Jalan Tol Indralaya-Prabumulih Beroperasi untuk Ekonomi yang Lebih Bergeliat
Jalan Tol Trans-Sumatera ruas Indralaya-Prabumulih di Sumatera Selatan akan mulai beroperasi pada Rabu (30/8/2023). Dibukanya ruas tol sepanjang 63,5 kilometer ini diharapkan dapat memperlancar mobilitas warga.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·5 menit baca
PRABUMULIH, KOMPAS — Jalan Tol Trans-Sumatera ruas Indralaya-Prabumulih akan beroperasi pada Rabu (30/8/2023). Dibukanya ruas tol sepanjang 63,5 kilometer ini diharapkan dapat memperlancar arus distribusi barang dan penumpang di wilayah Sumatera Selatan. Keberadaannya diyakini dapat menekan ongkos transportasi.
Mulai dibangun pada pertengahan 2019, Jalan Tol Trans-Sumatera (JTTS) ruas Simpang Indralaya-Prabumulih (Indra-Prabu) akhirnya dibuka untuk umum pada Rabu (30/8/2023) mulai pukul 08.00. Jalan tol ini merupakan lanjutan dari JTTS pertama di Sumsel, yakni ruas Palembang-Indralaya (Palindra) sejauh 22,3 kilometer (km) yang sudah beroperasi sejak 2018.
”Di awal pengoperasiannya, pengendara tidak dikenakan tarif sampai adanya pemberitahuan lebih lanjut. Hanya saja, untuk masuk ke dalam jalan tol, pengendara tetap harus membawa kartu tol elektronik (E-toll),” ujar Kepala Cabang Tol Palembang-Prabumulih dari PT Hutama Karya Syamsul Rizal, Selasa (29/8/2023).
Jalan Tol Indra-Prabu ini telah dilengkapi berbagai fasilitas, salah satunya area peristirahatan (rest area) karena panjang jalur tol sudah lebih dari 50 km. Rest area itu berada di Km 56 jalur A dan B yang dibangun di atas lahan seluas 12 hektar.
Nantinya, kedua rest area ini akan dilengkapi tempat ibadah, tempat makan, toilet, plaza, dan stasiun pengisian bahan bakar untuk umum (SPBU). ”Namun, sampai pembangunan SPBU tuntas, untuk sementara Pertamina hanya menyediakan SPBU modular,” ujar Syamsul.
Sementara untuk penerangan jalan umum (PJU) hanya ditempatkan di titik tertentu, seperti di gerbang tol, rest area, dan jembatan. Adapun untuk area yang tidak dipasangi PJU disematkan rambu penerangan mata kucing.
Itu dikarenakan Jalan Tol Indra-Prabu dikategorikan sebagai tol luar kota. Ini berbeda dengan tol Palindra yang digolongkan sebagai tol dalam kota sehingga PJU terpasang di sepanjang jalan tol.
Syamsul meyakini keberadaan Jalan Tol Indra-Prabu akan memangkas waktu perjalanan dari Palembang ke Prabumulih menjadi hanya berkisar 45 menit sampai 1 jam. Jauh lebih cepat dibandingkan dengan menggunakan jalur Lintas Sumatera yang membutuhkan waktu sekitar 2 jam.
Dengan keunggulan itu, pengelola tol menargetkan lalu lintas kendaraan berada pada kisaran 9.000-10.000 unit per hari. Namun, untuk tahap awal pengoperasian, diperkirakan jumlah kendaraan yang melintas di jalur tol ini mencapai 2.500-3.000 kendaraan per hari.
Executive Vice President (EVP) Divisi Sekretaris Perusahaan Hutama Karya Tjahjo Purnomo menambahkan, jalan tol ini bisa dioperasikan setelah dikantonginya sertifikat laik operasi yang diperoleh pada Jumat (7/7/2023). Selain itu, pengoperasian jalan tol juga didasari pada diterbitkannya Keputusan Menteri (Kepmen) Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Nomor 872/KPTS/M/2023 tentang Penetapan Pengoperasian Jalan Tol Simpang Indralaya-Prabumulih.
Jalan tol ini dinyatakan siap beroperasi karena sebelumnya telah dibuka secara fungsional pada masa angkutan Idul Fitri 2023. ”Pada momen itu, tol ini dilalui lebih dari 83.000 kendaraan, tanpa kasus kecelakaan,” ucap Tjahjo.
