Menerka-nerka Kans Sandiaga Jadi Cawapres dari Kunjungan ke Sulawesi Utara
Sandiaga Uno tak dapat menghindari pertanyaan tentang politik ketika bertandang ke Sulut pada Selasa-Rabu pekan ini. Ia datang sebagai Menparekraf, tetapi melekat pula padanya status sebagai bakal cawapres potensial.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno bertemu dengan Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey dalam kunjungan kerja ke Manado, Selasa (8/8/2023).
Sandiaga Salahuddin Uno tak dapat menghindari pertanyaan tentang politik ketika bertandang ke Sulawesi Utara pada Selasa-Rabu (8-9/8/2023). Ia datang sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk membuka Festival Bunga Internasional Tomohon, tetapi melekat pula padanya status sebagai bakal cawapres potensial.
Segera setelah mendarat di Bandara Sam Ratulangi, Manado, pada Selasa pagi, ia menemui Gubernur Sulut Olly Dondokambey di Kios Pelangi di daerah Mapanget untuk sarapan bersama. Ini tergolong tak biasa karena Olly, Bendahara Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), jarang menemui menteri atau wakil menteri yang berkunjung ke Sulut kecuali dari partainya sendiri.
Keduanya pun duduk berhadapan didampingi bawahan masing-masing. Sandiaga memilih tinutuan alias bubur manado sebagai menu smokol-nya dan itu pula yang ia jadikan bahan jawaban ketika ditanya wartawan kalau-kalau ada terselip bahasan tentang pencalonan dirinya sebagai cawapres bagi Ganjar Pranowo, capres yang diusung PDI-P.
”Pak Gubernur ini senior saya. Kebetulan saya ada darah Gorontalo. Dulu Gorontalo kan bagian dari Sulut, jadi mesti ’lapor’ dulu sama pimpinan kita di daerah. Jadi terima kasih, Pak, bubur manadonya enak sekali,” ujar Sandiaga.
Ketika ditanya lebih spesifik soal apa yang dilaporkan, Sandiaga menjawab lagi, ”Lapor kuliner doang. Karena kulinernya di sini keren banget, superenak.”
Sebaliknya, Olly juga memilih bersikap diplomatis. ”Kalau cawapres itu urusan DPP (dewan pengurus pusat), ya to? Tapi biasanya yang datang ke Sulut selalu sukses,” ujarnya sembari tersenyum lebar.
Sehabis sarapan, Sandiaga bertolak ke Desa Kalasey Dua, Kabupaten Minahasa, di dekat perbatasan dengan Manado. Di sana ia meninjau laju pembangunan kompleks Politeknik Pariwisata (Poltekpar) Manado yang telah dimulai sejak 2022.
Dalam sambutannya, Sandiaga menyatakan harapannya agar Poltekpar Manado dirancang dengan mengusung konsep green campus atau kampus hijau. Namun, Sandiaga agaknya menyadari bahwa membicarakan warna pun bisa jadi sensitif dan mengundang praduga yang tak sesuai dengan apa yang ia maksud. Ia pun langsung memberi klarifikasi.
”Tidak ada hubungannya dengan warna partai politik yang saya baru bergabung (Partai Persatuan Pembangunan/PPP). Green campus ini berkaitan dengan sustainable tourism (pariwisata berkelanjutan). Konsep itu harus didukung green site dan green building (situs dan bangunan hijau, penggunaan berkelanjutan, dan energi baru terbarukan,” ujarnya.
Dari sana, ia bertolak ke Tomohon, salah satunya untuk mengunjungi Kelurahan Kakaskasen Dua yang masuk nominasi 75 besar Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI). Sandiaga disambut begitu meriah dengan tari-tarian serta kelompok musik bambu. Warga mengerumuninya dengan penuh antusias. Tak ayal teriakan ”RI Dua!” pun terdengar.
Antusiasme masyarakat perlu kita apresiasi. Kontestasi demokrasi ini, kan lima tahun sekali. Sebaiknya kita upayakan agar menyejukkan hati, seperti tadi anggota masyarakat yang memberikan dukungan. (Sandiaga Salahuddin Uno)
Ketika dimintai tanggapan soal potensinya menjadi cawapres dalam sesi tanya jawab dengan wartawan, Sandiaga mengawali dengan kelakar, ”Tadi ada yang teriak-teriak. Mana tadi yang teriak-teriak ’RI Dua?’”
Ia kemudian melanjutkan secara lebih serius. ”Antusiasme masyarakat perlu kita apresiasi. Kontestasi demokrasi ini, kan lima tahun sekali. Sebaiknya kita upayakan agar menyejukkan hati, seperti tadi anggota masyarakat yang memberikan dukungan,” katanya.
Sandiaga juga menyinggung sedikit visinya. ”Akan kami sampaikan harapan-harapan masyarakat tersebut, untuk ekonomi yang lebih baik, biaya hidup yang semakin terjangkau, lapangan kerja yang semakin terbuka, sehingga harga-harga menjadi murah, kerja juga mudah. Yakin, kalau kita sama-sama bergandengan, kita akan sambut kemenangan.”
Pada sore hari, setelah membuka Festival Bunga Internasional Tomohon, Sandiaga ditanyai lagi soal elektabilitasnya sebagai cawapres. Ia pun menjawab dengan berkelakar. ”Bunga-bunga Tomohon membawa efek elektabilitas berbunga. Kelihatannya ’merah’ dan ’hijau’ harus saling bersinergi. Ekonomi hijau harus bersanding dengan semangat merah membara,” katanya mengacu pada warna hijau PPP dan merah PDI-P.
