Kabut Asap, Kalbar Meminta Bantuan BNPB untuk Modifikasi Cuaca
Pemprov Kalbar meminta bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk melakukan modifikasi cuaca. Sebab, kebakaran lahan gambut di provinsi itu belum terkendali.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Kebakaran lahan gambut di Kalimantan Barat hingga Rabu (16/8/2023) belum terkendali. Akibatnya, kualitas udara di Kota Pontianak dan Kabupaten Kubu Raya belum membaik akibat kabut asap. Pemerintah Provinsi Kalbar pun meminta bantuan Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk melakukan modifikasi cuaca.
Pantauan Kompas, Rabu (16/8/2023), kebakaran lahan belum bisa dikendalikan di Kabupaten Kubu Raya. Tim gabungan pada Rabu pagi hingga sore berjibaku memadamkan kebakaran pada salah satu lahan gambut di Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya.
Kebakaran lahan gambut tersebut menimbulkan kabut asap di Kabupaten Kubu Raya. Kabut asap disertai abu bahkan sampai ke Kota Pontianak, ibu kota Kalbar, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Kubu Raya.
Akibatnya, kualitas udara di Kabupaten Kubu Raya berdasarkan aplikasi Info BMKG menunjukkan sangat tidak sehat pada Rabu (16/8) pukul 08.00 dan tidak sehat pada pukul 14.00. Demikian juga kualitas udara di Kota Pontianak berdasarkan aplikasi Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Net berada pada kategori sangat tidak sehat pada Rabu pukul 15.00.
Upaya pemadaman kebakaran lahan gambut di Kabupaten Kubu Raya terus dilakukan oleh tim gabungan di darat ataupun melalui udara. Ketua Satuan Tugas (Satgas) Informasi Bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalbar Daniel, saat ditemui di salah satu lokasi kebakaran lahan gambut di Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Rabu (16/8/) sore, menuturkan, luas lahan yang terbakar pada salah satu lokasi di Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, diperkirakan mencapai ratusan hektar.
”Kebakaran di lokasi tersebut tidak bisa sepenuhnya dipadamkan hari ini (Rabu),” kata Daniel di lokasi kebakaran.
Kebakaran pada salah satu lahan gambut di Kecamatan Sungai Raya tersebut sudah memasuki hari ketujuh. Lahan gambut terbakar kian meluas seiring tiupan angin. Yang menjadi kesulitan saat ini sumber air yang mulai terbatas. Demikian juga ketika dilakukan pemadaman melalui udara (water boombing) menggunakan helikopter, sumber air jauh.
”Durasi menuju sumber air yang jauh, sementara angin di lokasi lahan yang terbakar terus bertiup sehingga api terus meluas,” ujarnya lagi.
Daniel menuturkan lebih lanjut, Gubernur Kalbar sudah mengirim surat kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pada Rabu (16/8) meminta bantuan agar di Kalbar dilakukan teknologi motifikasi cuaca (TMC). Diharapkan dengan TMC dapat mengurangi kabut asap yang kini melanda Kota Pontianak, ibu kota Kalbar, dan Kabupaten Kubu Raya.
Kebakaran di lokasi tersebut tidak bisa sepenuhnya dipadamkan hari ini.
Berdasarkan data dari BPBD Provinsi Kalbar, pantauan terakhir pada Selasa (15/8) pukul 00.00 hingga pukul 23.00, di Kalabr terdapat 1.618 titik panas. Titik panas tersebut tersebar di 13 Kabupaten/Kota.
Benus (40), warga yang tinggal di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, menuturkan, asap sudah masuk ke rumah. Bau asap yang menyengat juga tercium hingga ke dalam rumah, terutama pada sore dan malam hari.
Untuk menghalau asap di dalam rumah, ia dan keluarga menyalakan kipas angin sepanjang hari. Ia dan keluarga saat keluar rumah sudah menggunakan masker akibat kabut asap. Ia berharap jika TMC nantinya dilakukan bisa mengurangi asap.
Senada dengan hal itu, Rudiyanto (36), warga yang tinggal di Kecamatan Sungai Kakap, Kabupaten Kubu Raya, menuturkan, kabut asap sudah sangat mengganggu. Ia khawatir kabut asap sewaktu-waktu berdampak pada kesehatan anaknya.
Kabut asap sudah masuk ke dalan rumah. Bahkan, setiap pagi di teras rumah tampak abu dari kebakaran lahan. Rudiyanto berharap kabut asap segera diatasi sehingga tidak mengganggu aktivitas warga.