Menjaga Asa Keberlanjutan Mandalika
"Kompas" berkesempatan berbincang dengan Direktur Utama ITDC Ari Respati tentang arah dan tantangan pengembangan Mandalika ke depan.

Direktur Utama PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau ITDC Ari Respati
Dalam beberapa tahun terakhir, Mandalika dengan sirkuit bertaraf internasionalnya menjadi magnet baru pariwisata Nusa Tenggara Barat. Mata dunia tertuju pada ajang balap motor bergengsi dunia, seperti kejuaraan dunia Superbike atau WSBK serta MotoGP yang digelar di Mandalika.
Akan tetapi, Mandalika bukan hanya sirkuit sepanjang 4,31 kilometer itu. Mandalika adalah kawasan ekonomi khusus seluas hampir 1.200 hektar. Dengan demikian, tidak cukup hanya mengandalkan sirkuit dengan dua agenda besar tahunannya itu. Apalagi jika ingin mencapai tujuan pengembangan KEK Mandalika sesuai amanat Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014 tentang KEK Mandalika, yaitu mengakselerasi pembangunan perekonomian masyarakat dan daerah.

Pengunjung berfoto di depan garis start saat kegiatan Mandalika Track Walk di Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika di Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Jumat (5/8/2022).
Oleh karena itu, perlu strategi yang tepat untuk terus mengembangkan salah satu dari lima destinasi superprioritas di Indonesia tersebut. Harapannya, dampak Mandalika tidak hanya berupa geliat ”ekonomi musiman”, tetapi berkelanjutan.
Kompas berkesempatan berbincang mengenai pandangan dan arah pengembangan KEK Mandalika dengan Direktur Utama PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Indonesia Tourism Development Corporation/ITDC) Ari Respati pada Sabtu (5/8/2023) lalu. Berikut petikan wawancaranya.
Saat ditunjuk oleh Menteri BUMN Erick Thohir sebagai Direktur Utama ITDC, bagaimana melihat Mandalika?
Saya bersyukur, di masa pandemi itu, saya melihat pariwisata ini menjadi salah satu sektor yang digadang-gadang pemerintah dapat membantu percepatan ekonomi setelah Covid-19 mereda.
Sebelum bergabung dengan badan usaha milik negara, saya sudah puluhan tahun di perhotelan, sektor yang turut terdampak pandemi. Karena itu, saat diberi amanah oleh Pak Erick Thohir, ini adalah momentum di mana saya bisa menggunakan apa yang sudah saya jalankan selama puluhan tahun itu bisa direalisasikan dan diterapkan di BUMN.

Wisatawan berfoto dengan latar belakang tulisan Sirkuit Mandalika yang berada di luar Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika di Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Senin (25/7/2022). Kehadiran Sirkuit Mandalika turut berdampak pada geliat pariwisata Lombok pascapandemi Covid-19.
ITDC merupakan sebuah perusahaan yang memiliki nilai historis yang panjang. Tahun ini, ITDC berumur 50 tahun. Selama 50 tahun, perusahaan sudah berkecimpung di industri pariwisata dan memiliki peran kunci memajukan pariwisata Bali sejak era 1970-an.
Kemudian, yang tidak kalah penting, apa yang di hadapan mata. Nusa Dua sudah terbilang barang jadi. Tinggal pengelolaan yang baik, penataan organisasinya yang baik, saya rasa sudah berjalan dengan baik.
Mandalika, saya yakinkan, hampir sebagian orang tahu bahwa Mandalika hanya dikenal sirkuit saja. Termasuk saya sebelum bergabung.
Namun setelah masuk ITDC, Mandalika luasnya hampir 1.200 hektar. Tiga kali lebih dari Nusa Dua. Hal itu menggambarkan, ini pasti memiliki tantangan dan strategi khusus untuk penanganan KEK Mandalika.

