Tiga Pekan Langka, Elpiji 3 Kg Mulai Ada Lagi di Pasar
Setelah langka selama tiga pekan, elpiji bersubsidi mulai beredar di tingkat pengecer di Medan. Gubernur Sumut menyebut, pasokan ditambah hingga 350.000 tabung per hari, di atas kebutuhan 212.000 tabung.
Oleh
NIKSON SINAGA
·4 menit baca
MEDAN, KOMPAS — Setelah sempat langka selama tiga pekan, elpiji bersubsidi ukuran 3 kilogram mulai beredar lagi di tingkat pengecer di Medan. Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi menyebut, pasokan di Sumut ditambah hingga 350.000 tabung per hari, di atas kebutuhan 212.000 tabung. Jalur distribusi dijaga untuk mencegah pengoplosan atau penimbunan.
”Saya mendapat informasi, empat kabupaten/kota, yakni Medan, Deli Sedang, Binjai, dan Langkat, pasokannya sudah terpenuhi. Kemarin ada persoalan kekurangan di tempat-tempat tertentu,” kata Edy, Senin (31/7/2023).
Pantauan Kompas, pasokan elpiji 3 kg mulai masuk ke sejumlah pengecer. Toko-toko yang sudah hampir tiga pekan kosong pasokan kini mulai menjual gas kembali dengan harga Rp 18.000 hingga Rp 20.000 per tabung.
Dalam tiga pekan ini, kelangkaan elpiji bersubsidi terjadi di sejumlah tempat di Medan dan sekitarnya. Hampir semua warung pengecer gas kehabisan gas bersubsidi. Sejumlah pengecer yang punya pasokan menjual hingga Rp 30.000 per tabung. Di pangkalan, masyarakat juga antre sejak pagi untuk mendapat jatah gas bersubsidi itu.
Edy menyebut, dibandingkan kuota, kebutuhan gas bersubsidi di Sumut sudah terpenuhi. Karena itu, sistem pendistribusian yang harus diperbaiki. Ia meminta agar tidak ada pihak yang memanfaatkan kelangkaan gas tersebut. ”Kalau ada penyimpangan yang mencari keuntungan pribadi, pasti diusut Kapolda (Sumut),” kata Edy.
Kepala Bidang Humas Polda Sumut Komisaris Besar Hadi Wahyudi mengatakan, mereka telah menangkap tiga pelaku yang memindahkan gas bersubsidi ke tabung nonsubsidi. Gas bersubsidi itu seharusnya kuota untuk Medan. ”Kami berkomitmen menindak aktivitas ilegal ini yang merupakan tindak pidana bidang minyak dan gas bumi,” kata Hadi.
Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Sumut telah menyita 349 tabung gas 3 kg dari gudang ilegal yang berada di Jalan Sei Kapuas, Medan. Petugas juga menyita 124 tabung gas 12 kilogram, 100 karet gas, dan 60 plastik segel gas. Para pelaku memindahkan gas bersubsidi dari tabung 3 kg ke tabung 12 kilogram yang merupakan tabung nonsubsidi.
Kalau ada penyimpangan yang mencari keuntungan pribadi, pasti diusut Kapolda.
Di pasaran, gas tabung 12 kilogram dijual Rp 200.000 per tabung atau sekitar Rp 16.600 per kilogram. Mereka mengambil keuntungan dari gas bersubsidi yang dijual Rp 18.000 per tabung atau Rp 6.000 per kilogram. Dari satu tabung 12 kilogram, para pelaku bisa meraup keuntungan hingga Rp 127.000.
Area Manajer Communication Relation and CSR PT Pertamina Patra Niaga Regional Sumatera Bagian Utara Susanto August Satria mengatakan, untuk mengatasi kelangkaan, mereka menambah pasokan gas 3 kilogram dalam beberapa hari ke depan. Penambahan pasokan khususnya di 16 kabupaten/kota yang mengalami kelangkaan.
Khusus untuk Medan yang mengalami kelangkaan paling besar, Pertamina menambah pasokan dari 285 metrik ton (sekitar 95.000 tabung) menjadi 427 metrik ton (sekitar 142.300 tabung) per hari. ”Pendistribusian ini akan berjalan dalam beberapa hari ke depan,” ujar Susanto.
Susanto menyebut, tahun ini juga terjadi peningkatan konsumsi elpiji 3 kilogram di Sumut. Pada periode Januari hingga Juni 2023, penyaluran gas 3 kg di Sumut mencapai 180.907 metrik ton atau meningkat 3 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang mencapai 175.498 metrik ton.
Di Jakarta, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tutuka Ariadji mengatakan, ketersediaan elpiji sebenarnya cukup dan kendala ada pada pendistribusian. Ada aturan dari Pertamina bahwa alokasi penjualan elpiji sebesar 80 persen ke pengguna akhir (di pangkalan resmi) sehingga maksimal ke pengecer 20 persen. Namun, sosialisasi masih kurang masif.
”Saya sudah sampaikan ke Pertamina, harus turun ke bawah membantu masyarakat. Harus tertangani dengan baik. Tak bisa jika hanya menyuruh masyarakat beli ke pangkalan. Kalau tidak ada kendaraan bagaimana? Mengambil itu perlu waktu,” ujar Tutuka.
Di sisi lain, keberadaan pengecer elpiji bersubsidi juga menjadi tantangan dalam pendataan konsumen yang dicocokkan dengan data Penyasaran Percepatan Penghapusan Kemiskinan Ekstrem (P3KE). Pasalnya, pembeli yang membeli dari pengecer, bukan pangkalan resmi elpiji, menjadi tidak terdaftar/teregistrasi (Kompas.id, 31/7/2023).
Kelangkaan sangat memukul warga Medan yang bergantung pada gas bersubsidi, khususnya pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah. Rahmawati (35), pedagang bakso keliling di Medan, mengatakan, lebih dari tiga pekan dia kesulitan mendapat gas bersubsidi. ”Beberapa kali saya tidak berjualan karena tidak mendapat gas. Saya pedagang bakso, butuh satu tabung gas 3 kg untuk dua hari,” katanya.
Beberapa kali Rahmawati membeli gas seharga Rp 30.000 per tabung karena tidak ada pilihan. ”Rumah saya di Medan Sunggal, tetapi saya mencari gas sampai ke Medan Timur. Setiap ada pengecer gas saya singgahi untuk mencari gas,” kata Rahmawati.