Senja, kebun, dan musik menciptakan ramuan bahagia di hati para penikmatnya. Kemewahan jadi sempurna saat orang tersayang duduk di sebelah. Begitulah suasana konser musik Sunset di Kebun Raya Purwodadi, Pasuruan, Jatim.
Oleh
DAHLIA IRAWATI
·5 menit baca
Begitulah suasana konser musik Sunset di Kebun yang digelar Kebun Raya Purwodadi di Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu (26/08/2023). Penuh dengan sukacita, cinta, dan bahagia. Konser digelar hingga 27 Agustus 2023.
Di antara jajaran pohon bungur (Lagerstroemia), flamboyan (Delonix regia), dan asem kranji (Dialium indum), sebuah lapangan membentang hijau dengan diberi bantal warna-warni atau bean bag di bagian depan, dekat panggung. Di sekeliling lapangan terdapat penjual jajanan dan minuman, serta stan komunitas anggrek dan tanaman karnivora Indonesia, serta stan kampanye lingkungan Buangdisini.
Selepas tengah hari, satu per satu penonton mulai berdatangan. Mereka bergegas memarkir kendaraan di lokasi yang ditentukan, menukarkan tiket, dan masuk ke area konser. Meski acara belum dimulai, dengan riang mulai menata alas duduk di atas lahan berumput di depan panggung. Sambil menanti acara di mulai, mereka menyerbu stan makanan dan minuman.
Tak lama, konser musik dimulai dengan penampilan beberapa pemusik lokal Jawa Timur seperti Moccatune dan Ara Fiansyah. Mereka menyanyikan beberapa lagu pembuka untuk menyemarakkan suasana.
Setiap usai pengisi acara menghibur penonton, maka panitia pun memberikan satu pot tanaman kadaka atau pakis sarang burung (Asplenium nidus). Tanaman berkasiat obat itu diusung sebagai ikon kali itu. Setiap ada konser di kebun raya selalu diangkat ikon tanaman yang diangkat.
Ajakan untuk mencintai lingkungan dan menanam tanaman hampir setiap saat diserukan oleh MC. Beberapa kuis dibuat untuk menjalin hubungan antara penonton dan MC. Lagi-lagi, hadiah kuis adalah tanaman kadaka.
Satu per satu pemusik pun melantunan lagu, menghibur penikmatnya yang duduk santai di atas rerumputan. Beberapa di antaranya menikmati sajian ala barbeku sebagaimana tiket yang dipesan.
Thee Marloes mengajak penonton mendayu dengan lagu-lagu nuansa oldies. Berikutnya Coldiac mengajak penonton menyelami lagu-lagu hits kekinian. Terakhir, sebagai pemuncak acara, penonton diajak bergoyang dan melonjak dengan lagu-lagu Nidji. Di antara desir angin sore nan sejuk, serta aroma kayu dan dedaunan yang menenangkan, para penonton kian tersihir suasana.
Piknik
Meski seluruh penonton rata-rata duduk santai di atas rerumputan, gairah musik sore itu membuat satu per satu orang mulai berdiri dan melonjak mengiringi lagu. Di antara mereka ada yang berpelukan atau berpegangan tangan. Konser ditutup dengan tepuk tangan dan tawa sukacita baik pemusik maupun penonton. Saat langit di ufuk barat mulai berubah dari kemerahan menuju gelap, orang-orang mulai berjalan pulang.
”Konser musik di kebun seperti ini sangat menarik untuk keluarga. Kalau bisa diadakan rutin sehingga jadi salah satu pilihan piknik keluarga yang menghibur dan menyenangkan,” kata Reza (36), penonton asal Sidoarjo, yang datang bersama keluarga kecilnya, anak dan istri. Di lokasi, ia bertemu dengan dua temannya.
Sepanjang konser, anak Reza pun dengan bebas berlarian, rebahan, atau bermain yang dia suka. Benar-benar seperti piknik keluarga.
Ya, sore itu memang bukan hanya milik pasangan muda-mudi. Konser itu juga milik keluarga atau kolega. Sore penuh cinta, antar-pasangan, antarteman dan keluarga.
