Ketahanan nasional turut ditentukan oleh kesehatan usaha mikro, kecil, dan menengah yang menjadi saka guru ekonomi dan sosial.
Oleh
AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
·3 menit baca
KOMPAS/AMBROSIUS HARTO MANUMOYOSO
Suasana transaksi di salah satu stan Surabaya Great Expo sekaligus memeriahkan peringatan HUT ke-78 RI di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (19/8/2023). Pameran untuk mendorong pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang diyakini menguatkan ketahanan nasional.
SURABAYA, KOMPAS — Menyerap 97 persen tenaga kerja dan menyumbang 67 persen produk domestik bruto, usaha mikro, kecil, dan menengah atau UMKM turut menentukan kondusivitas situasi sosial bahkan ketahanan nasional Indonesia.
Demikian diutarakan Sekretaris Jenderal Dewan Ketahanan Nasional (Wantannas) Laksamana Madya Dadi Hartanto dalam seminar nasional UMKM Kuat Mendukung Ketahanan Nasional dalam rangkaian Surabaya Great Expo yang berakhir pada Minggu (20/8/2023) di Grand City Convention and Exhibition, Jawa Timur.
”UMKM terbukti tangguh dalam krisis, termasuk saat pandemi Covid-19,” kata Dadi. UMKM menyediakan lapangan kerja dan peluang wirausaha bagi generasi muda dan jutaan warga negara Indonesia.
Dadi melanjutkan, teknologi informasi terutama media sosial telah merevolusi cara beroperasi dan persaingan bisnis termasuk UMKM. Pemasaran produk tidak terbatas pada pasar lokal, tetapi menjangkau seluruh penjuru dunia. Di media sosial, UMKM dapat memperlihatkan seluruh potensi dan keunggulan produk dan jasa kepada dunia, tanpa henti, sepanjang hari, dan tidak memerlukan toko.
Pengunjung hendak membeli cendera mata di Surabaya Great Expo sekaligus memeriahkan peringatan HUT ke-78 RI di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (19/8/2023). Pameran untuk mendorong pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang diyakini menguatkan ketahanan nasional.
Pembantu Deputi Urusan Pertahanan dan Keamanan Wantannas Laksamana Pertama Nevy Dwi menambahkan, ketahanan bergantung pada sumber daya manusia unggul yang terdidik, sehat, dan berpekerjaan. Untuk pekerjaan, dibutuhkan situasi ideal di mana seseorang bekerja sesuai kompetensi pendidikan sehingga berpenghasilan untuk meningkatkan harapan hidup.
”Terdidik, sehat, tetapi menganggur itu akan menjadi problem sosial yang bisa memengaruhi ketahanan,” kata Nevy. Sampai dengan akhir 2022, ada 143,7 juta orang Indonesia usia kerja yang berusia minimal 15 tahun.
Namun, 82 persen pekerja berasal dari kelompok warga tidak sekolah atau lulusan SD-SLTA dengan keterampilan dan kompetensi rendah. Pekerja seperti ini biasanya berupah rendah sehingga sulit keluar dari jebakan penghasilan menengah atau rentan jatuh miskin. Mereka akan sulit meningkatkan harapan hidup.
Di sisi lain, UMKM memperlihatkan potensi yang luar biasa ketika telah masuk dalam pemasaran digital. Pada 2018, aktivitas perdagangan elektronik (e-commerce) mencakup 93,4 juta pengguna yang pada 2027 akan melesat menjadi 244,6 juta pengguna atau dua kali lipat lebih.
Pada 2018, aktivitas perdagangan elektronik ( e-commerce) mencakup 93,4 juta pengguna yang pada 2027 akan melesat menjadi 244,6 juta pengguna.
Nevy mengingatkan, revolusi e-commerce berjalan dengan cepat. Rata-rata UMKM berada di tahap awal, yakni digitalisasi atau tahap kedua, yakni transisi ke perdagangan melalui media sosial. UMKM belum banyak yang berada di tahap ketiga, yakni live commerce. Justru pihak yang mengoptimalkan ini adalah aplikasi luar, yakni Tiktok dan Shopee.
”Belum sampai di tahap ketiga, sudah akan hadir AI commerce (perdagangan dengan kecerdasan buatan). Ini perlu menjadi perhatian,” katanya.
Stan kerajinan di Surabaya Great Expo sekaligus memeriahkan peringatan HUT ke-78 RI di Surabaya, Jawa Timur, Sabtu (19/8/2023). Pameran untuk mendorong pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang diyakini menguatkan ketahanan nasional.
Menurut Asisten Perekonomian dan Pembangunan Kota Surabaya Agun Imam Sonhaji, UMKM memang berperan penting dalam mendukung perekonomian ibu kota Jatim itu. Untuk meningkatkan gairah UMKM termasuk bagi aparatur sipil negara (ASN), telah dikembangkan aplikasi e-Peken. Di sini, ASN wajib berbelanja produk dari UMKM dengan perputaran uang minimal Rp 30 miliar per bulan.
”Kami juga mengadakan program padat karya dengan sasaran keluarga miskin untuk perubahan taraf hidup menjadi lebih baik,” kata Sonhaji. Melalui program itu, keluarga miskin dilatih berusaha, misalnya menjahit, cuci kendaraan, membuat paving, hingga manajemen. Mereka juga didorong untuk membuka saluran pemasaran secara digital, misalnya melalui e-Peken atau aplikasi lainnya.
”Untuk produk padat karya yang bisa dimanfaatkan dalam program fisik akan dibeli oleh pemerintah, misalnya paving, konblok, bata,” ujar Sonhaji.