Ledakan Cinta dari Jember Fashion Carnaval 2023
Jember Fashion Carnaval (JFC) 2023 ditutup dengan ledakan petasan warna-warni di langit Kabupaten Jember, Jawa Timur. Seolah menggambarkan ledakan cinta dan harapan agar karnaval berusia 20 tahun itu terus hidup.
Kembang api warna-warni meledak bergantian di langit Jember pada Sabtu (5/8/2023) malam, menjelang pukul 23.00 WIB. Semua mata tertuju padanya. Senyum tersungging di antara kilatan cahaya dan dentum ledakan.
Di antara mereka yang berbahagia malam itu, adalah Lili (50), seorang ibu asal Ambulu, Jember, yang saat itu sedang menunggui anaknya yang tengah berjalan mengikuti Jember Fashion Carnaval 2023. Sang anak, Devita (19), saat itu menjadi pemimpin defile Nusantara. Sebuah defile penutup dari rangkaian tema Timelapse: Journey to the Earth.
”Tahun ini dia menjadi pemimpin defile Nusantara. Setiap tahun ia selalu ikut, karena memang itu passion-nya. Saya sebagai orangtua mendukung saja,” kata Lili saat ditemui di sela-sela Grand Carnival JFC 2023, Sabtu (5/8/2023).
Baca juga: Merayakan Kreativitas di Jember Fashion Carnaval
Perempuan yang memiliki salon kecantikan tersebut mengatakan, semua baju yang dikenakan anaknya malam itu adalah buatan sendiri. ”Dia merancangnya sendiri, membuatnya sendiri, dan kini mengenakannya. Saya bangga dia menekuni apa yang dia suka,” kata Lili.
Setidaknya butuh waktu 2 bulan, hingga busana bertema Nusantara itu selesai dibuat oleh Devita. ”Dia tidak bilang busana itu temanya apa, tapi intinya tentang Nusantara. Anaknya membuat desain dari imajinasinya sendiri. Dia tidak mau kalau meniru, katanya tidak akan bagus,” kata Lili mengisahkan semangat anaknya dengan bangga.
Uang Rp 5 juta tabungan anaknya pun habis untuk membuat busana yang akan dipakai sekali itu. Tapi bagi mereka, hal itu tidak masalah. ”Nanti setelah acara ini, baju-baju buatan anak saya ini bisa disewakan. Sekali sewa bisa Rp 1 juta ke atas. Selama ini memang seperti itu. Yang sewa dari mana-mana,” kata sang ibu bersemangat.
Ia berharap, karnaval JFC akan terus digelar dan kian meriah setiap tahun. Dengan demikian, anaknya bisa meniti tangga cita-citanya menjadi desainer kelas dunia.
Baca juga: Huang Xi Qiu, Arek Jember yang Membangun RS Pasien Korona di Wuhan
Demikian secuil semangat menggebu dari peserta karnaval JFC 2023. Semangat, cinta, dan harapan lain juga tampak dari talen atau pengisi acara. Bubah Alfian, misalnya, sang make-up artis asal Jember, selalu menggebu-gebu menceritakan awal kariernya dari bukan siapa-siapa menjadi seperti sekarang ini dan semua bermula dari JFC.
”Saya lahir di Jember. Tahun 2006 saya belum siapa-siapa. Lalu, ada yang mengenalkan saya di JFC. Saya temukan jati diri saya di JFC dan saya bahagia dengan jati diri ini. Itu sebabnya, saya ajak kolega saya ke sini. Ada puluhan selebritas datang ke Jember tanpa dibayar sepeser pun. Mereka sukarela datang ke Jember. Kenapa saya ajak mereka ke sini? Ini karena saya ingin bisa berkontribusi pada Indonesia. Ada puluhan ribu anak-anak kreatif bisa dijadikan Bubah-Bubah lainnya. Bukan hanya costume maker, make-up, tapi juga entertainment,” kata Bubah dalam pidatonya sebelum acara.
Menurut Bubah, JFC ini adalah model pembelajaran tanpa kurikulum namun efektif. Masing-masing bisa belajar langsung dari seniornya, membangun jaringan, dan menjaga semangat untuk terus berani mengejar mimpi.
”JFC adalah pelopor karnaval nomor satu di Indonesia. Kita telah melahirkan ban-karnaval karnaval di kota lain. Untuk terus menaikkan dan menjaga pamor JFC, saya bawa mereka semua ke sini,” kata Bubah. Selebritas dan model diajak Bubah untuk meramaikan JFC di antaranya Whulandary Herman (Puteri Indonesia 2013), Yuki Kato, dan Prilly Latuconsina.
Baca juga: Mengembalikan Jember pada Jalur Kesejahteraan
Ajang JFC 2023 mengambil tema Perjalanan Bumi, ”Timelapse: Journey to the Earth. Setidaknya ada sepuluh tahap perjalanan Bumi yang divisualkan ke dalam bentuk busana dan kemudian diusung dalam defile karnaval.
Sepuluh tahap defile itu adalah Bigbang (sebuah ledakan besar, 13 miliar tahun silam yang mengakibatkan terbentuknya jutaan bintang termasuk keberadaan Bumi), Prehistoric, Empire, Religic, Invention, World War, Superstar, Upcycle, Metaverse, dan Nusantara.
Nusantara adalah penggambaran milestone besar, harapan akan zaman di mana perkembangan peradaban maju Bumi Pertiwi tercipta, dengan keelokan dan keagungan budaya Nusantara. Di sini, digambarkan kondisi Bumi mulai membaik berpadu padan dengan keragaman indonesia yang memesona.
