itu, untuk mengoptimalkan fungsi terminal peti kemas di MNP, Pelindo membutuhkan dukungan stakeholder terkait, khususnya para pelaku usaha dan pemerintah daerah,” katanya.
Sementara itu, untuk menunjang aktivitas di pelabuhan, pihak Pelindo menerapkan sistem pelayanan berbasis aplikasi. Aplikasi ini diantaranya Go-Live, Pelindo Terminal Operation System – Multipurpose (PTOS-M), Phinisi, dan Tonus. Hal ini untuk mencegah pungutan liar serta mengurangi waktu bongkar muat barang (cargo stay). Selain itu, mempersingkat waktu kedatangan hingga keberangkatan kapal (port stay) di semua pelabuhan kelolaan Pelindo Regional 4.
”Aplikasi ini untuk penyatuan standardisasi pelayanan di seluruh wilayah kerja pascamerger Pelindo. Ini termasuk di Pelabuhan Soekarno-Hatta di Makassar. Dampaknya adalah peningkatan produktivitas bongkar muat di Terminal Peti Kemas Makassar dan Ambon dari 35 boks per jam per kapal menjadi 50 boks per jam per kapal. Ini membuat port stay menjadi satu hari dari sebelumnya dua hari,” kata Enriany.
Sejak merger pada 1 Oktober 2021, Pelindo membentuk empat anak usaha atau subholding, yaitu PT Pelindo Jasa Maritim yang fokus pada layanan jasa marine, peralatan, energi, dan jasa maritim kepelabuhanan lainnya. Selain itu, PT Pelindo Terminal Petikemas, PT Pelindo Multi Terminal, dan PT Pelindo Solusi Logistik.