Wabah rabies masih menjadi persoalan di Indonesia, termasuk di Bali. Pemerintah dan masyarakat Australia mendukung dan membantu penanganan rabies dengan menghibahkan 400.000 dosis vaksin rabies ke Indonesia.
Oleh
COKORDA YUDISTIRA M PUTRA
·4 menit baca
DENPASAR, KOMPAS — Pemerintah dan masyarakat Australia menghibahkan 400.000 dosis vaksin rabies untuk mendukung dan membantu percepatan pengendalian wabah rabies pada hewan penular rabies, terutama anjing, di Bali dan Nusa Tenggara Timur. Hibah vaksin rabies dari Australia itu menguatkan ketersediaan vaksin rabies, khususnya di Bali.
Penyerahterimaan vaksin rabies hibah dari Australia itu dilangsungkan di Gedung Wiswa Sabha kompleks Kantor Gubernur Bali, Kota Denpasar, Selasa (15/8/2023). Secara simbolis, vaksin rabies hibah Australia itu diserahkan Kepala Konsulat Jenderal Australia di Bali, Anthea Griffin, kepada Direktur Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nuryani Zainuddin. Nuryani kemudian menyerahkan jatah 200.000 dosis vaksin rabies untuk Bali kepada Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati.
Konsul Jenderal Anthea mengatakan, pemerintah dan masyarakat Australia berkomitmen mendukung upaya eliminasi rabies di Indonesia. Australia juga mengapresiasi upaya pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan dalam menangani rabies di Indonesia, terutama penanganan rabies di Bali dan di Nusa Tenggara Timur, yang sedang berjalan.
”Upaya mobilisasi dan respons pemerintah di Indonesia sudah cepat,” kata Anthea dalam acara serah terima vaksin rabies dari Australia ke Indonesia, Selasa (15/8/2023).
Anthea menambahkan, rabies sebagai penyakit zoonosis, yang masih menjadi wabah di sejumlah provinsi di Indonesia, menjadi isu penting dan jatuhnya korban meninggal di Indonesia akibat terinfeksi rabies menjadi keprihatinan bagi masyarakat dan Pemerintah Australia. Anthea mengungkapkan, dalam kondisi keprihatinan atas kasus rabies itu, terdapat rasa lega karena upaya penanganan rabies di Indonesia menunjukkan hasil positif, yang ditandai penurunan jumlah kasus rabies di Indonesia.
”Kami merasa senang mendukung pencegahan wabah rabies dengan mendistribusikan 400.000 dosis vaksin atas nama Pemerintah Australia,” kata Anthea. Dalam kesempatan itu, Anthea menyerahkan piagam apresiasi Konjen Australia kepada Gubernur Bali dan Penjabat Bupati Buleleng atas kontribusi kepala daerah dalam mengendalikan rabies di daerah.
Anthea juga menyatakan, Pemerintah Australia akan melanjutkan dukungannya terhadap upaya pengendalian rabies di Bali dengan kembali menyediakan vaksin rabies pada tahun depan. Dukungan Australia itu dinyatakan sebagai bentuk kemitraan, yang kuat, dan hubungan baik, yang berlangsung lama, antara Indonesia dan Australia.
Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian Nuryani mengatakan, Indonesia tetap berkomitmen menjalankan strategi global dalam menanggulangi penyakit zoonosis atau penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia, khususnya rabies. Secara nasional, menurut Nuryani, Indonesia sudah memiliki rencana aksi dalam One Health Roadmap Eliminasi Rabies Nasional 2030 dan menjalankannya sebagai strategi Indonesia mencapai bebas rabies secara global pada 2030.
Menurut Nuryani, rabies masih menjadi permasalahan kesehatan di Indonesia sampai saat ini. Rabies menjadi ancaman bagi kesehatan manusia karena kasus fatal akibat infeksi rabies mencapai 100 persen. Adapun hewan penular rabies, yang mendominasi penularan rabies terhadap manusia, adalah anjing. Penanganan rabies terhadap anjing menjadi langkah strategis dalam pengendalian rabies.
Dari laman resmi Kementerian Kesehatan disebutkan, 95 persen kasus rabies pada manusia disebabkan gigitan anjing terinfeksi rabies. Hingga April 2023 sudah terjadi 31.113 kasus gigitan hewan penular rabies dan terjadi 11 kasus kematian akibat infeksi rabies. Disebutkan pula terdapat 26 provinsi di Indonesia yang menjadi endemis rabies dan 11 provinsi yang masih bebas rabies.
Lebih lanjut Nuryani menyebutkan, meskipun Bali masih endemis rabies dan kasus rabies masih terjadi, jumlah kasus rabies di Bali sudah mengalami penurunan. Penurunan kasus rabies di Bali tidak lepas dari upaya bersama pemerintah dalam mengendalikan dan menangani penularan rabies pada hewan.
”Pemda Bali mengalokasikan anggaran pengadaan 480.000 dosis vaksin rabies dalam APBD. Ini menunjukkan perhatian dan fokus pemerintah daerah dalam mengendalikan rabies,” kata Nuryani.
Dalam kesempatan itu, Wakil Gubernur Bali Tjok Oka Sukawati menyampaikan apresiasi Pemprov Bali terhadap Pemerintah Australia dan pemerintah pusat terkait upaya bersama mengendalikan dan menangani rabies di Bali. Tjok Oka Sukawati mengungkapkan, sebelum 2008, Bali adalah daerah bebas rabies. Bali menjadi berstatus rabies sejak kasus rabies pertama ditemukan di kawasan Badung tahun 2008.
”Tahun 2009, rabies sudah menyebar ke seluruh kabupaten dan kota di Bali,” ujarnya.
Hingga sekarang, menurut Tjok Oka Sukawati, Bali masih berupaya menangani rabies. Upaya Bali itu diperhatikan dan didukung berbagai pihak. Berbagai strategi penanganan rabies dijalankan secara berkelanjutan di Bali, mulai dari upaya komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE); vaksinasi; pengawasan lalu lintas hewan penular rabies; upaya kontrol populasi hewan penular rabies; sampai eliminasi.
”Hewan penular rabies utama, yang dikenal, adalah anjing sehingga banyak pihak kemudian menyalahkan anjing,” kata Tjok Oka Sukawati. ”Hal ini harus dapat diluruskan bahwa anjing juga merupakan korban rabies, sedangkan biang rabies sebenarnya adalah virus rabies.”
Oleh karena itu, Tjok Oka Sukawati menyatakan dukungan berupa hibah vaksin rabies dari Australia yang diharapkan mampu mempercepat pengendalian penularan rabies pada hewan penular rabies. Program vaksinasi hewan penular rabies di Bali sudah menjangkau sekitar 70 persen populasi hewan tersebut.
Hal ini harus dapat diluruskan bahwa anjing juga merupakan korban rabies, sedangkan biang rabies sebenarnya adalah virus rabies.
Pencapaian vaksinasi rabies di Bali sehingga mampu menjangkau 70 persen populasi hewan itu, menurut Tjok Oka Sukawati, tidak lepas dari peran Tim Siaga Rabies (Tisira) yang sudah dibentuk sampai di tingkat desa. Tjok Oka Sukawati menambahkan, pengentasan rabies di Bali juga memerlukan dukungan masyarakat, terutama pemilik hewan, agar menjaga dan memastikan kesehatan hewan peliharaannya.