Wisata Konservasi di Way Kambas Bakal Dibuka Akhir Tahun
Setelah tiga tahun terakhir ditutup untuk kegiatan wisata, Taman Nasional Way Kambas, Lampung Timur, Lampung, menurut rencana, akan kembali dibuka pada akhir 2023. Wisata konservasi akan ditawarkan kepada pengunjung.
Oleh
VINA OKTAVIA
·3 menit baca
BANDAR LAMPUNG, KOMPAS — Setelah tiga tahun terakhir ditutup untuk kegiatan wisata, Taman Nasional Way Kambas di Lampung Timur, Lampung, bakal kembali dibuka pada akhir tahun 2023. Saat ini, pengelola TNWK tengah mempersiapkan konsep pariwisata konservasi yang akan ditawarkan untuk pengunjung.
”Kami berharap akhir tahun ini sudah bisa dibuka. Saat ini, kami tengah melakukan koordinasi terkait rencana pembukaan kembali Taman Nasional Way Kambas,” kata Kepala Balai Taman Nasional Way Kambas Kuswandono kepada Kompas, Kamis (31/8/2023).
Menurut dia, konsep wisata di TNWK harus mengendepankan upaya konservasi. Berbagai hal yang dapat ditawarkan pada wisatawan, antara lain, ialah menikmati keindahan alam di TNWK, melihat kehidupan gajah jinak dipelihara di pusat konservasi gajah, hingga bermalam di desa penyangga yang ada di sekitar TNWK.
Paket wisata lain yang bisa ditawarkan adalah pengamatan satwa liar, terutama berbagai jenis burung yang ada di kawasan hutan. Selain itu, wisata minat khusus menjelajahi hutan konservasi serta menanam pohon di hutan juga bisa ditawarkan kepada wisatawan.
Ia menegaskan, tidak akan ada atraksi gajah atau satwa lain yang akan ditampilkan di TNWK. Hal itu karena atraksi dianggap mengeksploitasi satwa dan tidak sejalan dengan semangat konservasi satwa.
Selain itu, masyarakat juga tidak diizinkan berjualan secara massal di dalam kawasan hutan. Hal ini, kata Kuswandono, sesuai dengan aturan terkait pengelolaan wisata di kawasan hutan konservasi.
Karena itulah, pengelola TNWK berharap desa-desa penyangga juga dipersiapkan untuk menunjang kegiatan wisata di TNWK. Masyarakat dapat berjualan makanan, minuman, hingga cenderamata di sekitar rumahnya. Bahkan, rumah warga bisa disewakan sebagai penginapan untuk wisatawan.
Kami berharap akhir tahun ini sudah bisa dibuka.
Saat ini ada 38 desa penyangga yang berbatasan langsung dengan hutan TNWK. Sejumlah desa sudah menawarkan paket wisata untuk pelancong, antara lain mengajak wisatawan melihat kebun buah dan tanaman hortikultura yang ada di desa.
TNWK ditutup sejak awal pandemi Covid-19. Penutupan TNWK untuk kegiatan wisata kemudian diperpanjang hinga saat ini dalam rangka evaluasi. Ke depan, TNWK akan mengedepankan konsep wisata konservasi sesuai dengan masukan dari sejumlah pihak.
Kendati ditutup untuk kegiatan wisata, kegiatan pelestarian gajah di TNWK masih berjalan normal. Saat ini, ada 60 gajah yang dipelihara di TNWK. Dari jumlah itu, sebanyak 23 ekor dipelihara di Pusat Konservasi Gajah. Sementara itu, 27 ekor lainnya dipelihara di empat Camp Elephant Respose Unit yang ada di TNWK.
Kepala Desa Tambah, salah satu desa penyangga TNWK, Dadi Prayitno, menyambut baik rencana pembukaan TNWK untuk kegiatan wisata konservasi. Ia berharap kegiatan wisata TNWK bisa meningkatkan penghasilan warga di sekitar hutan.
Selama ini, warga di desa penyangga kerap berkonflik dengan gajah liar yang ada di TNWK. Konflik perebutan ruang hidup antara manusia dan gajah liar itu seringkali merugikan warga sebagai petani karena kebun pisang dan jagungnya dirusak gajah. Selain itu, beberapa warga juga terluka hingga meninggal akibat terinjak gajah.
Secara terpisah, Kepala Dinas Kehutanan Lampung Yanyan Ruchyansyah menuturkan, rencana pembukaan kembali TNWK untuk kegiatan wisata konservasi diharapkan dapat meningkatkan perekonomian warga di sekitar kawasan hutan. Harapannya, mereka juga akan semakin bersemangat untuk turut melakukan konservasi hutan dan melestarikan satwa liar.