Penyusunan Kembali Temuan Fosil Gading di Sragen Butuh Waktu Tiga Bulan
Perangkaian fosil gading gajah purba di Sragen, Jawa Tengah, menemui kendala karena fosil telah lapuk. Sejumlah upaya akan dilakukan agar gading bisa dirangkai kembali.
Oleh
NINO CITRA ANUGRAHANTO
·3 menit baca
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Petugas berusaha memindahkan fosil gading gajah purba stegodon yeng telah dibungkus dengan gabus sintetis setelah proses ekskavasi di Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Rabu (2/8/2023).
SRAGEN, KOMPAS — Pengelola Museum dan Cagar Budaya Sangiran mencoba merangkai kembali temuan fosil gading gajah purba di Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Tingginya tingkat kelapukan fosil menjadi tantangan sendiri bagi pengelola Museum dan Cagar Budaya Sangiran. Diperkirakan, waktu perangkaian fosil membutuhkan waktu tiga bulan hingga utuh kembali.
Fosil itu ditemukan seorang warga yang sedang menggali fondasi rumahnya di Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Senin (31/7/2023). Benda peninggalan purbakala itu didapati ketika kedalaman galian baru mencapai 40 sentimeter. Panjang fosil mencapai 3,25 meter. Laporan warga langsung ditindak lanjuti tim dari Museum dan Cagar Budaya (MCB) Sangiran untuk melakukan upaya penyelamatan.
Pengangkatan fosil dari lubang galian baru bisa dilakukan pihak museum pada Rabu (2/8/2023). Begitu diangkat tampak sejumlah bagian gading terlepas. Bagian yang terlepas itu kemudian dimasukkan ke beberapa plastik transparan yang berbeda. Setiap plastik berisikan patahan gading dari area yang sama.
Serpihan fosil gading gajah purba stegodon yang dikumpulkan dari lokasi penemuan di Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Rabu (2/8/2023).
”Setelah dibawa ke museum, ternyata kondisinya rapuh dan fragmentaris. Tidak utuh. Ini harus ada pekerjaan-pekerjaan ekstra untuk mengeraskan dulu bagian-bagian yang lepas tersebut,” kata Pamong Budaya Ahli Muda Bidang Kepurbakalaan Museum dan Cagar Budaya Sangiran Suwita Nugraha saat dihubungi, Kamis (3/8/2023).
Langkah awal penanganan, ungkap Suwita, berupa pengolesan cairan pengeras fosil pada bagian-bagian gading yang terlepas. Pengeringannya juga hanya bisa dilakukan di suhu kamar sekitar 20 derajat celsius. Itu untuk memastikan agar fosil-fosil yang terlepas nanti bisa benar-benar dipasang kembali menjadi gading yang utuh.
Setelah dibawa ke museum, ternyata kondisinya rapuh dan fragmentaris. Tidak utuh. Ini harus ada pekerjaan-pekerjaan ekstra untuk mengeraskan dulu bagian-bagian yang lepas tersebut,
Suwita mengungkapkan, proses perangkaian patahan-patahan gading juga cukup rumit. Belum tentu setiap potongan yang ada bakal cocok ketika nanti dipasang. Di sisi lain, bagian dalam gading juga telah berubah menjadi tabuh. Sebab, tingkat kelapukan fosil lumayan tinggi.
”Kami perkirakan butuh waktu tiga bulan. Itu sampai nanti kondisinya bagus dan rapi dikembalikan seperti semula. Apalagi yang terlepas ini lumayan banyak. Jadi ini kerja dua kali,” kata Suwita.
KOMPAS/P RADITYA MAHENDRA YASA
Potongan fosil gading gajah purba stegodon yang dikumpulkan dari lokasi penemuan untuk diteliti dan dirangkai di Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Rabu (2/8/2023).
Suwita menjelaskan, tingkat kelapukan dipengaruhi oleh karakter tanah di Desa Ngebung. Desa itu mempunyai tipe tanah yang mampu menyerap air dengan baik. Kelembapan tanah turut menjadi pemicu semakin cepatnya suatu fosil melapuk. Kelapukan serupa juga ditemukan pada fosil-fosil lain yang ditemukan di kawasan desa tersebut.
Dilihat dari bentuknya, lanjut Suwita, gading itu milik gajah purba berjenis stegodon. Umurnya diperkirakan mencapai 600.000 tahun hingga 800.000 tahun. Jenis itu termasuk yang paling sering ditemukan di kawasan tersebut dibandingkan dua jenis lainnya, yaitu mastodon dan elephas.
”Stegodon paling banyak ditemukan. Jadi hal yang biasa. Sudah banyak sebenarnya temuan serupa. Hanya ukurannya saja yang berbeda. Biasanya kecil-kecil. Ini menjadi temuan yang terbesar sejak 2009 di Kluster Museum Ngebung,” kata Suwita.
Rudi Hartono, pemilik lahan dan penemu fosil gading gajah purba stegodon sepanjang 325 sentimeter di Desa Ngebung, Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Rabu (2/8/2023).
Sementara itu, Rudi Hartono (35), warga penemu fosil, mengharapkan agar nantinya benda purbakala itu bisa kembali dikelola warga setelah disusun ulang oleh pihak museum. Ia berencana menjadikan temuan itu sebagai ikon wisata desa. Oleh karena itu, ia akan mengubah gambar rumah yang akan didirikannya menyesuaikan penempatan gading kelak.
”Ini kan bangun rumah karena dapat bantuan program bedah rumah dari pemerintah. Gambar rumahnya ini nanti agak diubah biar bisa menyesuaikan. Namun, kami masih menunggu keputusan dari museum akan seperti apa,” kata Rudi.