Malang Raya, Surganya Destinasi Wisata Primadona
Sejak dulu Malang Raya memiliki alam indah. Beragam destinasi wisata menarik perhatian pelancong.
Jam menunjukkan pukul 07.00, beberapa bus pariwisata melintas di simpang empat Karanglo di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Minggu (30/7/2023). Mereka baru saja keluar dari Gerbang Tol Singosari untuk selanjutnya melaju ke Kota Batu.
Pemandangan seperti ini lazim terlihat, terutama saat akhir pekan atau hari libur nasional tiba. Saat libur panjang sekolah, konvoi bus yang melintas bisa meningkat berkali lipat jumlahnya. Mereka datang dari banyak daerah untuk melancong ke Batu yang menjadi kota wisata.
Batu, bagian dari Malang Raya, memang sudah lama dikenal sebagai salah satu tujuan wisata di Jawa Timur. Kondisi alamnya memesona sehingga tak heran jika pada masa kolonialisme tempat ini mendapat julukan ”De Kleine Switzerland” atau ”Swiss Kecil”. Tempat ini menjadi lokasi peristirahatan orang-orang penting.
Seiring perkembangan zaman, beragam tempat wisata tersebar di kawasan seluas 199,1 kilometer persegi itu. Mulai dari puncak gunung, perdesaan, hingga jantung kota. Alun-alun Batu yang ada di pusat kota hampir tak pernah sepi wisatawan, kecuali saat pandemi.
Di puncak gunung, destinasi yang ada sudah menawarkan wahana pemacu adrenalin. Mereka bisa mengudara, baik sendiri maupun tandem, menggunakan paralayang dengan start di puncak Gunung Banyak dan mendarat di spot landing Kelurahan Songgokerto.
Masih di sekitar Gunung Banyak, pelancong yang suka menguji nyali bisa bersepeda turun gunung (down hill) di kawasan hutan pinus di Klemuk, yang juga berada di wilayah Songgokerto. Di lokasi ini, beberapa kali ajang down hill nasional hingga internasional diselenggarakan.
Lokasinya pun dekat dengan tempat wisata Songgoriti di mana terdapat banyak vila untuk menginap dengan harga terjangkau. Selain pemandian air panas, di Songgoriti juga terdapat situs cagar budaya Candi Songgoriti yang diperkirakan dibangun pada masa Mpu Sindok abad ke-9 hingga ke-10 Masehi.
Masih di puncak gunung, mereka yang suka bertualang bisa mendaki Gunung Panderman (2.045 meter di atas permukaan laut/mdpl) atau Arjuno-Welirang yang ada di sisi utara (3.339 mdpl). Di lereng Arjuno-Welirang terdapat beberapa obyek wisata tersembunyi yang berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya Raden Soerjo dan kawasan Perhutani.
Baca juga : Dari Jantung Kota sampai Kaki Gunung, Desa Wisata di Malang Raya Bergeliat
Ada beberapa obyek menarik, di antaranya sumber air panas Cangar, Arboretum Sumber Brantas yang di dalamnya terdapat mata air nol kilometer Sungai Brantas, wanawisata Coban Talun yang di dalamnya terdapat tempat konservasi lutung jawa Javan Langur Center, hingga perkebunan apel yang jarang ditemukan di tempat lain.
Kreativitas warga dan aparatur desa juga melahirkan tempat wisata berupa kampung-kampung dan desa wisata dengan obyek beragam. Mulai dari perkebunan jeruk, budidaya kelinci dan ternak lain, hingga aktivitas masyarakat dalam mengolah sumber daya setempat.
Salah satu desa wisata adalah Kungkuk yang berada di Desa Punten, Kecamatan Bumiaji. Sejumlah paket wisata studi banding dan menginap pun ditawarkan kepada penalcong. ”Setelah pandemi, Kungkuk telah bangkit kembali. Peningkatan wisatawan lebih dari 60 persen,” ujar Ketua Lembaga Desa Wisata Kungkuk Suwito Pamungkas.
Beralih ke obyek wisata buatan, Batu sudah lama tersohor dengan wahana wisata. Mulai dari yang tertua Taman Rekreasi Selecta (1930) hingga yang baru muncul dalam dua dekade terakhir, seperti Jatim Park I, Jatim Park II, Jatim Park III, Batu Love Garden, hingga yang wilayahnya masuk Kabupaten Malang, seperti wisata bunga Santtera de Laponte.
Jutaan wisatawan
Dengan banyaknya obyek wisata ini, tak mengherankan jika Batu mendulang jutaan wisatawan, khususnya wisatawan domestik. Kepala Dinas Pariwisata Kota Batu Arief As Siddiq menyebut jumlah wisatawan selama 2022 mencapai 7,4 juta orang.
