9 Hari Hilang, Nelayan Cilacap Ditemukan Meninggal
Dua nelayan Cilacap yang tenggelam ditemukan meninggal. Mereka diketahui tidak mengenakan rompi pelampung.
Oleh
WILIBRORDUS MEGANDIKA WICAKSONO
·3 menit baca
CILACAP, KOMPAS — Dua nelayan yang tenggelam akibat kapalnya diterjang ombak besar di perairan Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, ditemukan meninggal. Korban pertama adalah Saring (40) ditemukan pada hari keempat. Sementara korban kedua bernama Turiman (50) yang ditemukan dan dievakuasi pada hari kesembilan atau Senin (14/8/2023) petang. Keduanya diketahui tidak mengenakan jaket/rompi pelampung.
Basarnas Kantor SAR Cilacap menerima informasi dari Lapas Nusakambangan terkait adanya temuan jenazah di Pantai Muara Bacak, Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, Senin pagi. Setelah berkoordinasi dengan unsur terkait di wilayah Kampung Laut, Tim SAR gabungan mengevakuasi jenazah pada Senin lalu dibawa menuju Dermaga Sodong dan uji forensik di RSUD Cilacap.
”Setelah dilakukan uji forensik oleh petugas berwenang, jenazah tersebut teridentifikasi atas nama Turiman (50) atau korban yang dinyatakan hilang sejak Sabtu (5/8/2023) akibat perahu Restu Ibu terhantam ombak di perairan Nusakambangan,” kata Kepala Kantor SAR Cilacap Adah Sudarsa seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Selasa (15/8/2023) pagi.
Seperti diketahui, Sabtu (5/8/2023) hingga Minggu (6/8/2023) dini hari, kapal nelayan Restu Ibu mencari ikan di perairan Nusakambangan. Naas, kapal diterjang ombak besar sehingga kapal terhantam karang dan 2 nelayan terjatuh ke laut dan tenggelam terbawa arus. Keduanya diketahui tidak membawa jaket pelampung.
Korban atas nama Saring merupakan warga Kebonjati, Cilacap Selatan. Ia ditemukan tewas pada hari keempat pukul 12.30 dalam posisi mengapung di permukaan air, sekitar 9 mil laut ke arah barat lokasi kejadian. Operasi SAR pada hari ketujuh sempat ditutup karena korban kedua tidak kunjung ditemukan.
Sebelumnya, Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HSNI) Kabupaten Cilacap Sarjono menyampaikan, masih ada ribuan nelayan tradisional di Cilacap yang cenderung mengabaikan keselamatan diri saat melaut. Hal itu ditandai dengan tidak dibawa apalagi dipakainya jaket pelampung serta minim kesadaran untuk mengikutsertakan dirinya ke BPJS Ketenagakerjaan (Kompas.id, 26/7/2023).
Masih ada ribuan nelayan tradisional di Cilacap yang cenderung mengabaikan keselamatan diri saat melaut.
Sarjono menyampaikan, di Cilacap ada sekitar 30.000 nelayan. Sebanyak 20.000 nelayan di antaranya anggota HNSI Cilacap. Nelayan tradisional atau mereka yang melaut menggunakan perahu ukuran di bawah 10 gros ton ada sekitar 5.000 nelayan.
Menurut Sarjono, pihaknya sudah sering melakukan sosialisasi dan memberi arahan supaya para nelayan mengikuti BPJS Ketenagakerjaan serta membawa dan memakai jaket pelampungsaat melaut. Namun, hal itu sering diabaikan.
”Arahan sudah berkali-kali, sosialisasi melaut harus pakai life jaket untuk perlindungan, safety diri sendiri saja kadang-kadang tidak dihiraukan,” katanya ribet, padahal itu penting. Sekalipun tidak bisa renang, kalau kecemplung laut itu kan pasti terapung-apung. Kalau tidak ada perlindungan, kecemplung laut itu tidak dapat apa-apa, sudah kayak ayam meninggal dibuang begitu saja, udah,” ujarnya.
Kepala Satuan Polisi Air Polresta Cilacap Ajun Komisaris Huda Syafi’i menyampaikan, pihaknya juga sudah sering mengingatkan para nelayan untuk memakai rompi pelampung serta bekerja sama dengan sejumlah instansi terkait untuk membagikanpelampung itu secara gratis per tiga bulan atau enam bulan. Pihaknya juga membuat spanduk imbauan supaya nelayan memakai alat keselamatan diri.
”Kami juga membuat banner imbauan untuk pakai life jacket dengan kata-kata yang unik, misalnya ditelan ombak tidak seindah ditelan cinta. Kami juga mengingatkan bahwa keluarga menunggu di rumah. Kalau pakai life jacket saat angin kencang malah hangat, bukannya ribet,” katanya.