Udara Sangat Tidak Sehat, Siswa TK hingga SMP di Pontianak Belajar Daring
Kebakaran lahan gambut di sejumlah daerah di Kalbar belum bisa dikendalikan. Para siswa TK, SD, dan SMP di Pontianak diminta belajar daring karena adanya polusi udara akibat kabut asap dari kebakaran lahan.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·4 menit baca
PONTIANAK, KOMPAS — Kebakaran lahan gambut di sejumlah daerah di Kalimantan Barat belum bisa dikendalikan. Kondisi itu menimbulkan kabut asap yang membuat kualitas udara di Kota Pontianak, Kalbar, masuk kategori sangat tidak sehat. Untuk mengantisipasi dampak buruk polusi udara itu, para siswa TK, SD, dan SMP di Pontianak diminta belajar secara daring mulai Rabu (16/8/2023).
Hingga Selasa (15/8/2023) kabut asap pekat masih menyelimuti Pontianak yang merupakan ibu kota Kalbar. Kabut asap itu berasal dari kebakaran lahan di wilayah lain karena sampai saat ini tidak ada kebakaran lahan di Pontianak.
Keberadaan kabut asap itu membuat kualitas udara di Pontianak masuk kategori sangat tidak sehat selama beberapa hari terakhir. Berdasarkan aplikasi Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU) Net, pada Selasa pagi kualitas udara di Pontianak masuk kategori sangat tidak sehat.
Hingga Selasa pukul 14.00 kualitas udara di kota tersebut masih tergolong sangat tidak sehat dengan angka konsentrasi partikulat PM 2,5 mencapai 271 mikrogram per meter kubik. Kualitas udara seperti itu dapat meningkatkan risiko kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono menyatakan, selama tiga hari terakhir kualitas udara di kota itu masuk kategori sangat tidak sehat, terutama pada sore dan malam hari. Oleh karena itu, mulai Rabu (16/8/2023), para siswa TK, SD, dan SMP di kota itu diminta belajar secara daring dari rumah. Proses belajar secara daring dilakukan sampai ada pemberitahuan selanjutnya.
Hal itu untuk mengurangi dampak buruk polusi udara pada para pelajar. ”Kami mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai kondisi udara saat ini dengan memakai masker, kemudian mengurangi aktivitas di luar rumah,” ujarnya.
Edi menambahkan, hingga sekarang tidak ada lahan yang terbakar di Pontianak. Oleh karena itu, kabut asap yang ada di kota tersebut berasal dari kebakaran lahan di daerah lain. ”Karena terbawa angin sehingga Kota Pontianak terkena imbasnya,” ujarnya.
Berdasarkan pantauan Kompas selama beberapa hari terakhir, bau menyengat akibat kabut asap pekat masih terasa di Pontianak. Kabut asap itu juga membuat mata perih. Pada sore dan malam hari biasanya kabut asap bertambah pekat disertai abu. Oleh karena itu, banyak warga menggunakan masker, terutama saat keluar rumah.
Kualitas udara dengan kategori sangat tidak sehat juga melanda Kabupaten Kubu Raya yang berbatasan langsung dengan Pontianak. Berdasarkan data di aplikasi Info BMKG, pada Selasa pukul 06.00 kualitas udara di Kubu Raya sangat tidak sehat dengan angka konsentrasi partikulat PM 2,5 mencapai 201,8 mikrogram per meter kubik.
Sementara itu, pada Selasa pukul 07.00, kualitas udara di Kabupaten Mempawah sempat menyentuh level berbahaya dengan angka konsentrasi partikulat PM 2,5 mencapai 267,5 mikrogram per meter kubik.
Kami mengimbau kepada masyarakat untuk mewaspadai kondisi udara saat ini dengan memakai masker.
Kebakaran lahan gambut juga terus terjadi di Kubu Raya. Berdasarkan pantauan Kompas pada Senin siang, kebakaran terjadi di beberapa lokasi di daerah Kecamatan Sungai Raya, Kubu Raya.
Bahkan, kebakaran lahan gambut di Kubu Raya mulai mendekati permukiman warga. Tim gabungan pemadam dari berbagai instansi terjun ke sejumlah lokasi untuk memadamkan api.
Salah satu anggota tim Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kalbar, Edi Susanto, menuturkan, kendala yang dihadapi timnya saat berupaya memadamkan kebakaran lahan adalah banyaknya sumber air yang sudah mengering.
”Di berbagai tempat yang kami kunjungi kendalanya air. Kalaupun ada sumber air, jaraknya jauh dari lokasi kebakaran. Prioritas pemadaman dilakukan di lokasi yang dekat dengan permukiman warga,” tuturnya.
Ketua Satuan Tugas (Satgas) Informasi Bencana BPBD Provinsi Kalbar Daniel menuturkan, pada Selasa pemadaman juga dilakukan melalui udara atau water bombing. Pemadaman kebakaran lahan melalui udara dilakukan di Desa Mekar Sari, Kecamatan Sungai Raya, Kubu Raya.
Sementara itu, patroli udara dilakukan di sejumlah wilayah, misalnya Kubu Raya, Pontianak, Kabupaten Mempawah, Kota Singkawang, Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, dan Kabupaten Landak. Berdasarkan data BPBD Kalbar pada Senin (14/8/2023) pukul 00.00 hingga 23.00, di Kalbar terdapat 1.174 titik panas.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Bandara Supadio Pontianak, Fitri Doyo, menuturkan, selama beberapa hari ke depan cuaca di Kalbar masih dominan berawan.
Meski begitu, hujan berpotensi terjadi di sebagian wilayah Kabupaten Sambas, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Kapuas Hulu, dan Kabupaten Sintang. Di daerah-daerah tersebut berpotensi terjadi hujan ringan.
”Sementara itu, terkait potensi kebakaran lahan, sebagian besar wilayah di Kalbar berada pada kategori mudah hingga sangat mudah terbakar,” ujarnya.