Keluarga Bripda Ignatius Minta Kematian Diusut Tuntas, Ada Informasi soal Jual-Beli Senjata Api
Kepergian Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage masih meninggalkan duka bagi kerabat dan rekan-rekannya. Dalam kasus ini, ada informasi yang diterima keluarga korban terkait bisnis jual-beli senjata api.
Oleh
EMANUEL EDI SAPUTRA
·3 menit baca
MELAWI, KOMPAS – Kepergian Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage meninggalkan duka bagi kerabat dan rekan-rekannya. Keluarga meminta agar kematiannya diusut tuntas, sebab ada informasi yang menyebutkan pelaku penembakan terlibat bisnis jual beli senjata api.
Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage (21), anggota Detasemen Khusus 88 Anti Teror, meninggal pada Minggu (23/7/2023) di Jakarta. Ia mengalami luka tembak yang menembus bagian lehernya yang diduga akibat tembakan senjata api seniornya. Bripda Ignatius telah dimakamkan secara kedinasan pada Rabu (26/7/2023) di kampung halamannya, Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi, Kalimantan Barat (Kompas, 28/7/2023).
Pantauan Kompas di rumah orangtua almarhum Bripda Ignatius di Jalan Pendidikan, BTN Telkom Blog G No 10 Desa Paal, Kecamatan Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi, Kalbar, pada Jumat (28/7/2023) malam, suasana duka masih menyelimuti keluarga dan kerabat. Pada Jumat malam di rumah orangtua almarhum digelar misa untuk mendoakan enam hari kepergian almarhum Bripda Ignatius.
Y Pandi (51), ayah korban, menuturkan, tim pengacara sudah menyusun rencana kegiatan untuk mengusut kasus tersebut setuntas-tuntasnya. Y Pandi meyakini anaknya meninggal karena ditembak secara sengaja oleh seniornya.
Y Pandi pun menuturkan cerita awal mendapat kabar tentang anaknya. Pada Minggu (23/7/2023) pukul 14.30, ia mendapat telepon dari Mabes Polri bahwa Bripda Ignatius Dwi Frisco Sirage sakit keras. Pandi dan istri diminta untuk ke Jakarta.
Akhirnya, Y Pandi beserta istri berangkat dari Nanga Pinoh, Kabupaten Melawi, ke Kota Pontianak, ibu kota Kalbar, melalui jalur darat. Perjalanan dari Kabupaten Melawi sampai ke Pontianak melalui jalur darat sekitar delapan jam.
Karena sudah malam saat tiba di Pontianak, mereka berangkat ke Jakarta pada Senin (24/7/2023) pagi. Tim dari Densus 88 Anti Teror wilayah Kalbar memfasilitasi tiket pesawat dari Pontianak ke Jakarta. ”Kami waswas dengan anak kami karena tidak tahu anak kami sakit keras apa. Apakah kecelakaan atau apa,” tuturnya lagi.
Namun, ternyata anaknya bukan sakit keras, tetapi meninggal. Saat di Jakarta, para pimpinan dari Tim Densus 88 Anti Teror memanggil Y Pandi di sebuah ruangan dan menyampaikan kepada Y Pandi tentang apa yang terjadi. Tim tersebut menyampaikan kronologi kejadian, awalnya ada tiga senior anaknya datang ke kamar Bripda Ignatius. Menurut informasi yang Y Pandi terima dari tim di ruangan itu, ada dugaan bahwa pelaku (senior korban) ada bisnis senpi. ”Mungkin pada saat itu anak saya tidak mau. Karena anak saya menolak, pelaku berbuat tidak wajar terhadap anak saya. Apalagi, pelaku minum minuman keras,” tuturnya.
Semasa hidup, keluarga dan teman-teman Bripda Ignatius Dwi Frisco mengenang sosoknya sebagai orang yang bersahaja dan supel dalam bergaul.
Bello (24), salah satu teman masa kecil korban, Jumat malam, menuturkan, karena bertetangga, mereka berteman sejak kecil. ”Banyak sekali temannya di sini. Semasa hidupnya aktif ikut berbagai kegiatan, misalnya futsal. Dia sosok yang solider. Kami kaget mendengar kabarnya. Itu yang membuat kami merasa kehilangan,” tuturnya.
Budi (25), salah satu teman korban di Melawi, menuturkan, Bripda Ignatius merupakan sosok yang ramah dan mudah bergaul serta tidak suka berkelahi. Dia juga dikenal sebagai sosok yang setia kawan.
Bernadus (51), kerabat korban, menuturkan, sejak korban masih kecil hingga dewasa, ia dikenal sebagai pribadi yang santun dan murah senyum. Korban suka berorganisasi dan interaksi dengan masyarakat juga baik.
”Ini yang membuat kami merasa kehilangan. Dulu saat bergaul dengan anak sebayanya ia tidak pernah melakukan kenakalan ataupun membuli orang lain. Dia supel dalam bergaul,” ujar Bernadus.