Generasi Milenial Banjarmasin Dituntut Bijak Bermedia Sosial
Indeks literasi digital masyarakat Indonesia masih berada pada kategori sedang sehingga perlu terus ditingkatkan, terutama pada generasi milenial.
Oleh
JUMARTO YULIANUS
·4 menit baca
BANJARMASIN, KOMPAS — Indeks literasi digital masyarakat Indonesia masih berada pada kategori sedang sehingga perlu terus ditingkatkan. Untuk itu, Kementerian Komunikasi dan Informatika bersama Konferensi Waligereja Indonesia menggelar kegiatan literasi digital dalam rangka mengajak generasi milenial untuk cerdas dan bijak dalam bermedia sosial.
Kegiatan bertajuk Literasi Digital bersama Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di Keuskupan Banjarmasin dengan tema ”Cerdas dan Bijak dalam Bermedia Sosial” itu digelar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Minggu (20/8/2023).
Direktur Jenderal Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Semuel Abrijani Pangerapan lewat tayangan video menyampaikan, teknologi digital semakin berkembang pesat dan menciptakan kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Oleh karena itu, literasi digital menjadi kemampuan dasar yang wajib dimiliki agar kita semua dapat memanfaatkan teknologi digital secara efektif dan efisien.
”Literasi digital sangat krusial agar kita memiliki pengetahuan tentang teknologi digital untuk melindungi diri kita dari berbagai ancaman dunia digital, serta memberi kemampuan kepada kita untuk mengakses informasi dan memanfaatkan informasi itu untuk berbagai kepentingan dengan baik dan benar,” katanya.
Menurut Semuel, skor indeks literasi digital nasional tahun 2022 adalah 3,54 dari skala 1-5. Skor ini naik 0,05 poin dari 3,49 pada 2021. Meskipun skornya naik, indeks literasi digital nasional masih berada pada kategori sedang.
”Indeks literasi digital perlu terus ditingkatkan. Sudah menjadi tugas kita bersama untuk bisa membekali diri sendiri dan orang-orang di sekitar kita dengan kemampuan literasi digital,” ujarnya.
Semuel mengatakan, kegiatan literasi digital bertujuan untuk meningkatkan kemampuan literasi digital nasional dengan berfokus pada empat pilar, yaitu kecakapan digital (digital skills), etika digital (digital ethics), keamanan digital (digital safety), dan budaya digital (digital culture).
”Kami berharap kegiatan ini dapat menjangkau masyarakat Indonesia di berbagai pelosok negeri tanpa terkecuali. Karena dalam prinsip transformasi digital tidak boleh ada yang ditinggalkan,” katanya.
Uskup Banjarmasin Mgr Petrus Boddeng Timang mengatakan, teknologi digital adalah hasil penemuan akal budi manusia. Bisa dikatakan, teknologi digital ini adalah ciptaan dan pemberian Tuhan sendiri melalui kemampuan manusia yang berakal budi.
”Penemuan akal budi manusia ini harus disikapi dan dimanfaatkan secara benar, baik, dan cerdas. Bagaimana kita memanfaatkan penemuan baru ini untuk menyampaikan kebaikan dan kebenaran secara cerdas dan bermartabat kepada orang lain,” katanya.
Sekretaris Komisi Kerasulan Awam (Kerawam) KWI Romo Hans Jeharut menuturkan, kegiatan literasi digital adalah rangkaian program kerja sama KWI dengan Kominfo untuk menjadikan masyarakat cerdas dan bijak dalam bermedia sosial. Kegiatannya pada tahun ini dilaksanakan di 10 kota, termasuk Banjarmasin.
Hanya dengan kecerdasan digital yang cukup, maka berbagai potensi ancaman penyalahgunaan teknologi dapat dicegah. (Richardus Eko Indrajit)
Di KWI, program ini adalah kerja sama lintas komisi, yakni melibatkan Komisi Komunikasi Sosial, Komisi Kerawam, dan Komisi Kepemudaan. Komisi Kerawam dan Komisi Kepemudaan terlibat karena data demografi Indonesia menunjukkan bahwa 56 persen penduduk Indonesia adalah generasi Z atau milenial.
”KWI mengajak kita untuk ikut terlibat dalam perkembangan teknologi. Dalam sejarah Gereja Katolik, tiga paus terakhir sama-sama mengajak kita untuk memberi perhatian serius dalam media sosial dan media komunikasi,” katanya.
Etika digital
Koordinator Program Studi Teknologi Informasi Universitas Lambung Mangkurat Yuslena Sari mengatakan, budaya digital memiliki dampak positif maupun negatif. Untuk itu, para pengguna teknologi digital harus memperhatikan etika digital. ”Semua orang harus saling menghormati di dunia maya,” katanya.
Co-founder dan Direktur Operasional PrimaKu Stanislaus Tendelilin mengatakan, pemanfaatan media sosial di masa kini sudah menjadi semacam keharusan. Untuk itu, media sosial perlu dimanfaatkan secara positif, antara lain untuk peningkatan kualitas diri, peningkatan pengetahuan, pengembangan bisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), serta mendukung gerakan sosial.
Menurut Rektor Universitas Pradita Richardus Eko Indrajit, teknologi digital dan media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia, terutama dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara sosial.
Kehadiran teknologi ini di satu pihak memberikan kontribusi positif, tetapi di pihak lain menghadirkan ancaman penyalahgunaan yang dapat memecah belah bangsa. Maka, dibutuhkan algoritma kebangsaan untuk dapat melawan berbagai strategi dan teknik musuh negara dalam menjalankan misi memecah belah masyarakat Indonesia.
”Masyarakat Indonesia membutuhkan tingkat literasi digital yang relatif tinggi untuk dapat menerapkan algoritma kebangsaan. Hanya dengan kecerdasan digital yang cukup, berbagai potensi ancaman penyalahgunaan teknologi dapat dicegah,” kata Eko.