Untung Berlipat dari Infrastruktur Berfungsi Ganda
Di Jabar, infrastruktur dibuat berfungsi ganda. Harapannya, bisa memberikan hasil berlipat untuk warganya.
Sejumlah infrastruktur dibuat di Jawa Barat dengan beragam fungsi yang diharapkan bisa memberikan banyak pilihan sejahtera untuk orang-orang di sekitarnya.
Menara Kujang Sapasang berdiri megah di salah satu sudut Waduk Jatigede, Sumedang, Jawa Barat, Minggu (13/8/2023). Bangunan ini rampung setelah dibangun sejak tahun 2021 di Desa Jemah, Kecamatan Jatigede, Sumedang, itu. Minggu siang, Gubernur Jabar sekaligus arsitek Menara Kujang Sapasang, Ridwan Kamil, meresmikan bangunan itu.
Bangunan setinggi 99 meter itu terinspirasi dari kujang, senjata tradisional tatar Sunda. Terdiri dari dua kujang tinggi dan dua kujang pendek, kehadirannya ibarat sepasang suami-istri dan dua anak yang melambangkan keharmonisan di Jabar.
Menara itu tidak sendiri. Sekitar 250 meter dari Menara, Masjid Al-Kamil berdiri kokoh. Tempat ibadah itu menandakan kehidupan yang seimbang antara tiga filosofi, yakni agama, budaya, dan teknologi.
Dalam kesempatan itu, Emil, sapaan Ridwan Kamil, tidak sendirian. Ada ribuan orang hadir di bawah monumen setinggi 99 meter itu. Waduk Jatigede membentang di belakangnya. Airnya seperti berwarna keemasan diterpa cahaya matahari menjelang senja.
Baca juga: Kualitas SDM Jabar Belum Sebanding dengan Kemajuan Infrastruktur
Pasangan suami istri Yaya (37) dan Ajeng (30) menjadi bagian dari kemeriahan itu. Mereka datang dari Ujungberung, Kota Bandung, yang berjarak sekitar 73 kilometer dari Jatigede.
”Tadinya hendak pulang ke kampung halaman di Talaga, Majalengka, sekitar 50 kilometer dari sini. Karena ada keramaian, kami mampir dulu di sini,” katanya.
Ke depan, Yaya berharap Jatigede dengan segala kemegahannya bisa bermanfaat bagi warga di sekitarnya. Tidak hanya menjadi sumber pengairan, tetapi juga menarik banyak wisatawan datang berkunjung ke Sumedang.
”Harapannya bisa memberikan kebahagiaan sekaligus banyak lapangan pekerjaan bagi warga Sumedang,” katanya.
Pengorbanan warga
Harapan itu juga diapungkan Kasji (70) dan Acha (63). Bukan datang berwisata, mereka menyambung hidup dengan berjualan kelapa muda. Kedua warga lansia ini berharap bisa meraup rupiah dari keramaian di Tugu Kujang.
”Kami baru berjualan di sini sejak tiga minggu lalu. Sehari paling banyak dapat sekitar Rp 100.000,” katanya.
Kasji mengatakan, sebetulnya dirinya tidak berpengalaman berdagang. Sebelumnya dia adalah petani pemilik 2 hektar sawah di Kampung Cadasngampar, Kecamatan Jatigede.
Dengan itu, ia bisa menabung dan menyekolahkan anaknya ke perguruan tinggi. Kini, tanah miliknya sudah lenyap sejak digenangi air Waduk Jatigede tahun 2015.
Pertengahan 2015, sebanyak 11.469 rumah tangga dari 28 desa dan 5 kecamatan harus merelakan lahan pencarian hingga tempat tinggalnya ditenggelamkan untuk Waduk Jatigede. Waduk itu disebut bisa mengairi 130.000 hektar sawah di pantai utara Jabar.
Dalam sambutannya, Emil mengatakan, dirinya belum lupa dengan pengorbanan banyak warga Jatigede itu. Semangat itu, kata Emil, menjadi salah satu pendorongnya untuk membuat Menara Kujang Sapasang.
Dia menyebut, kerelaan warga yang tergusur karena pembangunan waduk ini tidak boleh disia-siakan. Selain mencukupi kebutuhan pengairan, pariwisata di sekitar waduk bisa dikembangkan untuk memutar roda perekonomian warga.
Emil berharap, destinasi baru ini mampu mendongkrak kunjungan turis mencapai 70 juta orang setiap tahun di Jabar. Bila wisatawan menghabiskan Rp 500.000-Rp 1 juta, ada uang berputar Rp 35 triliun-Rp 70 triliun dari pariwisata.
”Kalau sudah menciptakan karya infrastruktur, fungsinya harus lebih luas, bisa ekologis, sosial, ekonomi, hingga pariwisata,” ujarnya.
Kurang lebih lima tahun terakhir di Jabar banyak dibangun revitalisasi infrastruktur dengan ragam multifungsi. Beberapa di antaranya pembangunan pusat kebudayaan di Tasikmalaya, revitalisasi alun-alun di Garut dan Tasikmalaya, pemecah ombak di Pangandaran untuk mendongkrak pilihan berwisata, hingga revitalisasi situ dan waduk.
Keberadaan Situ Wangi di Kecamatan Kawali, Ciamis, misalnya, kini punya peran penting, yaitu mencegah banjir dan kekeringan. ”Setelah revitalisasi tahun 2021 dengan biaya Rp 15 miliar, situ ini memiliki volume air 114.000 meter kubik. Selain air bersih warga, air juga mengaliri 108 hektar sawah di enam kampung,” kata Iyus Yusman, petugas pintu air Situ Wangi.