Keesokan harinya, Rabu, Sandiaga bertandang ke Minahasa Utara untuk meninjau Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Likupang yang pembangunannya jauh tertinggal meski sudah empat tahun ditetapkan sebagai destinasi pariwisata superprioritas. Di sana, ia menyatakan konsep pembangunan KEK Likupang diganti menjadi, lagi-lagi, pariwisata hijau serta biru yang mencakup aspek konservasi keanekargaman hayati di darat dan laut.
Kelakar warna-warni
Kelakar tentang warna-warna partai yang secara tersirat berkaitan dengan koalisi pun kembali mencuat. Dalam wawancara doorstop, ketika Bupati Minahasa Utara sekaligus kader PDI-P, Joune Ganda, ragu untuk menyebut ekonomi ”hijau” atau ”biru”, Sandiaga segera menimpali.
”Hijau itu penting, penting sekali. Hijau, biru, sama-sama penting, (tetapi) merah di atas. Lembayungnya merah,” ujarnya disambut tawa wartawan serta hadirin di sekitarnya.
Hingga Sandiaga bertolak kembali ke Jakarta, semuanya sekadar selentingan. Tak ada lobi-lobi politik intensif yang mengarah pada penetapannya sebagai calon bagi Ganjar Pranowo. Sandiaga hanya bertemu sekali dengan Olly selaku petinggi PDI-P, yakni pada Selasa pagi. Sisanya, ia menjalani rangkaian kunjungan kerja yang padat sebagai Menparekraf.
Sebelumnya, Ganjar secara resmi ditetapkan sebagai calon presiden yang diusung PDI-P pada April 2023. PPP menjadi partai pertama yang turut mendukungnya, di samping Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Langkah ini diikuti oleh Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) dan Partai Persatuan Indonesia (Perindo).
Pada pertengahan Juni 2023, Sandiaga yang adalah mantan kader Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) resmi bergabung ke PPP. Ia langsung diberi tugas sebagai ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bapilu) partai bergambar Kabah tersebut sekaligus diusulkan sebagai cawapres.
Kini, sudah ada tiga bakal capres, yaitu Ganjar, Prabowo Subianto yang diusung Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), serta Anies Baswedan yang diusung Partai Nasional Demokrat (Nasdem), Partai Keadlian Sejahtera (PKS), dan Partai Demokrat. Namun, tak satu pun dari mereka telah memiliki pendamping.
Soal calon yang unggul, di Sulut agaknya sudah cukup jelas. Sembilan dari 15 kabupaten/kota di provinsi ini dipimpin oleh kader-kader dari PDI-P. Kursi gubernur pun bahkan diduduki oleh elite partai.
Tak ayal, Ganjar Pranowo pun diunggulkan di ”Bumi Nyiur Melabai”. Iwan Moniaga, perwakilan Relawan Ganjar di Sulut, menilai kans Ganjar sangat kuat. Ia mengakui, Prabowo yang berdarah Minahasa juga punya kans besar untuk memenangkan suara penduduk Sulut, tetapi Ganjar ia sebut sebagai calon yang lebih baik.
”Kalau saya lihat beberapa lembaga survei, memang (persaingan) sangat mepet (antara Ganjar dan Prabowo). Tapi, Pak Ganjar adalah Indonesia, milik semua, bukan satu etnis saja. Kami mengampanyekan Pak Ganjar sebagai tokoh nasionalis, Bhinneka Tunggal Ika. Jadi, (menang) 50-60 persen bisalah,” ujar Iwan dalam gelar wicara di Manado, Kamis (10/8/2023).
Terkait usulan cawapres pendamping Ganjar, ia menilai Sandiaga sebagai sosok yang tepat. Sebab, Sandiaga terbukti mampu mendongkrak elektabilitas pasangannya, sebagaimana tampak dalam pencalonannya sebagai wakil gubernur DKI Jakarta bersama Anies serta dalam kontestasi Pilpres 2019.
”Relawan (Ganjar) menyambut baik track record (rekam jejak) Pak Sandi yang masih bersih. Beliau pengusaha yang punya jaringan kuat, kemudian yang punya lingkaran pertemanan di kalangan eksekutif. Ia juga sosok yang kreatif selama menjabat sebagai Menparekraf,” katanya.
Sementara itu, Sekretaris Dewan Pengurus Wilayah Sulut PPP Madzhabullah Ali mengakui kekuatan PDI-P di Sulut. Ia pun menyebut Sandiaga sebagai pendamping yang cocok bagi Ganjar, salah satunya karena Sandiaga adalah keturunan etnis Gorontalo.
Provinsi tersebut lepas dari Sulut pada 2001, tetapi masih banyak penduduk etnis Gorontalo yang tinggal di Sulut. ”Jadi, faktor itu yang bisa membuat kita menang. Di samping itu, Bolaang Mongondow Raya adalah lumbung suara bagi pemilih Muslim. Jadi, kami yakin bisa (menang) sampai 70 persen di Sulut kalau pasangannya begitu,” katanya.
Kendati demikian, baik Madzhabullah maupun Iwan hanyalah petugas partai di daerah. Mereka pun menunggu arahan dari dewan pengurus pusat masing-masing di Jakarta.
Namun, bukan tak mungkin sinyal-sinyal politik yang lebih kuat akan terlihat dalam waktu dekat. Apalagi, Puan Maharani, Ketua DPR RI sekaligus Ketua Bidang Politik dan Keamanan PDI-P, akan datang menghadiri hari penutupan Festival Bunga Internasional Tomohon pada Sabtu (12/8/2023). Setelah acara itu dibuka Sandiaga dengan beragam selentingan, mungkinkah Puan menutupnya dengan tanda-tanda kepastian?