Para pedagang kaus menunggu kedatangan para wisatawan di area Bundaran Sunggung atau Bundaran Selamat Datang di Mandalika, kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Minggu (10/4/2022) siang.
Kenapa penanganan khusus? Karena jangan lupa, untuk Nusa Dua, ITDC mendapatkan penugasan negara, murni. Kalau KEK Mandalika, kami bermitra dengan Sekretaris Jenderal Dewan Nasional KEK.
Sehingga, karena namanya mitra, yang kita kerjakan harus sejalan dengan grand design yang dirancang saat pemerintah mengamanahkan ITDC untuk pengelolaan dan pengembangan KEK Mandalika di 2014.
Tetapi, terlepas dari itu, menurut saya juga menarik, yang dilakukan saat ini. Mandalika mirip-mirip yang mungkin dijalankan dan dialami Bali Tourism Development Corporation (BTDC/sebelum jadi ITDC) di era 1970-an. Saat pertama kali awal masuk mengembangkan Nusa Dua.
Saya tidak pernah melihat dari perspektif negatif. Di sini susah, di sana tidak. Masing-masing punya tingkat strategi yang berbeda-beda. Bayangkan tahun 1970-an internet belum ada, informasi terbatas. Tetapi dengan pendekatan humanis yang baik, terbentuk kawasan yang baik. Nilai-nilai itu yang harus dibawa oleh Mandalika.

Ibu-ibu yang menjadi anggota Bank Sampah “Putri Nyale” menunggu untuk menyerahkan sampah yang mereka kumpulkan, Sabtu (26/3/2022). Program bank sampah di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika tidak hanya untuk mendorong kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, tetapi juga sumber ekonomi bagi mereka.
Apa strategi mengembangkan Mandalika?
Dulu, saya bertanya, mengapa menggelar MotoGP (Maret 2022) di tengah-tengah Covid-19. Tetapi saya mencari berbagai referensi dengan membaca media, menonton Youtube, dan melihat komentar-komentar beberapa pejabat.
Lalu saya simpulkan, ada banyak kesamaan. MotoGP saat itu untuk membuktikan pada dunia bahwa Indonesia sudah pulih. Jadi semangat itu di depan. (Mandalika) sebagai akselerator, mengakselerasi ekonomi.
Kalau tidak ada itu, saya tidak tahu, mungkin ekonomi tidak akan kembali begitu cepat. Saat MotoGP, ada dampak ekonomi hingga Rp 5 triliun lebih. Ada perputaran ekonomi dalam waktu yang tidak lama di tengah pandemi.
Sehingga, kalau tarik di ITDC, saya harus memahami ITDC mau dibawa ke mana. ITDC merupakan perusahaan negara, yang berbeda dengan swasta. Perusahaan negara ada tujuan negara, yakni menyejahterakan masyarakat.

Sejumlah wisatawan mancanegara berjalan kaki menyusuri kawasan Kuta Beach Park (KBP) di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kamis (28/7/2022). Mandalika kini menjadi magnet bagi pariwisata Lombok yang terus dikunjungi wisatawan, baik lokal, domestik, maupun mancanegara.
Untuk mencapai hal itu, harus dibuatkan metodologi. Bahwa perjalanan ITDC (Mandalika) harus mengacu pada tiga hal, yakni akselerator, mengkreasi nilai (value creation), dan melibatkan masyarakat (social involvement).
Seperti apa maksud akselerator, value creation, dan social involvement itu?
Sebagai akselerator, kami mencoba mengakselerasi perekonomian di tempat kami ditugaskan. Supaya ekonomi tempat kami berada itu tumbuh. Baik itu di Nusa Dua, Mandalika, dan juga Labuan Bajo.
Sementara value creator artinya mengkreasi nilai dari apa yang ada. Misalnya, kami mengembangkan kawasan seperti di Mandalika dengan membawa nilai keunikan, humanis, dengan tujuan menghadirkan kesejahteraan.
Ambil contoh, kami membuat Kuta Lane yang belum lama diresmikan oleh Pak Erick Thohir. Pertama, mungkin tempat ini tidak punya fungsi. Tetapi punya nilai besar, yakni menghubungkan area bazar Mandalika tempat UMKM berada dengan Pantai Kuta.

