Ditutup dengan Parade, Festival Bunga Tomohon Diharapkan Sejahterakan Petani dan Pulihkan Pariwisata
Rangkaian Festival Bunga Internasional Tomohon di Sulawesi Utara ditutup dengan gelaran parade kendaraan hias, Sabtu (12/8/2023). Festival itu diharapkan dapat menyejahterakan pelaku industri bunga lokal.
Oleh
KRISTIAN OKA PRASETYADI
·4 menit baca
TOMOHON, KOMPAS — Rangkaian Festival Bunga Internasional Tomohon atau TIFF di Tomohon, Sulawesi Utara, ditutup dengan gelaran parade kendaraan hias pada Sabtu (12/8/2023). Festival tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan pelaku industri bunga di Tomohon serta membangkitkan kembali sektor pariwisata nasional.
Sebanyak 27 kendaraan hias atau float yang dihias dengan bermacam bunga, khususnya krisan (chrysanthemum), berparade di jalur sepanjang 7,8 kilometer di Jalan Raya Manado-Tomohon. Kendaraan-kendaraan tersebut merupakan milik pemerintah kabupaten/kota serta instansi pemerintahan lainnya, badan usaha milik negara, serta perwakilan negara-negara tetangga.
Parade itu dimulai sekitar pukul 11.00 hingga pukul 14.00 Wita. Cuaca di Tomohon sepanjang pelaksanaan cenderung teduh. Ribuan warga pun penuh antusiasme memadati tepi jalan raya utama di Tomohon itu sejak dua jam sebelum barisan float, yang diselingi oleh penampil tari, musik, dan peraga busana, mulai berjalan.
Sementara itu, para undangan kehormatan duduk di panggung utama yang terletak di bawah kompleks Menara Alfa Omega bersama Gubernur Sulut Olly Dondokambey dan Wali Kota Tomohon Caroll Senduk. Tamu-tamu kehormatan ini, antara lain, Ketua DPR Puan Maharani serta perwakilan dari kedutaan besar dari 42 negara sahabat.
Dalam sambutannya, Caroll mengatakan, TIFF adalah sebuah gelaran yang melibatkan seluruh potensi masyarakat Kota Tomohon, khususnya dalam gelaran parade turnamen bunga. Ia menyebut seluruh bunga yang digunakan, 300.000-400.000 tangkai banyaknya, adalah hasil dari 20-an kelompok tani bunga Tomohon.
Para dekorator yang menghias float, lebih kurang 60 orang, juga adalah warga kota yang sudah berpengalaman menjadi dekorator dalam TIFF yang sudah lalu. ”Acara ini secara langsung menggerakkan perekonomian masyarakat dengan terserapnya hasil pertanian bunga dan tenaga kerja,” kata Caroll.
Di samping itu, ada efek pengganda (multiplier effect) ke sektor akomodasi dan makan minum, yakni hotel, restoran, kafe, serta biro perjalanan wisata. Saat ini di Tomohon ada sekitar 300 kamar hotel serta cukup banyak penginapan atau homestay.
”Kami berharap, Tomohon International Flower Festival 2023 akan memberikan manfaat besar bagi seluruh komponen masyarakat kota, baik sebelum maupun setelah penyelenggaraan,” kata Caroll.
Sementara itu, Olly Dondokambey mengapresiasi kesediaan para duta besar untuk memenuhi undangannya. Ia juga menyampaikan terima kasih secara khusus kepada Puan Maharani yang berkenan hadir langsung di sela-sela kesibukannya.
Olly bahkan menyebut kehadiran Puan sebagai pengulangan sejarah. ”Di tahun 1957, kakek Ibu Puan (Presiden Soekarno) datang ke Tomohon. Tahun 2016 Ibu Puan datang sendiri ke sini, dan 2023 ini, Ibu Puan datang lagi. Semoga dukungan masyarakat Tomohon buat Ibu Puan ke depan semakin hangat,” katanya.
Menanggapi ini, Puan dalam sambutannya menyebut Tomohon sebagai hidden gem (permata tersembunyi) Indonesia yang potensinya masih sangat besar untuk diperkenalkan kepada wisatawan domestik ataupun mancanegara. Sebab, hanya daerah-daerah tertentu yang keindahan alamnya sudah dikenal dunia.
”Tomohon yang dikenal sebagai kota bunga memiliki alam yang sangat bagus dengan kekayaan sumber air, karena terletak di kaki Gunung Lokon dan Mahawu. Kemudian ada juga Gunung Tampusu,” katanya.
Agar Tomohon makin dikenal sebagai tujuan pariwisata internasional, kata Puan, acara besar seperti TIFF harus dilanjutkan. Dampaknya juga akan dirasakan secara sosial oleh masyarakat Tomohon karena TIFF bukan sekadar pameran bunga, melainkan juga refleksi dari keberagaman, keindahan, dan kekayaan alam Indonesia.
”Kota Tomohon harus selalu berbenah diri dalam membangkitkan potensi pariwisata serta dalam menyambut wisatawan mancanegara dan domestik. Ekosistem dan fasilitas pariwisata serta penunjangnya harus terus dijaga, ditingkatkan, dan diperkuat,” ujar Puan.
Di era perubahan iklim, kita butuh bunga sebagai bagian dari keanekaragaman hayati.
Di sisi lain, Duta Besar Republik Seychelles untuk Indonesia Nico Barito mengatakan, negara-negara sahabat Indonesia dapat mengambil pelajaran dari Tomohon yang sudah berhasil mengembangkan pariwisata dan florikultura secara bersamaan. Lebih dari itu, bunga dapat menjadi pengingat bagi manusia untuk menjaga alam.
”Di era perubahan iklim, kita butuh bunga sebagai bagian dari keanekaragaman hayati. Tanpanya, tidak ada kehidupan di bumi, karena kita bicara tentang penyerapan karbon dan keanekaragaman. Bunga bisa hidup tanpa manusia, tetapi manusia tidak bisa hidup tanpa bunga,” katanya.
Barito kemudian mengundang para duta besar untuk menjadi orangtua angkat petani-petani lokal di Tomohon dengan perwakilan Seychelles sebagai fasilitator. Para duta besar kemudian dapat menanam jenis bunga apa pun yang mereka inginkan di sepetak lahan yang telah disiapkan di Tomohon. ”Melalui bunga, kita ingin mengekspresikan cinta dan perdamaian,” ujarnya.
Sebelumnya, ketika hadir dalam pembukaan TIFF, Selasa (8/8/2023), Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno menyebut bunga sebagai kekuatan (strong point) Tomohon dalam mengembangkan pariwisata. Karena keunikan itu pula TIFF dimasukkan dalam daftar 110 Karisma Event Nusantara.
”Karisma Event Nusantara sudah menetapkan TIFF sebagai event berkelas nasional dan siap go international sehingga TIFF 2023 kita harapkan menjadi lokomotif event Nusantara,” kata Sandiaga.
Kehadiran acara-acara seperti TIFF pun ia yakini dapat membantu pencapaian penciptaan 4,4 juta lapangan kerja di bidang pariwisata hingga 2024. Karisma Event Nusantara juga ia sebut dapat membantu pencapaian target 1,4 miliar perjalanan wisatawan domestik dan 8,5 juta wisatawan asing.