Melihat antusiasme yang cukup besar ini, ia berharap trafik di ruas tol itu cukup besar. Nantinya untuk estimasi tarif yang berlaku sekitar Rp 1.338 per km. Namun, ujar Tjahjo, untuk detail lebih lengkap akan diinfokan setelah Kepmen tarif jalan tol ini diterbitkan oleh Menteri PUPR.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru membeberkan bahwa sebenarnya Presiden Joko Widodo yang akan meresmikan jalan tol ini pada 26 Agustus 2023. Namun, karena bertepatan dengan agenda Presiden ke luar negeri, maka peresmian pun ditunda. Meski begitu, tol tetap bisa dibuka karena sudah mendapatkan sertifikat kelaikan operasi.
Di samping itu, antusiasme masyarakat untuk menggunakan tol ini cukup tinggi. Apalagi untuk tahap awal pengendara tidak dikenakan biaya alias gratis. Herman meyakini dengan dibukanya tol ini akan mempercepat mobilitas masyarakat antardaerah di Sumsel.
Sebegitu pentingnya jalan tol ini, sejak awal pembangunan hingga pada pembukaannya, Herman selalu mengikuti progres pembangunannya. ”Saya pun akan mencobanya besok,” kata Herman.
Kepala Dinas Perhubungan Sumatera Selatan Ari Narsa mengapresiasi pembukaan tol Indra-Prabu karena akan membantu warga untuk bisa sampai ke tujuan lebih cepat. Tidak hanya ke Kota Prabumulih, tol ini juga akan disasar oleh warga yang ingin sampai lebih cepat ke Kabupaten Ogan Komering Ulu dan Ogan Komering Ulu Timur.
Di sisi lain, keberadaan tol ini juga akan mengurangi beban jalan di jalur Lintas Sumatera karena arus lalu lintas kendaraan akan terbagi. Pembagian beban jalan itu diharapkan akan menambah panjang umur jalan dan memperlancar arus lalu lintas.
Apalagi saat ini, Pemprov Sumsel dan instansi terkait tengah gencar menerapkan zero truk kelebihan dimensi dan kelebihan muatan (overdimension overload/ODOL). ”Dengan adanya tol, keberadaan truk kelebihan dimensi dan kelebihan muatan bisa lebih mudah diawasi,” kata Ari.
Ia meyakini dengan membatasi pergerakan truk kelebihan dimensi dan muatan, arus distribusi barang akan lebih lancar dan kerugian negara akibat kerusakan jalan dapat diminimalkan. Kondisi ini tentu akan berpengaruh pada pergerakan perekonomian daerah.
Sekretaris Asosiasi Perusahaan Jasa Pengiriman Ekspres, Pos, dan Logistik Indonesia (Asperindo) Sumatera Selatan Thamrin berpendapat, keberadaan jalan tol bisa mempercepat proses pengiriman sehingga barang bisa tiba tepat waktu. Sebab, jika hanya mengandalkan jalur arteri, banyak hal tak terduga bisa terjadi sehingga menghambat proses pengiriman barang.
Ia mencontohkan sebelum tol Palembang-Lampung beroperasi, perusahaan jasa pengiriman mengandalkan transportasi udara untuk mengirim barang dari Palembang ke Pulau Jawa. Namun, setelah tol dibuka, perusahaan berbondong-bondong menggunakan jalan tol karena dianggap lebih efisien. ”Penggunaan tol bisa menekan ongkos pengiriman hingga 60 persen,” ujarnya.
Namun, Thamrin meyakini, jalan Lintas Sumatera tidak akan ditinggalkan karena masih banyak daerah yang belum tersentuh akses jalan tol. Thamrin berharap agar pembangunan tol dilanjutkan supaya dapat menciptakan peluang pasar baru di segala lini usaha.
”Saya berharap jalan tol Palembang-Prabumulih dapat diteruskan sampai ke Muara Enim, bahkan sampai Bengkulu sehingga dapat membuka peluang usaha di berbagai sektor,” ucap Thamrin.
Penggunaan jalan tol bisa menekan ongkos pengiriman hingga 60 persen.
Selama ini proses pengiriman komoditas di Sumsel banyak mengalami kendala, misalnya kemacetan di jalan atau jalan rusak. Kondisi ini membuat usaha menjadi tidak pasti dan menimbulkan kerugian bagi pelaku usaha.
Untuk arus lalu lintas di jalur Palembang-Jambi, misalnya, sering kali macet. Lebar jalan nasional yang hanya sekitar 7 meter serta banyak aktivitas pasar dan persimpangan, menimbulkan banyak hambatan.
Belum lagi jalan yang rusak akibat truk kelebihan dimensi dan muatan yang selalu melintas di sana. Kondisi ini akan menciptakan ketidakpastian distribusi. Akibatnya, ongkos transportasi pun melambung.
”Namun, jika tol Palembang-Jambi bisa terealisasi, saya yakin kemacetan bisa cepat terurai dan perputaran roda ekonomi daerah bisa lebih stabil, masyarakat pun bakal sejahtera,” ucap Ismail.