Seorang pedagang menggelar dagangan di depan Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika, Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Sabtu (26/3/2022).
Dalam perjalanannya, tempat ini tidak sekadar penghubung. Tetapi, ada nilai yang diciptakan, yakni land mark tersebut diisi nilai-nilai seni yang baik dan 100 persen produk lokal, mulai dari mural, desainer, dan kontraktor. Lalu nantinya, kami akan merancang agenda seperti pentas musik dan seni.
Sementara ketiga, adalah social involvement atau keterlibatan sosial (masyarakat). Mereka harus punya peran dalam membentuk ekosistem. Dengan demikian, kalau keterlibatan masyarakat bagus, kita bisa menciptakan tempat pariwisata yang memiliki nilai, value creation naik, dan otomatis akselerasi ekonomi tinggi sekali.
Tetapi kita harus pahami, itu tidak sebentar. Dampak dari Covid-19 itu tidak serta-merta setahun pulih. Buat kami, perusahaan pengembang memang membutuhkan waktu untuk penataan atau pembenahan kembali. Itu yang satu tahun terakhir kami lakukan.
Ketika bicara Mandalika sebagai akselerator, sekarang sudah sampai mana?
Pertama, yang perlu dipahami, ITDC dalam menjalankan tugas dan fungsi sebagai perusahaan pengembangan, di mana semua pekerjaan berkelanjutan.
Kedua, kita mengalami turbulensi ekonomi yang luar biasa setelah Covid-19 melanda. Kalau ibarat lari, mungkin dari 20 tahun silam sudah berlari. Tiba-tiba disuruh berhenti. Lalu mulai dari nol dan jalan lagi.

Sejumlah wisatawan terlihat di kawasan Taman Pantai Kuta Mandalika, Kuta, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Rabu (26/2/2020). KEK Mandalika menjadi salah satu dari lima destinasi superprioritas yang dikembangkan pemerintah saat ini. Pada 2021, di kawasan itu ditargetkan dilaksanakan ajang balap motor paling bergengsi di dunia, yakni MotoGP.
Saat ini adalah status di mana kita ingin lebih meyakinkan investor itu kembali. Setahun lalu, saat saya mulai bertugas, saya melihat di era 2018-2019 sebelum Covid-19, sudah banyak investor tertarik. Bahkan bukan cuma tertarik, tetapi sudah punya masterplan kecil-kecil. Tinggal jalan.
Namun karena Covid-19, berdampak. Tugas saya berusaha meyakinkan mereka. Alhamdulillah, memang belum sesuai dengan target yang diharapkan. Tetapi pascapandemi, investor mulai datang.
Misalnya dalam waktu beberapa bulan, akan membuka shopping arcade (gedung komersial) pertama. Ada brand nasional dan multinasional. Artinya sudah ada tingkat kepercayaan.
Lalu kedua, kami sudah penjajakan dengan sebuah perusahaan untuk berinvestasi membangun pacuan kuda. Kita sama-sama mengkaji, karena saya tidak mau hanya seremoni membuka bisnis, tapi tidak berkelanjutan.

