Tiga Pekan Penyelidikan, Anggota Kopasgat TNI AU Mengakui Tikam Yosua hingga Tewas
Tiga pekan Polrestabes Medan dan POM Lanud Soewondo menyelidiki kasus tewasnya Yosua Samosir (38) di Medan. Pelaku, yakni Prajurit Satu AR, anggota Kopasgat TNI AU, akhirnya mengakui perbuatannya dan menyerahkan diri.
Oleh
NIKSON SINAGA
·3 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Hampir tiga pekan Kepolisian Resor Kota Besar Medan dan Polisi Militer Pangkalan Udara Soewondo menyelidiki kasus tewasnya Yosua Samosir (38), warga Medan, Sumatera Utara. Pelaku, yakni Prajurit Satu AR, anggota Komando Pasukan Gerak Cepat TNI AU, akhirnya mengakui perbuatannya dan menyerahkan diri. Ada perbedaan kronologi versi keluarga dan TNI AU.
”Pelaku penikaman Yosua Samosir yang menyebabkan meninggal dunia akhirnya menyerahkan diri ke Polisi Militer TNI AU Pangkalan Udara Soewondo Medan,” kata Kepala Seksi Intelijen Wing Komando III Komando Pasukan Gerak Cepat (Kopasgat) Mayor Dasril, Jumat (11/8/2023).
Dasril mengatakan, POM AU Lanud Soewondo langsung memeriksa dan menahan Pratu AR. Kasus itu pun mendapat atensi khusus dari pimpinan TNI, termasuk Pusat Polisi Militer TNI, agar dilakukan penegakan hukum sesuai prosedur yang berlaku bagi anggota TNI.
Menurut dia, peristiwa itu bermula saat Pratu AR mengendarai mobil di Jalan Adisucipto, Medan, yang berada di Kecamatan Medan Polonia, di dekat Lanud Soewondo, Minggu (23/7/2023) sekitar pukul 01.00. Ketika itu, ada sekelompok anak muda yang melakukan balap liar di Jalan Adisucipto. Salah satu sepeda motor yang ikut balap menyenggol mobil yang dikendarai Pratu AR.
Pratu AR mengejar pengendara sepeda motor yang menyenggolnya hingga akhirnya dihadang di pertigaan Kompleks CBD Polonia. Pratu AR turun dari mobil dan terlibat cekcok dengan pengendara sepeda motor. Melihat ada keributan, warga di sekitar lokasi, termasuk Yosua yang merupakan pemilik warung kopi, mengerumuni Pratu AR dan pengendara sepeda motor itu.
”Melihat kondisi yang mulai tidak kondusif, pelaku (Pratu AR) berusaha meninggalkan lokasi. Namun, beberapa orang berusaha ingin menghakiminya,” ujar Dasril.
Merasa terancam, Pratu AR mengambil senjata tajam dari dalam mobil. Dasril menambahkan, hal itu dilakukan agar massa tidak mendekat dan menyerang pelaku. Namun, sekelompok orang itu tetap mendekati pelaku.
Keterangan dari Kopasgat TNI AU itu ada perbedaan dengan keterangan yang disampaikan keluarga korban, yakni Berto Siagian.
Dasril menuturkan, ketika itu, Yosua menendang Pratu AR hingga terjungkal. Pratu AR bangkit lagi dan langsung mengayunkan pisau secara acak hingga mengenai leher belakang dan bahu sebelah kanan Yosua.
Korban sempat dibawa ke Rumah Sakit Umum Mitra Sejati. Akan tetapi, karena luka cukup serius, korban dirujuk ke RSUP H Adam Malik. Setelah beberapa menit di sana, Yosua dinyatakan meninggal pada Minggu (23/7/2023) pukul 01.30.
Keterangan dari Kopasgat TNI AU itu berbeda dengan keterangan yang disampaikan keluarga korban, yakni Berto Siagian. Berto menyebut, malam itu Yosua bersama beberapa temannya sedang duduk-duduk di depan warung kopi milik Yosua di Jalan Adisucipto sambil memanggang makanan.
Tiba-tiba, mereka melihat ada sebuah mobil menghadang dua sepeda motor. Pengendara mobil yang waktu itu belum diketahui identitasnya terlibat cekcok dengan empat orang yang mengendarai dua sepeda motor itu. Yosua dan teman-temannya lalu mendatangi pengendara mobil dan sepeda motor yang masih cekcok.
”Ketika kami mendekat, kami melihat ada seorang remaja yang wajahnya lebam di dalam mobil. Kami mengenal remaja itu,” ujar Berto.
Remaja yang dikenal Berto dengan nama Andreas itu meminta tolong agar dilepaskan. Tidak diketahui mengapa Andreas dimasukkan ke dalam mobil dan wajahnya lebam. Yosua dan temannya meminta sopir mobil yang diduga Pratu AR itu menurunkan Andreas. Namun, Pratu AR menolak melepaskan remaja itu. Sopir itu menyebut bahwa dia adalah tentara sambil menunjuk Mes Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional III.
Berto menyebut, pelaku lalu masuk ke dalam mobil dan mengambil sebuah pisau. Pratu AR lalu mengancam Yosua dan teman-temannya dan meminta untuk tidak maju. Namun, mereka tetap mendekat sambil terlibat cekcok.
Menurut Berto, mereka tidak ada menendang atau menyerang Pratu AR. Pratu AR langsung menikam Yosua di bagian leher. Tikaman mematikan itu membuat nyawa Yosua tidak terselamatkan.