Di masa pandemi tidak ada satu pun pemecatan dilakukan karena sektor ini masih terus berjalan bahkan berkembang.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG, KOMPAS — Setelah pandemi Covid-19 sudah mereda, bisnis waralaba kembali bergairah. Bahkan, ada yang tetap mengalami pertumbuhan sekitar 7 persen per tahun. Konsep bisnis jenis ini dinilai cocok untuk mereka yang baru ingin memulai bisnis atau memperoleh pendapatan pasif.
Hal ini mengemuka dalam pembukaan pameran Info Franchise dan Business Concept (IFBC) di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (28/7/2023). Dalam pameran tersebut, ada 45 perusahaan waralaba yang memberikan penawaran bagi para investor untuk menanamkan modal.
Ketua Asosiasi Franchise Indonesia Anang Sukandar menuturkan, perkembangan bisnis waralaba sempat terguncang ketika berada di situasi pandemi Covid-19. Beberapa yang terdampak seperti waralaba di sektor bisnis kuliner dan ritel. ”Karena aktivitas masyarakat dibatasi, maka banyak yang tutup,” ujarnya.
Situasi ini berangsur membaik ketika pandemi Covid-19 sudah mulai mereda. Pada kuartal kedua tahun 2022, kedua sektor itu kembali menggeliat. Ditambah lagi beberapa sektor potensial seperti apotek, minimarket, dan toko elektronik, dan lainnya.
Anang menilai, dibandingkan negara lain, Indonesia memiliki berbagai keunggulan, salah satunya adanya konsumsi domestik yang begitu tinggi. Itulah sebabnya mengapa ekonomi Indonesia bisa bertahan jika dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang sangat bergantung pada ekspor.
Keunggulan dari sisi konsumsi domestik itu diharapkan dapat menumbuhkan permintaan domestik yang tinggi sehingga membentuk pasar tersendiri. ”Permintaan domestik yang tinggi inilah yang membuat banyak investor ingin menanamkan modalnya. Salah satunya melalui konsep bisnis waralaba,” kata Anang.
Dibandingkan negara lain, Indonesia memiliki berbagai keunggulan, salah satunya adanya konsumsi domestik yang begitu tinggi.
Ketika geliat ekonomi terus melesat, maka akan berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Apalagi dengan digitalisasi, diharapkan keberadaan bisnis waralaba juga dapat berpengaruh terhadap perkembangan usaha kecil dan menengah di sebuah daerah.
Gubernur Sumatera Selatan Herman Deru mengatakan, sektor bisnis waralaba memudahkan para pengusaha pemula memulai usahanya. ”Mungkin ada orang yang punya modal tetapi mereka belum memiliki konsep atau jaringan dagang yang benar. Karena itu, butuh bimbingan,” ujarnya.
Pemerintah, kata Herman, mendukung keberadaan konsep bisnis ini. Bisnis diharapkan dapat mengakomodasi para pengusaha untuk dapat memulai atau bahkan memperluas usahanya.
Apalagi, Sumsel merupakan salah satu pusat ekonomi yang penting secara nasional dengan potensi sumber daya manusia dan iklim investasi yang kondusif. Situasi ini tentu akan sangat mendukung pengusaha untuk memulai atau mengembangkan usahanya.
Tomy Sugianto, General Manager Marketing Franchise Alfamart, menuturkan, Sumsel menjadi salah satu daerah yang sangat potensial. Hal ini terlihat dari pertumbuhan gerai yang terbilang stabil, yakni sekitar 7 persen setiap tahunnya. ”Khusus untuk di Sumsel ada sekitar 500 gerai yang sudah berdiri,” ujarnya.
Menurut Tomy, sektor bisnis minimarket tergolong yang paling bertahan di masa pandemi karena didukung oleh pemerintah untuk menyediakan kebutuhan masyarakat. ”Itulah sebabnya mengapa sektor ini tidak turun ketika pandemi, sebalikya terus berkembang,” ujarnya. Bahkan, di masa pandemi tidak ada satu pun pemecatan dilakukan karena sektor ini masih terus berjalan bahkan berkembang.
Untuk bisa bergabung, pihaknya memberikan beragam penawaran bagi para investor, yakni dengan modal Rp 500 juta bisa memulai usaha. Tentu dengan pertimbangan tempat yang disediakan potensial untuk pengembangan bisnis, misalnya dekat dengan sekolah, kantor pemerintahan, atau permukiman penduduk. Faktor lain adalah titik lokasi berada di lalu lintas yang padat.
Pertimbangan ini diberikan agar investor tidak dirugikan. ”Kami menargetkan titik impas (break even point) bisa tercapai pada 3,5 tahun,” ujar Tomy.
Head Kemitraan Erafone Angkasa Mart Purbaya juga memulai konsep ini sejak 2020. Tujuannya untuk melakukan perluasan usaha dengan menggandeng mitra. Menurut dia, dengan sistem ini diharapkan produk yang mereka tawarkan bisa sampai ke masyarakat dengan lebih cepat.
Angkasa menuturkan, sampai saat ini di seluruh Indonesia baru ada sekitar 77 gerai yang tersebar di Jawa dan Sumatera. Khusus untuk di Sumsel belum ada mitra tetapi potensinya sangat besar.