Pemandangan laut dari Bukit Seger di Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Senin (18/10/2021). Tempat ini selalu ramai saat digelar Festival Bau Nyale untuk menghormati Putri Mandalika.
Apa saja tantangan mengembangkan Mandalika?
Tantangannya, tidak semua orang mengetahui bahwa Mandalika itu bukan hanya sirkuit. Selain itu, tantangannya adalah modal.
Mandalika luasnya 1.200 hektar atau tiga kali lebih Nusa Dua. Lalu mengembangkan Nusa Dua yang luasnya sekitar 300 hektar perlu 50 tahun. Sehingga kalau hitung-hitungan matematik, mengembangkan Mandalika berarti perlu 150 tahun.
Tetapi saya tidak mau 150 tahun sehingga untuk percepatan, kalau mau dibilang strategi apa pun, strategi modal tidak bisa dikesampingkan.
Modal untuk apa? Untuk menjalankan peran sebagai akselerator. Kami menciptakan atraksi sehingga orang semakin mengenal Mandalika atau branding Mandalika. Tentu untuk menciptakan branding, kalau kawasan sebesar Mandalika, butuh modal yang besar.

Band Jamrud menghibur penonton seusai Kejuaraan Dunia Superbike di Sirkuit Mandalika, Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Minggu (5/3/2023) malam.
Modal itu juga untuk penyelesaian infrastruktur dasar yang berkelanjutan. Kan belum selesai. Kalau jalan, baru selesai 37 kilometer. Mungkin (akan dibangun hingga) 100 km. Juga infrastruktur dasar lain, utilitas, air bersih, dan lainnya. Sehingga modal tidak sedikit buat Mandalika. Tetapi, itu ada tahapan perlahan-lahan.
Permodalan ini melalui skema macam-macam. Aksi korporasi, mengundang investor untuk membangun, juga permodalan dari utang. Namanya berbisnis, kita coba membagi pola-pola bisnis yang sekiranya cocok.
Sudah sampai mana keterlibatan masyarakat di kawasan Mandalika?
Seyogianya dengan mandat sebagai perusahaan milik negara, maka kami harus hadir di tengah masyarakat demi kesejahteraan mereka. Itu pemahaman yang kami harus pegang. Tidak hanya sebatas di Mandalika. Termasuk di Nusa Dua yang sudah 50 tahun.
Bicara soal keberlanjutan, maka agar tidak terjadi pariwisata ramai sekian tahun kemudian sepi, maka tidak ada pilihan. Tidak ada opsi selain melibatkan masyarakat. Kehadiran kami benar-benar ditunggu supaya mereka mendapatkan dampak signifikan dalam peningkatan kualitas hidup mereka.

Johan Perdana, warga Lombok Tengah yang menjadi resepsionis di Pullman Lombok Merujani Mandalika Beach Resort, memberikan informasi kepada salah seorang tamu hotel tersebut pada Sabtu (5/8/2023). Saat ini, sebanyak 91 persen dari sekitar 200 karyawan di Pullman Lombok merupakan warga lokal.
Di KEK Mandalika, ada 350 karyawan. Dari jumlah itu, dihitung masih kurang untuk mengurus 1.200 hektar. Belum seberapa kalau seluruh investasi berjalan. Artinya, bisa terus bertambah.
Selain itu, masyarakat lokal juga turut bekerja di hotel di kawasan Mandalika. Hotel Pullman Lombok Mandalika Beach Resort misalnya, sebanyak 91 persen dari sekitar 200 karyawannya adalah masyarakat lokal. Itu sangat tinggi karena biasanya di hotel jaringan internasional, penyerapan tenaga lokal 20 persen syaratnya.
Tetapi tidak bisa sekadar menciptakan kesempatan kerja buat mereka. Kalau mereka hanya sejahtera, belum memenuhi apa yang mereka cita-citakan untuk menyejahterakan keluarga. Jadi kami memolakan nafkah mereka untuk pendidikan, makan, dan kesehatan.
Kami terus melakukan penelitian kecil-kecilan dari tim operasional. Ternyata masyarakat perlu dibantu mengatasi masalah tengkes (stunting), lalu program-program muncul walau belum masif, tetapi sudah mulai dari hal kecil.

