Setahun Tanpa Kepastian, Polisi Didesak Ungkap Kasus Pembunuhan ASN Semarang
Kasus pembunuhan terhadap Iwan Boedi, aparatur sipil negara di Kota Semarang, Jateng, belum juga terungkap. Iwan dibunuh setahun lalu jelang bersaksi terkait kasus korupsi.
Oleh
KRISTI DWI UTAMI
·3 menit baca
SEMARANG, KOMPAS — Setahun berlalu, kasus pembunuhan sadis terhadap Paulus Iwan Boedi Prasetijo, aparatur sipil negara di Kota Semarang, Jawa Tengah, belum juga terungkap. Polisi masih belum memastikan pelaku dalam kejahatan itu. Masyarakat mendesak polisi segera mengungkap kasus tersebut supaya keluarga bisa mendapatkan keadilan.
Iwan dilaporkan hilang oleh keluarganya sejak Rabu (24/8/2022) atau sehari menjelang dirinya memberikan kesaksian terkait kasus dugaan korupsi di lingkungan Pemerintah Kota Semarang. Jasad Iwan lalu ditemukan dalam kondisi hangus di kawasan Pantai Marina, Kota Semarang, Kamis (8/9/2022). Berdasarkan pemeriksaan forensik, Iwan diduga kuat meninggal karena dibunuh pada hari di mana dirinya hilang.
Setahun berlalu, kasus itu masih belum juga menemui titik terang. Keluarga korban dan sebagian masyarakat resah dengan kondisi tersebut. Mereka menggelar aksi solidaritas dengan berjalan kaki sambil membentangkan spanduk bertuliskan ”I WANT JUSTICE” dari depan Kantor Gubernur Jateng hingga Kantor Kepolisian Daerah Jateng, Kamis (24/8/2023).
Di depan Polda Jateng, Andra, anak kedua Iwan, membacakan surat yang ditulis ibunya, Theresia Onee Anggarawati. Onee berharap, pelaku dalam kasus pembunuhan keji terhadap suaminya bisa segera ditangkap dan diadili.
”Jangan biarkan kasus ini tersimpan rapi di gudang. Biarkan berkas-berkas itu bersanding dengan berkas yang lain agar selalu tersentuh. Atas izin Tuhan dan alam semesta, kami percaya kasus ini akan terungkap,” kata Andra membacakan surat yang ditulis Onee.
Keprihatinan juga disampaikan oleh salah satu pemuka agama Katolik sekaligus Ketua Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Kevikepan Semarang, Romo Eduardus Didik Chahyono, SJ. Menurut Didik, pembunuhan yang dilakukan terhadap Iwan melukai kemanusiaan. Molornya pengungkapan kasus itu juga disebut Didik memberikan kesan adanya pembiaran.
”Kami mohon dengan peringatan satu tahun ini, pihak-pihak terkait bersedia lebih serius lagi, lebih usaha keras lagi untuk menuntaskan kasus pembunuhan ini. Kami tidak ingin hal ini menjadi preseden buruk. Bagaimana nyawa manusia tidak dihormati di negara kita,” ujar Didik.
Kami tidak ingin hal ini menjadi preseden buruk. Bagaimana nyawa manusia tidak dihormati di negara kita. (Eduardus Didik Chahyono, SJ)
Sementara itu, Natael Bremana, koordinator aksi, berharap aksi solidaritas yang mereka lakukan bisa menarik atensi Kepala Polri Jenderal (Pol) Listyo Sigit Prabowo dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo. Selain itu, massa aksi juga hendak menagih janji Kepala Polda Jateng Inspektur Jenderal Ahmad Luthfi untuk secepatnya mengungkap pelaku pembuhuhan tersebut.
”Apakah karena sedemikian rumitnya kasus ini sehingga kepolisian tak kunjung menemukan pelakunya? Atau karena diduga pelakunya melibatkan ’orang kuat’ sehingga sulit tersentuh hukum? Jangan sampai asumsi-asumsi seperti ini menggelinding bak bola salju di tengah masyarakat,” tutur Natael.
Ditemui secara terpisah, Kepala Bidang Humas Polda Jateng Komisaris Besar Stefanus Satake Bayu Setianto mengatakan, pihaknya bersama dengan Kepolisian Resor Kota Besar Semarang masih terus berupaya mengungkap kasus tersebut. Saat ditanya terkait kendala dalam pengungkapan kasus itu, Satake tak menjawab dengan terang. Ia hanya menyebut, penyidik masih mencari bukti-bukti kasus tersebut.
”Nanti kami sampaikan untuk proses selanjutnya. Apabila ada yang teridentifikasi, bisa kami sampaikan. Terkait sketsa wajah (terduga pelaku), nanti kami komunikasi dan sampaikan ke pihak penyidik,” ucap Satake.
Sejumlah pihak menduga adanya orang kuat yang terlibat dalam kasus tersebut. Menurut Satake, hal itu belum bisa dipastikan. Satake meminta dukungan doa dari masyarakat supaya proses penyelidikan bisa segera dirampungkan dan pelaku dapat segera ditangkap.