Akan tetapi, fungsinya tidak hanya itu. Berjarak sekitar 30 Km dari pusat kota Ciamis, kawasan itu juga mendapat manfaat dari kedatangan sedikitnya 500 wisatawan per minggu.
Di sana ada trek joging yang dibuat mengelilingi situ. Di sekitarnya berdiri 20 gazebo. Di dalam bangunan kayu itu, warga bercerita, menikmati kopi dari warung setempat, atau sekadar berbaring.
Udara sejuk dari hutan di daerah dengan ketinggian sekitar 540 meter di atas permukaan laut itu turut memanjakan pengunjung. Pengunjung juga dapat naik ke menara pandang bertingkat lima jika ingin melihat situ secara luas.
Bagi pengunjung yang ingin tinggal lebih lama, warga membuka warung hingga penginapan. ”Dulu, sebelum revitalisasi, paling saya dapat Rp 200.000 kalau akhir pekan. Sekarang bisa Rp 700.000 sampai Rp 1 juta. Malahan, sehabis Lebaran bisa Rp 1,5 juta” ucap Epon Mulyani (36), pemilik salah satu warung di Situ Wangi.
Keunggulan ini pun menjadikan realisasi investasi di Jabar selalu tertinggi di Indonesia dan meningkat setiap tahun.
Penarik investasi
Selain menarik wisatawan, Emil berharap, infrastruktur multifungsi juga bisa menarik minat investor. Dia percaya diri. Emil mengklaim proses perizinan di Jabar kini sudah lebih sederhana. Dia mencontohkan, dari hanya 8.000 di tahun 2018 menjadi lebih dari 25.000 tahun 2022.
Selanjutnya, ia yakin investor tertarik ke Jabar karena produktivitas dan kompetensi kerja warganya yang terus konsisten. ”Kami juga didukung kemudahan mobilitas dengan pembangunan sembilan ruas jalan tol yang sedang berjalan,” katanya.
Keunggulan ini pun menjadikan realisasi investasi di Jabar selalu tertinggi di Indonesia dan meningkat setiap tahun. Tahun 2018, misalnya, tercatat investasi ke Jabar mencapai Rp 116,96 triliun.
Baca juga :Ridwan Kamil, Menjawab Tantangan Menuju Adil dan Sejahtera
Setahun kemudian, jumlahnya naik Rp 137,49 triliun. Sempat turun akibat pandemi Covid-19 tahun 2020 sebesar Rp 120,43 triliun, jumlahya naik lagi setahun kemudian menjadi Rp 136,13 triliun. Jumlah tersebut meningkat tahun 2022 dengan Rp 174,6 triliun.
Tahun 2023, realisasi investasi diperkirakan berjalan lancar. Jumlahnya sudah menyentuh Rp 103,6 triliun atau separuh lebih dari target investasi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jabar sebesar Rp 188 triliun.
Kepala DPMPTSP Jabar Nining Yuliastiani menyatakan, berbagai upaya sudah disiapkan untuk mencapai target investasi itu. Dia mencontohkan promosi lewat West Java Investment Summit (WJIS) pada 9 Agustus 2023. Acara ini digelar Pemprov Jabar bersama Bank Indonesia Jabar.
Pada WJIS 2023, proyek-proyek yang akan ditawarkan merupakan proyek yang telah memenuhi persyaratan, yakni 10 proyek dengan total nilai investasi lebih dari Rp 70 triliun.
Sepuluh proyek yang ditawarkan itu, antara lain, Special Economic Zone of Lido Bogor, Electric Motorcycle Industry for Electric Vehicles, dan industri roda pesawat di kawasan Metropolitan Rebana.
Deputy Gubernur Bank Indonesia Yuda Agung mengatakan, dalam penyelenggaraan sebelumnya, WJIS sudah terbukti berhasil dalam menggaet investasi untuk masuk ke Jabar. Provinsi Jabar selalu menjadi lokasi favorit investasi dan menjadi juara dalam investasi setiap tahun.
”Ke depan, kami akan terus mendorong perbankan membiayai proyek yang ditawarkan dalam WJIS, khususnya industri berkelanjutan,” ujar Yuda.
Salah satu contoh kesepakatan yang sudah muncul setelah WJIS adalah proyek panel surya raksasa di Waduk Cirata Purwakarta. Di kawasan yang sebelumnya dikenal sebagai pembangkit listrik tenaga air hingga budidaya ikan itu akan dibuat pembangkit listrik tenaga surya terapung pertama dan terbesar di ASEAN berkapasitas 145 megawatt.
Proyek itu dikerjakan PT Pembangkitan Jawa Bali, anak usaha PLN, bersama Masdar, pengembang listrik dari energi terbarukan yang berbasis di Abu Dhabi. Nilai kerja sama proyek itu sebesar 129 juta dollar AS atau setara Rp 1,7 triliun.
Besar harapan semua pihak Menara Kujang Sapasang dan beragam infrastruktur anyar lainnya bisa memberikan efek ganda berkelanjutan. Idealnya, semuanya bisa terus memberi banyak manfaat berlipat bagi warga Jabar di kemudian hari.
Lihat juga : Tiga Calon Penjabat Gubernur Jabar Pengganti Ridwan Kamil