Pengunjung menikmati suasana malam di area Kuta Lane, sebuah land mark baru di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Sabtu (12/8/2023). Ke depan, area ini akan diisi dengan berbagai kegiatan pertunjukan musik dan seni, termasuk melibatkan UMKM.
Tetapi tidak hanya berhenti pada mengatasi tengkes. Ke depan selayaknya investasi sudah tumbuh, kami mempersiapkan pemberdayaan SDM. Hal itu dijalankan melalui kerja sama dengan perguruan tinggi di NTB.
Bagaimana mempersiapkan SDM masyarakat agar benar-benar siap mengikuti perkembangan di Mandalika?
Selain internal sendiri, ITDC punya tanggung jawab meningkatkan kualitas masyarakat. Oleh karena itu, kami tidak henti-henti melakukan pelatihan. Misalnya terkait hospitality. Di gelombang pertama, kami sudah mendatangkan kurang lebih 100 orang. Kemudian tahap kedua lebih dari 200 orang.
Tetapi apakah itu akan cukup? Tentu tidak. Selain mengadakan program pelatihan yang berkelanjutan, kami juga meminta kolaborasi dengan perguruan tinggi yang memang punya pengalaman terkait hal itu.
Sehingga, kalau bicara bagaimana menjadi perusahaan pengembangan pariwisata yang berkelanjutan, tidak ada pilihan. Hulu ke hilir harus dikerjakan.

Pengunjung menikmati suasana malam di area Kuta Lane, sebuah land mark baru di Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika, Sabtu (12/8/2023). Kuta Lane yang diresmikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir beberapa waktu lalu itu menjadi penghubung antara Bazar Mandalika dan Pantai Kuta.
Jadi, bukan semata-mata mengerjakan event dan sukses, tidak. Fondasi sumber daya manusia harus dipastikan, infrastruktur harus dikerjakan, dan investor harus masuk.
Sebagai BUMN, bagaimana ITDC berkolaborasi dengan BUMN lainnya?
Kolaborasi tidak hanya di tingkat investor, tetapi juga di tingkat masyarakat. Lalu berikutnya, kolaborasi di tingkat BUMN dan kelembagaan lainnya.
Dalam pembangunan Mandalika, banyak sekali berkolaborasi dengan BUMN lain. Mereka juga memiliki pemahaman dasar yang sama di mana mereka harus hadir untuk menyejahterakan masyarakat.
Contohnya pembangunan infrastruktur berkolaborasi dengan perusahaan karya. Termasuk juga pengusaha lokal. Lalu ada pelibatan lembaga lain, misalnya Bank Indonesia dan Kementerian Ekonomi dalam pemberdayaan UMKM di Bazar Mandalika.
Lalu, seperti yang saya sampaikan di awal, KEK bermitra dengan Sekdenas yang bertugas menaungi seluruh KEK.

Pengunjung berfoto di depan garasi milik pebalap Tim Monster Energy Yamaha saat mengikuti kegiatan Mandalika Track Walk di Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika di Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Jumat (5/8/2022).
Bagaimana menarik kembali investor datang ke Mandalika pascapandemi?
Kalau kita nunggu ekonomi balik, akan lama. Apalagi investasi yang menjadi fokus adalah pada kebutuhan dasar seperti komoditas, agro, minyak, dan gas. Pariwisata antara ya dan tidak orang mau berinvestasi.
Oleh karena itu, saya pikir, kalau saya cuma jualan lapak, meyakinkan sebatas ngomong, akan sulit. Maka seperti yang sebutkan sebelumnya, value creation. Saya tidak bosan-bosan mengajak untuk membuat event, kolaborasi, cari sponsor, dan lainnya.
Alhamdulillah, tidak secepat itu. Sejujurnya, masih jauh dari target. Tetapi perlahan-lahan, sudah mulai tertata. Event mulai berdatangan.
Kemudian yang tidak kalah penting adalah pemanfaatan sirkuit. Sirkuit, alhamdulillah, sampai akhir tahun, mulai padat. Sudah mulai diisi dengan kegiatan internasional dan nasional di luar agenda Motogp dan WSBK.
Pengelolaan sirkuit juga sudah kami serahkan ke anak usaha, yakni Mandalika Grand Prix Association. Hal itu karena kami ITDC, harus kembali ke kittah sebagai perusahaan pengembang. Kami hanya membangun dan membuat sirkuit, pengelolaannya oleh MGPA.
Selain itu, pascapandemi, banyak yang harus dikaji ulang mengenai kerja sama dengan investor. Dulu, mungkin kita begitu mantap dengan sistem sewa saja. Tetapi kemudian, muncul pertanyaan, mungkin tidak menggunakan sistem kerja sama?
Singkatnya, kami siapkan tanahnya, investor bangun di atasnya. Lalu keuntungannya dari revenue sharing. Berapa uang yang masuk, kita langsung bagi. Apabila dia merasakan dampak dan bisnisnya bagus, saya minta mereka membeli kembali share kami (buy back) setelah tiga tahun revenue sharing berjalan. Sudah ada investor yang akan menggunakan sistem ini.
Tetapi itu hanya opsi, tidak semua pukul rata dengan sistem kerja sama. Tergantung zonasi juga. Sistem sewa juga masih digunakan.