Jumlah wisatawan ini jauh lebih baik dibandingkan sebelum dan saat pandemi. Pada 2019, jumlah wisatawan yang berkunjung ke Batu baru 7,2 juta orang, 2020 ada 2,4 juta, dan 2021 sebanyak 3,5 juta orang. ”Kondisi wisata di Batu telah bangkit,” ujar Arief.
Bergeser ke Kabupaten Malang yang awalnya merupakan kabupaten induk dari Batu sebelum menjadi daerah otonom pada 17 Oktober 2001. Setali tiga uang, Kabupaten Malang juga memiliki banyak obyek wisata yang tersebar di gunung sampai pantai.
Di dekat perbatasan dengan Batu, di Malang barat, terdapat Air Terjun Coban Rondo dan Desa Wisata Pujon Kidul yang tenar dengan Kafe Sawah-nya. Keduanya tidak terlalu jauh dari Kecamatan Pujon yang juga menjadi sentra sapi perah.
Adapun kawasan Poncokusumo di Malang sisi timur merupakan salah satu dari empat pintu masuk ke kawasan Gunung Bromo dan Semeru (3.676 mdpl) di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, selain akses melalui Pasuruan, Probolinggo, dan Lumajang. Siapa tidak kenal Bromo yang masuk dalam 10 destinasi pariwisata prioritas di Indonesia.
Di pesisir selatan, ada sejumlah pantai indah yang terjalin oleh jalan lintas selatan (JLS) yang kondisinya mulus. Sebut saja Pantai Sendangbiru, Balekambang, Watu Leter, Kondang Merak, dan Jembatan Panjang. Hanya, untuk mencapai JLS, wisatawan mesti melewati jalan dengan kondisi rusak di Kecamatan Bantur.
Namun, Pemerintah Kabupaten Malang menyampaikan, perbaikan jalan yang rusak akan segera dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. ”Perbaikan ruas Gondanglegi-Bantur menggunakan dana dari pusat Rp 390 miliar dan saat ini masih tender,” ujar Bupati Malang M Sanusi.
Malang juga kaya akan obyek wisata budaya. Ada sejumlah candi yang bisa dikunjungi guna mengetahui sejarah masa lalu, seperti Candi Singosari, Jago, Sumberawan, dan Kidal. Ada pula Candi Badut yang wilayahnya masuk Kota Malang.
Baca juga : Angin Segar Pelestarian Wayang Topeng Malangan
Masih soal budaya, kegiatan seni wayang topeng juga bisa ditemukan di wilayah ini. Sebut saja Padepokan Wayang Topeng Asmorobangun di Kecamatan Pakisaji atau Mangun Dharma di Tumpang. Kini, setelah pandemi berlalu, para seniman kembali kerap mementaskan pertunjukan.
Bergeser ke Kota Malang. Meski tak memiliki banyak potensi alam, Kota Malang juga menjadi tujuan wisata. Ada kampung-kampung wisata tematik yang menarik, mulai dari Kampung Warna-warni, Kampung Biru Arema, kampung sentra tempe Sanan, dan sentra gerabah di Dinoyo. Data pada dinas terkait menyatakan, saat ini ada 23 kampung wisata di 57 kelurahan di Kota Malang.
Yang terbaru, wisatawan juga bisa menikmati suasana kesejarahan di Kampung Heritage Kayutangan. Pemerintah Kota Malang menjadikan kampung ini lokasi wisata menarik dengan menghadirkan lampu hias di sisi kiri-kanan jalan dan membuat jalan di lokasi setempat menjadi satu arah sehingga terasa lebih lebar.
Selain kongkow, merasakan atmosfer yang ada di Kayutangan, wisatawan juga bisa menikmati suguhan musik secara langsung di spot-spot tertentu sambil menikmati kuliner yang ada.
Sejumlah pusat perbelanjaan di kota pendidikan ini juga menarik banyak wisatawan dari daerah lain di sekitarnya. Jumlah wisatawan ke Kota Malang pada 2022 tercatat sebanyak 13 juta orang, dengan 10 juta orang lebih merupakan pengunjung mal.
Kepala Bidang Destinasi dan Industri Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kota Malang Lita Irawati menyebut potensi ekonomi wisata di Kota Malang pada 2022 mencapai Rp 1,6 triliun. Angka itu tidak hanya dari kampung wisata, tetapi juga destinasi lain, seperti mal, museum, dan destinasi wisata buatan. ”Tahun 2023 kemungkinan potensi ekonominya lebih besar lagi,” katanya.
Begitulah, Malang Raya memang gudangnya tempat wisata. Selain kondisi alam, fasilitas juga mendukung. Keberadaan Jalan Tol Trans-Jawa yang hadir sejak empat tahun lalu mempermudah mobilitas pelancong, selain moda transportasi yang sudah ada sebelumnya, baik bus, kereta, maupun pesawat.
Maka, tak heran jika di media sosial ada warganet berujar, ”Hidup di Malang enak karena banyak memiliki destinasi dan fasilitas wisata.”