Pada tahap itu digambarkan, Nusantara adalah perlambang zaman emas dari bangsa besar yang merdeka, berdikari, dan agung. Zaman ini dibuktikan dengan pembangunan ibu kota baru, di mana merupakan langkah nyata dimulainya masa depan. Ibu kota dengan tujuan dan visi besar, yang sedang dirintis saat ini, menuju masa depan makmur, maju, dan sejahtera.
Baca juga: Gagasan Seni Bergeser Menuju Basis Komunitas
Para peserta karnaval akan berjalan di catwalk sepanjang 3,6 kilometer (km) dan disebut sebagai catwalk terpanjang. Ada lebih dari 2.000 UMKM terlibat dan turut merasakan kemeriahan acara. MURI bahkan mencatatkan rekor bahwa JFC 2023 sebagai pergelaran dengan dukungan partisipasi terbanyak, yaitu 2.548 UMKM, serta disokong lampu terbanyak, yaitu 2.068 buah lampu sorot.
”Kita ini melanjutkan apa yang telah diimpikan founder JFC, Mas Dynand Fariz. saat banyak orang, bahkan orang-orang terdekatnya yang saat itu tak terlalu meyakini impiannya, tetapi beliau terus berusaha mewujudkannya. Karena harus diakui, sesuatu yang besar dan indah kadang tidak semua orang bisa melihatnya. Namun, tahun 2003, Mas Dunan telah memiliki dengan jelas di dalam benaknya tentang mimpi besar untuk Kota Jember. Menjadikan Jember kota fashion dan karnaval internasional,” kata Presiden JFC Budi ”Iwan” Setiawan.
Energi besar
Iwan, sapaan akrabnya, menyebut bahwa PR mereka saat ini adalah terus menjaga keberlangsungan JFC. ”Kita bukan bicara soal fashion atau artwear saja. Tapi malam ini kita bicara tentang melanjutkan energi yang begitu besar. Energi yang akan diberikan dan diturunkan kepada anak-anak muda di Jember. Energi besar untuk membuat karya bagi kota mereka, dan bagi negara tercinta Indonesia,” kata Iwan.
Ia berharap, meski pendiri JFC telah meninggal dunia, para penerusnya bisa terus melanjutkan semangat dan energi kreatifnya.
Baca juga: Sinar Mentari dari Banyuwangi
”JFC memang otentik lahir dari Jember. Tapi, JFC bukan hanya untuk Jember, melainkan menjadi kebanggaan dunia dan peradaban. Ini karena kegiatan ini lahir dari nilai-nilai budaya lokal. Hasil kreasi dan kolaborasi banyak pihak. Kerja bersama ini selaras dengan semangat proklamasi 78 tahun. Mari, kita lanjutkan terus ke depannya, agar Jember terus menjadi lebih baik,” kata Bupati Jember Hendy Siswanto.
Menurut Hendy, pergelaran busana tersebut tidak sekadar bicara tentang busana. Namun lebih jauh, ada nilai-nilai dan kampanye penyelamatan lingkungan yang turut digaungkan. Misalnya, bagaimana busana berusaha dibuat dari sampah atau bahan bekas dan semangat sejenis lainnya.
”Aksi selamatkan Bumi bisa dimulai dari Jember. Ribuan UMKM pun juga merasakan dampak dari acara ini. Semoga JFC dapat membangkitkan inspirasi dengan tidak meninggalkan kearifan budaya lokal,” kata Hendy.
Dalam pidatonya, Hendy juga menyelipkan ajakan bagi masyarakat untuk menyukseskan acara demokrasi terbesar di Tanah Air, yaitu Pemilihan Umum 2024.
Baca juga: Dunia dalam Cengkeraman Citayam
Dengan semangat kolaborasi itu, Pemkab Jember telah memberikan wadah bagi JFC untuk menggodok kreativitas mereka dalam kampung kreatif JFC. Ruang terbuka hijau (RTH) Arjasa milik kabupaten Jember kini dijadikan tempat workshop JFC.
Kita bukan bicara soal fashion atau artwear saja. Tapi malam ini kita bicara tentang melanjutkan energi yang begitu besar.
Begitulah, seluruh peserta maupun penonton JFC 2023 malam itu larut dalam sukacita dan cinta. Bahkan, istri Wakil Gubernur Jawa Timur Arumi Bachsin dan anak perempuannya, Keisha, turut menjadi peserta karnaval. Mereka mengenakan busana peri. Adapun Wagub Jatim Emil Dardak beserta anak lelakinya menonton dari tribune VVIP. Saat itu, bupati Jember dan istri juga turut berpartisipasi dengan mengenakan busana karnaval.
”Konsep karnaval kostum yang dipopulerkan JFC sudah mulai diikuti di daerah-daerah lain. Tantangannya bagaimana induknya ini akan semakin keren. Bagaimana selalu ada hal-hal baru dan lebih keren setiap tahun,” kata Emil.
Demikianlah, sejak pertama kali digelar tahun 2023, JFC terus bertahan dan makin bersinar setiap tahun. Bahkan, meski setelah pendirinya, Dynand Fariz, meninggal dunia pada tahun 2019.
Para penerusnya, masyarakat Jember, dan orang-orang kreatif akan selalu menggalang cinta dan kolaborasi untuk terus menggaungkan acara yang telah menggulirkan dampak ikutan pada banyak orang ini. JFC pernah mencatat, perputaran uang akibat acara internasional tersebut bisa mencapai Rp 5 miliar.
Baca juga: Karnaval dan Parade Massal Basasirangan di Banjarmasin