Rombongan wisatawan asal Padang, Nusa Tenggara Barat, berfoto di Kawasan Pantai Kuta Mandalika, Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Kamis (24/3/2022).
Tadi disebutkan, salah satu investor yang akan masuk adalah perusahaan pacuan kuda. Mengapa kuda?
Juli 2023, kami sudah tanda tangan nota kesepahaman dengan sebuah perusahaan yang akan mengembangkan pacuan kuda. Mengapa pacuan kuda? Karena ia punya ekosistem sendiri yang belum pernah kita lihat.
Perusahaan ini sudah mengadakan pacuan kuda di Manado dan Bantul. Ada seratus kuda sekali event. Bedanya dengan MotoGP yang motornya datang saat penyelenggaraan dan dibawa kembali setelahnya, kuda tidak. Hewan akan tinggal di sini.
Artinya, saat ditinggal di sini, kuda-kuda yang harganya bisa mencapai Rp 3 miliar per ekor itu perlu pengasuh. Bisa dua sampai tiga orang.
Sehingga, kalau ekosistemnya jalan, masyarakat dapat pekerjaan. Kalau ada 100 ekor kuda, bisa membuka lapangan pekerjaan bagi 200 orang. Belum lagi pengajar, klinik, penyedia pakan, dan lainnya.

Penonton melewati gerai usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) seusai menyaksikan Kejuaraan Dunia Superbike di Sirkuit Internasional Jalan Raya Pertamina Mandalika, Kuta, Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, Minggu (21/11/2021). Gelaran balap dunia di Sirkuit Mandalika turut menggairahkan sektor pariwisata dan ekonomi di Nusa Tenggara Barat.
Apa rencana ke depan untuk Mandalika?
Saya rasa, hasil dari G20 adalah Pemerintah Indonesia telah berhasil menunjukkan Indonesia tidak bisa diremehkan negara lain. Kita misalnya, termasuk negara lima besar yang pemulihan ekonominya tercepat pascapandemi.
Saya mau melanjutkan itu. Jangan sampai, kita hanya jago kandang. Apalagi punya fasilitas kelas internasional. Sekarang mungkin kita punya sirkuit, tetapi ke depan kita punya arena pacuan kuda.
Masyarakat internasional harus mengetahui hal itu. Sehingga dalam memasarkan branding (Mandalika) ini, kita harus go global. Mungkin bisa mulai dari tingkat Asia Tenggara, Asia, dan seterusnya sehingga ekosistem kita akan semakin bertambah.
Ekosistem itu mulai dari balapan motor, lalu nanti mobil, terus nanti pacuan kuda, pehobi dan lainnya. Jika semakin tumbuh, kita semakin mendapatkan faedah dari wisatawan mancanegara dan juga investor.