”Sebagaimana diketahui, Kebun Raya Purwodadi adalah lingkungan konservasi eksitu yang menyimpan banyak koleksi tanaman, terutama tanaman langka dari seluruh Indonesia. Fungsi kebun raya itu adalah konservasi, penelitian, jasa lingkungan, wisata, dan edukasi. Saat ini, kami gencar lakukan fungsi wisata edukasi, terutama untuk anak sekolah dan umum. Itu sebabnya, konser ini digelar. Selain mengajak masyarakat menikmati musik, juga bisa mengenal dan mencintai lingkungan,” kata General Manager Kebun Raya Purwodadi Galendra Jaya.
Segmen acara tersebut sebagian besar anak muda karena, menurut Galendra, mereka ingin mengajak anak-anak muda memiliki kedekatan dengan alam dan lingkungan.
Sunset di Kebun Raya Purwodadi kali ini adalah konser musik di kebun raya yang digelar ketiga kalinya. Kegiatan pertama digelar di Kebun Raya Bogor dan Kebun Raya Bali.
Kebun Raya Purwodadi didirikan pada 30 Januari 1941 oleh Dr LGM Baas Becking. Luas area Kebun Raya Purwodadi 85 hektar dengan 2000-an jenis tanaman koleksi dataran rendah kering, seperti jenis anggrek, polong-polongan, mangga, paku-pakuan, pisang, palem, tanaman obat, serta herbarium dan tanaman berbiji.
Zaenal Arifin, General Manager Corporate Communication PT Mitra Natura Raya (MNR) selaku mitra pengelola Kebun Raya Purwodadi, mengatakan, ”Semoga kegiatan ini bermanfaat dan mendorong anak-anak muda untuk kembali ke alam, mencintai konservasi, karena talent juga diminta turut menyuarakan konservasi.”
Karena tanaman kadaka itu terlalu sepele di mata manusia, makanya kami angkat. Sebab, mungkin banyak orang belum tahu akan manfaat kadaka sebagai tanaman obat cukup besar. ( Hadhiyyah N Cahyono)
Gerakan
Rizki Ramadhan, project manager Sunset di Kebun, mengatakan bahwa kegiatan Sunset di Kebun adalah salah satu cara mengajak anak-anak muda untuk mencintai alam dengan cara yang menyenangkan. ”Sunset adalah bagian komunikasi yang lebih mudah diserap oleh generasi Z dan milenial. Di sini, dari musik kita selipkan edukasi dari kebun raya yang ada. Musik, konservasi, dan movement (gerakan). Itu intinya,” kata Rizki.
Adapun terkait tanaman kadaka yang jadi ikon pada konser musik di Kebun Raya Purwodadi itu, Hadhiyyah N Cahyono, Asisten Manajer Hortikultura Kebun Raya (Holding), menjelaskan bahwa tanaman kadaka adalah tanaman invasif yang bisa tumbuh di ketinggian 1 meter di atas permukaan laut hingga 2000 mdpl. Tanaman ini dipilih sebagai ikon karena selain mudah tumbuh, ia juga memiliki banyak khasiat.
”Tanaman ini memiliki khasiat obat misalnya menyembuhkan sakit limpa. Selain itu, ia juga bermanfaat bagi hewan yaitu bisa digunakan untuk sarang burung. Masih banyak kasiat tanaman kadaka lain, misalnya bisa untuk lotion dan infus bagi sakit demam seperti yang sudah dikembangkan di Malaysia,” kata Hadhiyyah.
Dengan mengajak penonton mengenali kadaka, menurut Hadhiyyah, diharapkan masyarakat bisa terbiasa menghargai dan mencintai tanaman di sekitarnya. Sebab, menurut dia, setiap tanaman diciptakan dengan fungsi masing-masing, yang terkadang menurut manusia terlihat sangat sepele dan tak berguna.
”Karena tanaman kadaka itu terlalu sepele di mata manusia, makanya kami angkat. Sebab, mungkin banyak orang belum tahu akan manfaat kadaka sebagai tanaman obat cukup besar,” katanya.
Demikianlah racikan musik, alam, dan senja rupanya menghasilkan bahagia. Duduk bersama orang tersayang, menikmati sore dalam semilir angin yang membawa aroma dedaunan, sungguh menenangkan....